ANALISIS KOGNISI SOSIAL BERITA KPU TANGSEL

Dan dalam wawancara yang penulis lakukan mengenai perbedaan yang signifikan berita Tangsel pos dengan media lainnya adalah dari sisi lokaliti. Tangsel pos lebih has dengan lokality. “Yang paling beda, kita Lokality-nya ya. Dari lokality kita dapet bahwa karena kita memahami dan mengerti tangsel maka lokality-nya kita lebih spesifik. Saat itu saat pilkada kota tangsel. Dan di koran-koran lain tidak halaman khusus yaa yang terkait soal pilkada kota tangsel, adanya di halaman-halaman yang nyebar lah. Kalo di kita di halaman satu ada, halaman politika atau di Pilkada ada juga dalam halaman-halaman yang berkaitan dengan pilkada juga ada.” 3 Sementara terkaitan penulisan teks berita, penulis melakukan wawancara dengan wartawan desk politik Tangsel Pos, yaitu Samsudin, dalam penjelasannya pada saat menentukan judul tema dan gagasan adalah. “..Eemm bisaanya dalam menentukan narasumber itu kita udah punya ide dulu, ide dalam artian kita udah punya isu berita apa, isu apa yang akan kita anggkat, misalkan kalau isu yang lagi up date itu kita akan mencari narasumber yang emang bisa menjawab isu yang udah kita siapkan sebelumnya gitu. Jadi narasumber ini harus orang yang berkompeten lah dalam artian kalau dian tidak sesuai dengan isu yang kita dapatkan otomatis hasil dari wawancara dan hasil berita kita juga akan jauh berbeda nantinya. Dalam artian jadi untuk narasumber juga udah kita patok dari awal, misalkan Pilkada, bisaanya siapa aja, pengamat politik, KPU, Panwas, calon walikota itu sendiri maupun timses maupun relawan gress root, itu semua bisa kita mintakan keterangan.. …Untuk di media Tangsel pos itu sendiri bisaanya itu wartawannya sendiri yang bermain dari awal, walaupun karena wartawan itu sudah dari awal mengikuti perkembangan Pilkada itu. Jadi secara otomatis wawasan dia tentang Pilkada juga udah bisa memahamilah apa yang akan dia ketahui, isu apa yang akan dia lemparkan ke narsumnya sendiri, sehingga isu yang sudah ditetapkan dia sendiri tanpa bantuan kantor bisa dijadikan sebuah berita. Nah yang terkait dengan masalah apakah itu sudah ditentukan sebelumnya oleh kantor atau engga, tergantung juga kalau kantor memiliki kepentingan dalam artian dalam hal ini ada kepentingan bisnis mungkin dengan salah satu calon atau pihak tertentu itu bisaanya sudah ditentukan juga, dan itu wartawan bisa bermain dengan isu yang sudah diberitahu oleh kantor…” 4 3 Khomaurizal, Waw ancara Pribadi, 13 April 2011. 4 Samsudin, Waw ancara Pribadi, 13 April 2011. Kemudian proses Pra Produksi yang sering kali dilakukan wartawan Tangsel Pos dalam kesehariannya, samsudin menjelaskan: “..Nah itu yang seperti tadi, dalam proses sebelum menjadi sebuah berita yang layak dibaca dalam bentuk koran misalnyakan, itu kita sudah punya isu yang kita lemparkan kepada narasumber yang sudah emang kita ingin dapatkan jawaban dari dia. Saat itu kita turun kelapangan mencari narasumber itu bisa menemui langsung itu sendiri maupun by phone. Dikarenakan diera moderen sekarang ini by phone lebih mudah digunakan. Dan ketika ide dan jawaban itu kita dapatkan disitu wartawan bermain, bermain dalam artian mengolah bahasa, bahan mentah yang sudah ada menjadi bahan berita yang layak dibaca. Setelah itu wartawan bisaanya menulis bahan mentah itu sebelum akhirnya dikoreksi kembali oleh redaktur. Setelah dikoreksi redaktur kemudian naik ke layout, setelah itu bisaanya ada dummy dalam bentuk berita gitu, sudah langsung jadi sebuah koran…” 5 Melihat hal tersebut, Tangsel Pos adalah koran lokal Tangerang Selatan berusaha menjadi koran umum yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Begitu pula kaitannya dengan Pilkada mengalir seiringan dengan kondisi yang dijumpai wartawan di lapangan. Ide gagasan dan kreatifitas dalam menulis sepenuhnya dilakukan oleh wartawan pada saat di lapangan.

