Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 Media massa seperti koran, majalah, tabloid, radio dan TV di daerah yang menyelenggarakan Pilkada, habis-habisan menjadi ranah pertarungan berbagai kekuatan ekonomi dan politik. Tak jarang, di beberapa daerah ada kecenderungan media massa lokal yang sebelum Pilkada menampilkan diri sebagai media independen serta menjungjung tinggi nilai jurnalistik, namun pada saat Pilkada berlangsung menjadi sebaliknya, sangat absurd, memihak dan menafikan keindahan etika jurnalistik. Asumsi media massa memiliki kekuatan yang sangat signifikan dalam memproduksi dan bahkan mereproduksi citra politik. Tuchman, mengingatkan bahwa seluruh isi media sebagai realitas yang telah dikonstruksikan constructed reality. 2 Media pada dasarnya menyusun realitas hingga membentuk sebuah cerita. Sehingga terkesan maklum jika kemudian muncul rumusan siapa munguasai media maka akan menguasai dunia. Dalam konteks Pilkada, siapa yang mengusai opini publik melalui media massa maka sudah barang tentu berpotensi besar untuk dinobatkan sebagai pemenang. Teori Berger dan Luckman, proses konstruksi citra melalui media berlangsung melalui suatu interaksi sosial. Proses dialektis yang menampilkan tiga bentuk realitas yakni realitas subjek subjective reality, realitas symbol symbolic reality, dan realitas objek objective reality. 3 Pada saat seorang tokoh tampil sebagai fakta yang berada di luar diri publik, dan tampil seperti apa adanya itulah objective reality. Sementara itu, semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai objective reality termasuk di dalamnya isi media media content, dikategorikan sebagai simbolic reality. 2 Tuchman, Gaye, 1991, Qualitative Methods in the Study of News, in Jensen, K.B., and Jankowski, N.W. ed., A Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Research, London and New York: Routledge. dalam Heriyanto, Gun Gun, Ibid, h. 2 3 Ibid, h. 2 4 Realitas simbolik inilah sebetulnya yang menjadi kekuatan media. Karena definisi konstruksi tentang realitas yang dimiliki individu-individu subjective reality ini sangat dipengaruhi oleh ekspresi simbolik yang diberikan media. Realitas simbolik di TV, majalah, koran, radio dan lainnya inilah yang kemudian mempengaruhi opini warga masyarakat. Melihat pentingnya Pilkada yang menjadi bagian dalam proses demokratisasi di Indonesia, sudah semestinya media lokal maupun nasional tak hanya memikirkan akumulasi keuntungan dari perhelatan Pilkada. Meskipun tak bisa melepaskan diri dari kelompok kepentingan yang bertarung di Pilkada, media sejatinya tetap mengedepankan pertanggungjawaban sosial. Adalah media dalam arti pers tak hanya melakukan kerja komodifikasi. Komodifikasi dalam pandangan ekonomi-politik Vincent Mosco, mengacu pada proses mentransformasikan nilai guna use value menjadi nilai tukar exchange value atau nilai yang didasarkan pasar. 4 Pers dalam perannya sebagai mata dan telinga idealnya dapat terus menjalankan fungsinya dengan maksimal. Adalah fungsi pokok pers seperti dikemukakan Harold D. Laswell adalah sebagai Pengawas Sosial sosial surveillance. 5 Usaha penyebaran informasi dan interpretasi objektif mengenai berbagai peristiwa dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan masyarakat. Keberhasilan dalam menyelenggaraan Pilkada, adalah partisipasi pers lokal. Keberadaan pers lokal di banyak daerah seringkali dianggap kurang memiliki peran 4 Mosco, Vincent, The Political Economy of Communication, London, New Delhi: SAGE Publication, 1996 dalam Heriyanto, Gun Gun, Ibid, h.3 5 Laswel, Harold D., dari Bryson, L. 1964, The Communication of Ideas, Cooper Square Publisher: New York. dalam, Heriyanto, Gun Gun, Opini, Ibid, h. 4 5 signifikan. Padahal, jika pers lokal dapat menjalankan fungsinya secara maksimal maka akan menjadi alat kontrol yang cukup efektif. Selama berlangsungnya Pilkada, ada tiga potensi yang dimiliki pers lokal. 6 Pertama, pers lokal terbisaa fokus dengan masalah-masalah di daerah yang menjadi wilayah liputannya. Para jurnalis lokal sangat akrab dengan isu-isu mikro yang sering kali mereka ulas secara lebih detil. Namun, karena harus berbagi dengan beragam isu di tingkat nasional bahkan internasional rubrik atau program acara yang tersedia untuk isu-isu lokal menjadi sangat terbatas. Pers lokal bisa masuk ke pusaran isu secara lebih mendalam karena proses identifikasi isu di daerah tersebut sudah menjadi keseharian kerja jurnalistik mereka. Kedua, akses informasi para jurnalis pers lokal sudah terjalin jauh hari sebelum Pilkada dilaksanakan. Sehingga kemungkinan network di antara para pekerja media dengan key person dari elit lokal sudah terbangun. Ini akan memudahkan mereka dalam