Penatalaksanaan Demam tifoid Demam tifoid

30 terjadinya reaksi aglutinasi antara antigen dan agglutinin yang dieteksi yakni agglutinin O dan H. Aglutinin O mulai dibentuk pada akhir minggu pertma demam sampai puncaknyapada minggu ke 3 sampai 5. Aglutinin ini dapat bertahan selama 6-12 bulan. Agglutinin H mencapai puncak lebih lambat minggu ke 4-6 dan menetap dalam waktu lebih lama Depkes RI., 2006.

2.5.4 Penatalaksanaan Demam tifoid

Algoritma penatalaksanaan demam tifoid dapat dilihatpada Gambar 2.1 Gambar 2.1 . Algoritma tatalaksana demam tifoid Anonim, 2008 a. Tirah baringistirahat Penderita demam tifoid harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah kom.0oplikasi, terutama pendarahan dan perforasi. Bila gejala klinis berat, penderita harus istirahat total Depkes RI., 2006. 31 b. Nutrisi i. Cairan Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan harus mengandung komponen glukosa, natrium, kalium, klorida dan air untuk rehidrasi pasien. ii. Diet Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulose rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi Depkes RI., 2006. c. Penatalaksanaan terapi farmakologi: i. Terapi simptomatik Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita seperti vitamin, antipiretik untuk kenyamanan penderita terutama anak-anak atau antiemetik diperlukan bila penderita muntah hebat Depkes RI., 2006. a Antiemetik : i Domperidon p.o : 10-20 mg 3-4 x sehari untuk anak dengan BB ≥ 35 kg, ii Ondansetron : 250-500 mikrogramkg BB 3-4 x sehari untuk anak dengan BB 35 kg. 8-12 mg i.v. atau 8-24 mg p.o. setiap 24 jam untuk dewasa, 4 mg p.o. 3 x sehari untuk anak usia 4-11 tahun. b Antipiretik : i Ibuprofen p.o. : Untuk anak 6 bulan–12 tahun 39° C : 5 mgkg BB ≥ 39° C : 10 mgkg BB setiap 6-8 jam, dosis harian maksimal 40 mgkg 32 BBhr. Dws : 325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4 x sehari. Anak : setiap 4-6 jam ii Parasetamol p.o.: 40 mg untuk bayi usia 0-3 bulan, 80 mg untuk bayi usia 4-11 bulan, 120 mg untuk anak usia 1-2 tahun, 160 mg untuk anak usia 2-3 tahun, 240 mg untuk anak usia 4-5 tahun, 320 mg untuk anak usia 6-8 tahun, 400 mg untuk anak usia 9-10 tahun, dan 480 mg untuk anak usia 11 tahun. c Pemberian Antibiotik Antimikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah dapat ditegakkan, baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi, probable, maupun suspek. Sebelum anti mikroba diberikan, harus diambil specimen darah atau sumsum tulang lebih dulu, untuk pemeriksaan biakan kuman Salmonella, kecuali biakan ini betul- betul tidak ada dan tidak bisa dilaksanakan Depkes RI., 2006. Antimikroba lini pertama untuk tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin dan trimetoprim-sulfametoksazol. Kloramfenikol masih menjadi pilihan pertama, berdasarkan efikasi dan harga. Kekurangannya adalah jangka waktu pemberiannya yang lama, serta cukup sering menimbulkan karier dan relaps. Bila pemberian salah satu antimikroba lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antimikroba yang lain atau dipilih antimikroba lini kedua. Antimikroba lini kedua untuk tifoid adalah seftriakson, sefiksim, dan antibiotik golongan kuinolon Depkes RI., 2006. i Kloramfenikol : dewasa 4x 500 mg selama 14 hari, anak- anak 50-100 mgKg BBhari. Max 2 g selama 10- 14 hari. 33 ii Seftriakson: Dewasa 2-4 ghari. Selama 3-5 hari. Anak- anak 80mgkgBBhari selama 5 hari. iii Ampisilin dan amoksisili : dewasa 3-4 ghari selama 14 hari. Anak- anak 100mg kgBBhari selama 10 hari. iv Kotrimoksazol : dewasa 2 x 160- 800 mg selama 2 minggu. Anak-anak; TMP 6- 10 mgkgBBhari atau SMx 30-50 mgkghari selama 10 hari. v Quinolone :Siprofloksasin 2 x 500 mg 1 minggu vi Cefixime: anak anak 15- 20 mgkgBBhari dibagi 2 dosis selama 10 hari. vii Tiamfenikol : dewasa 4 x 500 mg, anak-anak 50mgkgBBhari selama 5-7 hari bebas panas Depkes RI., 2006. 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimen survei dengan rancangan studi retrospektif terhadap rekam medis pasien demam tifoid yang dirawat di bagian Pediatrik RSU Sari Mutiara. Penelitian retrospektif adalah penelitian yang berusaha melihat kebelakang backward looking, artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang terjadi Notoatmodjo, 2005. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari lembar rekam medis pasien rawat inap dan pasien rawat jalan di RSU Sari Mutiara Medan, selama periode Januari 2014 - Desember 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Sari Mutiara Medan, pada bulan Mei 2015. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah seluruh data pengobatan pasien pediatrik dengan diagnosis penyakit demam tifoid pada unit rawat inap di RSU Sari Mutiara Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel yang dipilih pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.