D. KONTEKS SOSIAL BERITA KPU TANGSEL

Elemen ketiga dari analisis Van Dijk adalah Analisis Sosial. Menurut Van Dijk, wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat. Wacana yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan pada kinerja KPU sebelum penyelenggaraan Pilkada. Jika dibuat rumusan konteks sosial dalam hal ini adalah menjawab pertanyaan bagaimana wacana mengenai pilkada kota Tangsel 2010 5 Samsudin, Waw ancara Pribadi, 13 April 2011. khususnya yang berkembang pada masyarakat. Bagaimana wacana Pilkada tangsel khususnya KPU dibangun secara sistematis melalui institusi pemerintah dan birokrasi, maka pada bagian ini saya akan memaparkan konteks sosial yang melatarbelakangi Pilkada 2010 mengenai KPU Tangsel sebelum pemungutan suara. Pemilihan umum adalah salah satu tuntutan yang akan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat yang pemerintahannya menganut sistem demokrasi perwakilan, termasuk Indonesia. Dalam UU nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum, pada pasal 1 ayat 1 Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan republik Indonesia tahun 1945. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:  Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi  Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten  Walikota dan wakil walikota untuk kota Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Dasar hukum penyelenggaraan pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, pilkada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum pemilu. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sementara terkait dengan berita Pilkada Kota Tangsel, dari diskusi yang penulis lakukan dengan anggota Forum Pembauran Kebangsaan FPK 6 , selain Kota Tangsel yang baru seumur jagung namun memiliki potensi besar dibidang jasa dan perdagangan serta properti, tak heran Tangsel yang memiliki 7 kecamatan menjadi mutiara yang diperebutkan para politisi lokal. Pesta rakyat Pilkada untuk pertama kalinya digelar 13 November 2010. Seperti halnya di daerah-daerah lain pilkada Tangsel diharapkan berjalan lancar dan memberikan efek pendidikan dan kesadaran politik masyarakat dan tentunya ada upaya meminimalisir anggaran. Namun realitas politik tidak selamanya berjalan demikian, semakin mendekati pelaksanaan Pilkada Tangsel pun menjadi sorotan rakyat secara nasional. Lagi-lagi salah satunya adalah kandidat calon walikota dan wakil walikota diikuti dari kalangan selebritras. Empat Calon walikota dan wakil walikota sesuai nomor urut adalah Drs. H. Yayat Sudrajat, M.Si – H. Norodom Sukarno, S.IP., Hj. Rodhiyah Najibah, S.Pd – H. E. Sulaiman Yasin., H. Arsid M.Si – Andre Taulany., Hj. Airin Rachmi Diany, SH., MH., - Drs. Benyamin Davnie. Keterhadiran selebritas OVJ Andre Taulany dalam Pilkada Tangsel menjadi kuda hitam ditengah maraknya isu dinasti. Dalam hal ini Airin yang mewakilan oligarki Banten yang tidak lain adalah adik ipar gubernur Banten Atut Chosiyah. Penolakan terhadap oligarki Banten yang ditandai munculnya Jaringan Pemilih Tangerang Selatan JPTS serta bernotabene kalangan akademisi di Tangerang Selatan. 6 Organisasi Pemerint ah binaan Dinas Kesbangpol Kot a Tangerang Selat an