51 yang cukup tinggi diatas 50 pada hasil penelitian perlu mendapat perhatian
farmasis. Apabila mengacu pada tujuan utama pelayanan kefarmasian pharmaceutical care untuk meminimalkan risiko pada pasien, maka memeriksa
adanya interaksi obat pada pengobatan pasien merupakan salah satu tugas utama farmasis Rahmawati, 2006.
Ditemukan 377 kejadian potensi interaksi obat, yang terdiri dari 26 jenis obat, yang dibagi dalam 3 kelompok menurut mekanisme interaksi dan tingkat
keparahan.
4.2.1 Jenis obat demam tifoid yang berpotensi berinteraksi berdasarkan tingkat keparahan
Hal penting yang harus diperhatikan dalam interaksi obat adalah tingkat keparahan interaksi, tingkat keparahan interaksi dapat memberikan pengetahuan
tentang prioritas monitoring pasien. Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat.
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan ringan jika interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika
terjadi kelalaian Bailie, 2004, misalnya peningkatan efek hepatoksik Paracetamol oleh ranitidin, manajemen untuk potensi interaksi ini adalah
dilakukan pemantuan saat penggunaan bersama obat ini drugs.com, 2015. Parasetamol dosis 140 mgkg pada anak-anak dan 6 gram pada orang
dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat.
Ketika paracetamol 1,3 g- 2 g dan ranitidine diberikan secara bersamaan, terdapat perubahan farmakokinetik
parasetamol, ditemukan peningkatanjumlah enzim hati alkali fosfatase708 unitL
52 ; AST 196 mIUmL, yang kembali normal pada penghentianranitidin Stockley,
2008. Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan sedang jika satu dari
bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe intervensi sering diperlukan. Potensi interaksi obat dengan tingkat sedang pada penelitian ini
adalah kloramfenikol dan ampicilin, diketahui dapat menurunkan efek terapi ampisilin. Kombinasi ampisilin yang bersifat bakterisid dan kloramfenikol yang
bersifat bakteriostatik akan menghasilkan efek antagonis karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan
jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisidnya, manajemen atas potensi interaksi ini adalah sebisa mungkin untuk menghindari kombinasi dari
kedua obat ini drugs.com, 2015. Berdasarkan penelitian ini ditemukan juga suatu interaksi yang secara
klinis sangat signifikan, dan kombinasinya seharusnya dihindari karena manfaat kombinasi tidak lebih besar dari efek buruk kombinasinya drugs.com, 2015.
Interaksi keparahan berat terjadi jika terdapat probabilitas kejadian yang tinggi, membahayakan pasien, menyangkut nyawa pasien dan dapat menyebabkan
kerusakan permanen Bailie, 2004. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan obat-obat yang berinteraksi berat. Kejadian potensi
interaksi obat pada penelitian ini adalah kombinasi antara deksametason dan levofloksasin dapat meningkatkan risiko tendonitis dan tendon pecah, meskipun
risikonya lebih tinggi pada orang yang lebih tua, manajemen yang dilakukan ialah seharusnya levofloksasin digunakan untuk mengobati kondisi yang diduga
53 kuat efektif untuk bakteri dan manfaat terapinya lebih besar daripada risiko
drugs.com, 2015. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kategori potensi interaksi obat
berdasarkan tingkat keparahan yang ditunjukkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4
Daftar obat yang berpotensi berinteraksi berdasarkan tingkat keparahan
No Obat berinteraksi Tingkat keparahan Jumlah kejadian
1 Ranitidine
→ paracetamol Ringan
107 2
Paracetamol → kloramfenikol
Ringan 88
3 Antasida
→ ranitidin Ringan
11 4
Albuterol → budesonide
Ringan 9
5 Zinc
→ dexametason Ringan
2 6
Albuterol → deksametason
Ringan 2
7 Dexametason
→ diazepam Ringan
2 8
Albuterol → prednisolone
Ringan 1
9 Omeprazole
→siprofloksasin Ringan
1 10 Ranitidine
→asam mefenamat Ringan
1 11 Kloramfenikol
→ampicilin Sedang
61 12 Kloramfenikol
→cefotaxime Sedang
29 13 Gentamisin
→ cefotaxime Sedang
12 14 Levofloksasin
↔ondansetron Sedang
9 15 Sucralfat
→ levofloxasin Sedang
6 16 Antasida
→ siprofloksasin Sedang
4 17 Dyphenidramine
↔ diazepam Sedang
3 18 Antasida
→ levofloksasin Sedang
3 19 Ondansetron
↔siprofloksasin Sedang
3 20 Albuterol
→ ondansetron Sedang
3 21 Kloramfenikol
→ceftriaxone Sedang
3 22 Albuterol
→ azitromisin Sedang
2 23 Gentamisin
↔ceftriaxon Sedang
2 24 Kloramfenikol
→budesonide Sedang
1 25 Kloramfenikol
↔metronidazole Sedang
1 26 Antasida
→tetrasiklin Sedang
1 27 Albuterol
→siprofloksasin Sedang
1 28 Fenitoin
→ondansetron Sedang
1 29 Fenitoin
→paracetamol Sedang
1 30 Fenitoin
→ diazepam Sedang
1 31 Kloramfenikol
→cefadroxil Sedang
1 32 Fenobarbital
→paracetamol Sedang
1 33 Fenobarbital
→diazepam Sedang
1 34 Fenobarbital
→dexametason Sedang
1 35 Deksametason
↔levofloksasin Berat
1 36 Dekstrometorphan
↔ Ondansetron Berat
1 Sumber: http:www.letsdrug.com, drugs.com, Tatro, rxlist.com, ncbi.com
54
Jenis interaksi berdasarkan tingkat keparahan ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5
Tingkat keparahan potensi interaksi obat pada subjek penelitian
4.2.2 Jenis obat demam tifoid yang berpotensi berinteraksi berdasarkan mekanisme interaksi