mendapatkan informasi dari pihak pertama. Ketiga, seiring perkembangan industri media massa di Indonesia, pers lokal banyak yang telah menerapkan sistem manajemen modern. Terlebih dengan terkoneksinya manajemen pers lokal tersebut dengan group media besar seperti Tangsel Pos di Tangerang Selatan yang menjadi bagian dari Rakyat Merdeka Group. Pada saat mendekati pelaksanaan Pilkada, peran media massa seakan menjadi pintu utama informasi, hal itu lantaran bukan hanya peserta Pilkada yang memanfaatkan ruang media mssa, melainkan KPU sebagai penanggungjawab berjalannya proses demokratisasi tersebut pun tak mau ketinggalan. Dan biasanya media massa lokal 6 Ibid, h. 4 6 mengkemas dengan sengaja rubrik tersendiri atau bahkan penambahan halaman guna menampung informasi yang dianggapnya penting untuk dipublikasikan. Fenomena Kota Tangerang Selatan atau sering disingkat dengan Tangsel adalah kota baru hasil pemekaran Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Di usianya yang seumur jagung dan untuk kali pertamanya menyelengarakan Pilkada. Maka wajar jika relasi antara elit politik dengan media pun serba baru terjalin. Dalam kondisinya yang baru tersebut kian menjadi daya tarik untuk lebih dalam mengamati dari berbagai elemen yang terkait dengan media dan Pilkada. Dari kinerja KPUD hingga strategi mass marketing of politic para peserta Pilkada. Dari penjabaran inilah selanjutnya menggugah penulis untuk meneliti lebih dalam hubungan antara Media dan Pilkada dari sudut pemberitaan media, oleh karena itu penulis dengan penuh keyakinan memberikan judul : ANALISIS WACANA PEMBERITAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH PILKADA KOTA TANGGERANG SELATAN 2010 Studi Pemberitaan Komisi Pemilihan Umum Daerah Tanggerang Selatan Pada Koran Tangsel Pos Periode 8 – 12 November 2010

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada dasarnya masalah itu sangatlah kompleks, dan kompleksitas masalah dapat mengakibatkan penyelesaian masalah yang tidak terfokus kemudian menyimpang. Untuk menghindari hal tersebut dan bahkan dapat memperjelas obyek penelitian, peneliti membatasai permasalahan pada berita Pilkada Kota Tangsel tahun 2010 dengan kompleksitas berita terkait pemberitaan KPU pada koran Tangsel Pos selama lima hari 7 sebelum atau menjelang pemungutan suara Pilkada Kota Tangsel 13 November 2010 yaitu tertanggal 8 November sampai dengan 12 November 2010. Peneliti memilih lima hari menjelang pemungutan suara karena KPUD Tangsel tentunya memiliki banyak kegiatan menjelang pertama kalinya Kota Tangsel menyelenggarakan Pilkada. Dalam pelaksanaanya peneliti memilih Rubrik Pilkada Tangsel pada koran Tangsel Pos dikarenakan koran Tangsel Pos adalah koran lokal pertama dangan jumlah pembaca yang besar dibandingkan koran lokal yang lainnya di Kota Tangsel. Dan sebagai gambaran pembaca melalui judul di atas peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah konstruksi wacana yang terdapat dalam berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos. b. Bagaimanakah penyajian berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos ditinjaun dari kognisi sosial? c. Bagaimanakah konteks sosial berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: a. Mengetahui konstruksi wacana yang terdapat dalam berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos. b. Mengetahui penyajian berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos ditinjaun dari kognisi sosial. 8 c. Mengetahui konteks sosial berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Akademis atau Teoritis 1. Menambah khazanah akademik terutama tentang kajian media terkait dengan berita KPUD Tangsel pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos. 2. Memperdalam kajian dalam konteks analisis wacana terkait berita Pilkada Tangsel 2010 khususnya pemberitaan tentang kinerja KPUD Tangsel menjelang pemungutan suara. 3. Sebagai informasi awal bagi siapa saja yang akan melakukan penelitian serupa pada masa yang akan datang. b. Manfaat Praktis 1. Dapat dijadikan sebagai sumber, metode, teori dan gagasan yang dapat diimplementasikan bagi peneliti selanjutnya. 2. Sebagai referensi yang dapat memberikan kontribusi bagi media massa dalam mengawal penyelenggaraan Pilkada selanjutnya. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kontekstual bahasa yang digunakan dalam mengkemas berita pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos bagi peneliti dan pembaca. 4. Mampu menjelaskan pengetahuan mendasar mengenai berita di media cetak dan menjadi bahan evaluasi akan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan berita politik pada Rubrik Pilkada Tangsel di Koran Tangsel Pos bagi masyarakat dan para elit politik.