40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dari rekam medik pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid pada rawat inap di RSU Sari Mutiara Medan periode
Januari 2014 – Desember 2014 diperoleh 396 rekam medis dengan diagnosis demam tifoid, dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 352 rekam medis.
4.1.1 Karakteristik subjek penelitian
Berdasarkan sampel yang diambil dari 352 rekam medis pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid di RSU Sari Mutiara Medan, diperoleh gambaran
umum subjek yang dominan. Karakteristik subjek yang diteliti secara garis besar
ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1
karakteristik subjek penelitian n= 352
Karakteristik subjek pada Tabel 4.1 terdiri dari tiga kelompok. Kelompok
pertama yaitu kelompok jumlah obat yang digunakan oleh pasien berdasarkan banyaknya obat yang diterima pasien. Kelompok kedua yaitu kelompok usia
pasien yang dibagi menjadi tiga kelompok. Pembagian ini didasarkan pembagian No Karakteristik subjek
Total rekam medik n= 352 1
Jumlah obat 2 obat
3 obat 4 obat
≥5 obat 6
69 90
187 1,70
19,60 25,57
53,13
2 Usia pasien
2 tahun 2-11 tahun
12-18 tahun 16
244 92
4,54 69,32
26,14 3
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan 199
153 56,53
43,47
41 umur pediatrik secara Internasional menurut World Health Organizations
dikelompokkan menjadi bayi prematur yang baru lahir preterm newborn infants, bayi yang baru lahir umur 0-28 hari term newborn infant, bayi dan anak kecil
yang baru berjalan umur 28 hari sampai 23 bulan infants and toddlers, anak- anak 2-11 tahun children, dan anak remaja umur 12-18 tahuntergantung daerah
adoloscent WHO, 2007. Kelompok ketiga yaitu kelompok jenis kelamin yang dibagi menjadi dua kelompok.
a. Jumlah obat
Berdasarkan hasil penelitian, pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid di RSU Sari Mutiara Medan pada periode Januari 2014 – Desember 2014
diperoleh persentase tertinggi adalah pasien yang menerima ≥ 5 obat dengan
persentase 53,13. Menurut Mentri Kesehatan Republik Indonesia mengenai pengendalian demam tifoid, diperoleh bahwa terapi yang dibutuhkan untuk
demam tifoid berupa terapi simptomatis membutuhkan multi terapi diantaranya antipiretik, antiemetik, vitamin dan pemberian nutrisi berupa cairan dan diet
Depkes RI., 2006. b.
Usia pasien Berdasarkan hasil penelitian, pasien pediatrik dengan diagnosis demam
tifoid di RSU Sari Mutiara Medan pada periode Januari 2014 – Desember 2014 diperoleh persentase tertinggi adalah pasien dengan usia 2- 11 tahun sebanyak
69,32. Penyakit demam tifoid dapat menyerang semua golongan umur. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUProf.Dr.R.D.Kandou, Manado, Juli 2007- Juni 2012 pada anak usia 6 bulan- 13 tahun dengan diagnosis demam tifoid, diperoleh usia terbanyak diatas 5
42 tahunyang juga sesuai dengan laporan Bhan dan Bhatnagar 2005 bahwa di
daerah endemis kasus demam tifoid tersering pada usia 5– 19 tahun, diikuti dengan usia 1– 5 tahun. Pada usia 6- 10 tahun merupakan masa anak mulai
mengenal lingkungan dan bersosialisasi dengan temannya, mereka mulai mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak diketahui dengan jelas
kebersihannya Rampengan, 2013. Berdasarkan laporan RSU Daerah Ungaran tahun 2006-2011 demam
tifoid menempati peringkat pertama morbiditas 10 penyakit terbanyak. Anak-anak atau pediatrik memiliki risiko yang tertinggi terhadap infeksi ini, disebakan
banyaknya kesempatan untuk jajan sembarangan, kurangnya higienitas seperti lupa untuk menyuci tangan sebelum makan Pramitasari, 2013.
Prevalensi demam tifoid paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia tersebut mereka cenderung memiliki aktivitas fisik yang tinggi, atau dapat
dikatakan sibuk dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan pola makan, akibatnya cenderung lebih memilih makan di luar rumah, atau jajan di
tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat kebersihannya masih kurang, dan bakteri Salmonella thypi banyak berkembang
biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam tifoid. Usia anak sekolah, cenderung kurang memperhatikan kebersihan atau higiene perseorangan
mungkin diakibatkan ketidaktahuan bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat tertular penyakit demam tifoid Robert, 2007.
Di Indonesia, orang berusia 3 tahun - 19 tahun menyumbangkan 91 kasus demam tifoid dan tingkat serangan demam tifoid berdasarkan kultur darah
positif adalah 1026 per 100000 per tahun. Situasi serupa juga dilaporkan dari
43 Papua New Guinea. Ketika demam tifoid merupakan endemik yang tinggi di
Negara tertentu di Amerika Selatan, insiden klinis demam tifoid pada anak- anak berumur di bawah 3 tahun adalah rendah. Di Amerika Selatan insiden tertinggi
terjadi pada murid sekolah pada usia 5 – 19 tahun dan pada usia dewasa berumur lebih dari 35 tahun WHO, 2003.
c. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian, pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid di RSU Sari Mutiara Medan pada periode Januari 2014 – Desember 2014
diperoleh persentase tertinggi adalah pasien laki-laki dengan persentase 56,32. Hasil penelitian ini juga mirip dengan penelitian yang dilakukan RS X di
Yogyakarta yaitu ditemukan penderita demam tifoid lebih tinggi pada laki- laki dari perempuan Sulistiati, 2013. Hal ini dipengaruhi karena laki- laki lebih
sering melakukan aktifitas diluar rumah sehingga memungkinkan laki- laki mendapatkan resiko lebih besar terkena demam tifoid dibandingkan perempuan
Musnelina, 2004.
4.1.2 Profil pengobatan pada pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid