Political Performance Teori Konstruksi Realitas

35 b Pengaturan pengorganisasian perundingan bargaining untuk memperoleh legitimasi dilaksanakan melalui PEMILU yang kompetitif. Pemimpin dipilih dengan interval yang teratur, dan pemilih dapat memilih diantara beberapa alternatif calon. c Partisipasi dalam PEMILU, setiap orang memiliki hak berpartisipasi dalam PEMILU baik sebagai pemilih maupun sebagai calon yang dipilih untuk menduduki jabatan penting. d Kerahasiaan dan independensi. Dalam pemilihan umum yang berlangsung, penduduk memilih secara rahasia dan tanpa dipaksa. e Hak-hak dasar. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar seperti, kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi dan kebebasan pers. Suatu sistem politik dapat lestari jika sistem politik secara keseluruhan mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat. Manakala dukungan terhadap lembaga-lembaga politik masih lemah maka dalam masyarakat terdapat krisis kelembagaan. 29 Krisis kelembagaan ini tentunya akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin politik, untuk kemudian krisis kebijakan akan terjadi jika masyarakat menilai kebijakan pemerintah hanya menguntungkan sekelompok kecil. Maka legitimasi yang berarti dukungan masyarakat terhadap sistem politik dan pemerintah yang berwenang ini sangatlah penting. Secara umum, terdapat dua alasan utama yang menjadikan legitimasi itu penting. Pertama, legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dan kemungkinan-kemungkinan untuk perubahan 29 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Widiasrama Indonesia, 1992, h.94 36 sosial. Pengakuan dan dukungan masyarakat pada pihak yang berwenang akan menciptakan pemerintahan yang stabil sehinga pemerintah dapat membuat dan melaksanakan keputusan yang menguntungkan masyarakat umum. Kedua, legitimasi akan membuka kesempatan yang semakin luas bagi pemerintah untuk tidak hanya memperluas bidang-bidang kesejahteraan yang hendak ditangani tetapi juga untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan. 30 Oleh karena itu, salah satu cara mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan para wakil rakyat, presiden, gubernur, walikotabupati dan anggota lembaga tingi Negara. 31

B. Teori Hirarki Pengaruh

Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas bahwa dalam pembuatan berita terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Pemela Shoemaker dan Reese dalam bukunya yang berjudul Madiating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan, 32 berikut penggambaran dan penjelasannya: 30 Ibid, h.98 31 Ibid, h. 96 32 Pamela Shoemaker Stephen D. Reese, Mediating The Message Theories of Influences on Mass Media Content; second edition, USA: Longman Publisher, 1991, dalam Agus Sudibyo, Poitik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta : LKiS, 2006, h. 7 37 Table. 2.1 Teori Hirarki Pengaruh Shoemaker Sumber: Shoemaker dan Reese, dalam Alex Sobur, 2002, h. 138

a. Level Individual

Faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola atau pemilik media. Level individu melihat para pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media terhadap pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. 33 Latar belakang individu seperti jenis kelamin, usia atau agama akan mempengaruhi informasi yang disampaikan oleh media pada khalayak. Pada pendekatan individu ini, berita yang disampaikan oleh media tidak pernah lepas dari aspek personalitas wartawan, reporter, kamerawan, script writer dan lainnya. Oleh karena itu, bagaimanapun berita yang disampaikan media dilihat pula dari personalitas wartawan yang menulis berita tersebut mengambil informasi dari suatu kejadian atau peristiwa tidak lepas dari sudut pandang yang diambil oleh wartawan tersebut. Aspek personal dan level individu ini tentunya mempengaruhi sekema pemahaman pengelola media. Latar belakang pendidikan 33 Agus Sudibyo, Poitik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta : LKiS, 2006, h. 7-8 38 atau kecendrungan orientasi pada salah satu partai politik akan secara tidak langsung mempengaruhi pemberitaan media.

b. Level Rutinitas Media Media Routine

Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang suatu berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung setiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berbeda di dalamnya. Rutinitas media ini berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita dibentuk. Berbagai mekanisme yang dijelaskan bagaimana berita diproduksi, rutinitas media kerenanya mempengaruhi bagaimana wujud akhir sebuah berita. Rutinitas media ini seperti rapat redaksi yang mana dalam rapat redaksi tersebut berbagai hal terkait pemberitaan dibahas sedetil mungkin, misalnya apakah data yang didapat sesuai denga rapat redaksi, kerasnya perdebatan, dan dead line yang ditentukan. Rutinitas memiliki dampak yang penting dalam memproduksi wacana simbolik. Mereka merupakan bentuk mediasi lingkungan yang menentukan kemana individu pekerja media membawa pekerjaannya. Rutinitas media ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, oleh karena itu media harus mampu beradaptasi antara struktur birokratik media dengan faktor eksternal yang mempengaruhi secara beriringan.

c. Level Organisasi

Level organisasi berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Di dalam organisasi media tidak hanya terdiri dari pengelola media dan wartawan saja, namun berbagai macam bagian