Media Massa Sebagai Saluran Konstruksi Realitas

31 bukanlah realitas yang sesungguhnya melainkan realitas media. 17 Maksudnya realitas yang dibuat oleh wartawan dan redaktur yang mengelola peristiwa politik menjadi berita politik, melalui proses penyaringan dan seleksi editing dan rapat redaksi dengan kata lain adalah realitas buatan atau realitas tangan kedua. Dalam kehidupan sehari-hari media massa mempunyai dua peranan normatif. Pertama yaitu, media harus bisa bersikap netral karena isi yang disampaikan adalah cerminan dari realitas sosial yang beranggapan bahwa media mampu merefleksikan seluruh yang ada dalam kehidupan sosial. Peran kedua adalah sudah selayaknya media bertindak selektif dalam menyajikan informasinya yang pada akhirnya isi pesan pemberitaan itu cenderung selektif dan spesifik. 18 Melalui peranan dan isi media dapat melahirkan perspektif teoritik bahwa isi media dapat dianggap sebagai penggambaran suatu realitas sosial yang ada dan yang hidup di masyarakat. 19 Media mewakili realitas sosial yang terkait dengan berbagai macam kepentingan. Keterkaitan media ini berhubungan dengan kepentingan yang berada di dalam maupun di luar media massa itu sendiri. Kepentingan eksternal meliputi pemilik atau pengelola media yang berhubungan dengan keuntungan industri media. Sedangkan kepentingan internal meliputi kepentingan masyarakat. Sehingga hal ini yang membuat media harus bergerak dinamis diantara kepentingan- kepentingan tersebut sebagai saluran dalam mengkonstruksi realitas. 17 Anwar Arifin, Pencitraan dalam Politik; Strategi Pemenangan PEMILU dalam Perspektif Komunikasi Politik, Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006, h. 5 18 Mansyur Sema, Study Gate Keeping dalam Pemberitaan Surat Kabar Indonesia. Tesis ini tidak diterbitkan. Jakarta Pasca Sarjana FISIP UI Jakarta. 1990. 19 Harsono Suwardi, Peran Pers Dalam Politik di Indonesia: Suatu Study Komunikasi Politik terhadap Liputan Berita Kampanye PEMILU 1987, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993 h.65 32

c. Konstruksi Realitas Politik

Berdasarkan penjabaran di atas bahwa media sebagai saluran yang mengkonstruksi realitas diantara berbagai macam kepentingan maka para politisi selalu berusaha mendapatkan dukungan media, sambil berharap konstruksi realitas politik yang dibut media berpihak kepadanya. 20 Dan sebaliknya, dalam iklan politik yang berlaku di Indonesia, media massa mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam mengkonstruksi realitas. Kebebasan ini bukan berarti tidak ada pembatasan sama sekali terhadap media massa khususnya media cetak. Ada hukum yang melarang fitnah terhadap individu, kelompok atau lembaga tertentu. Oleh karena itu, sistem politik yang diterapkan dalam suatu Negara akan turut menentukan kebijakan dan mekanisme kerja media massa. Dalam konteks ini terbuka peluang bagi media untuk bersikap partisipan atau non partisipan terhadap suatu kekuatan politik. Media massa yang bersikap partisipan terhadap suatu kekuatan politik non-partisipan cendrung memiliki khalayak yang lebih luas dan tidak stabil. 21 Namun tidak dapat dipungkiri bahwa daya tarik khalayak terhadap suatu media umumnya berbeda dengan daya tarik terhadap media lainnya. 22 Khalayak selalu memilih media sesuai dengan keinginannya. Walau demikian, pengaruh media massa tetap ada. Media akan tetap mengubah atau mempengaruhi secara berlahan-lahan dan samar. 20 W. Lance Benet, ed. 3, News The Politics of Illusion, New York: Longman, 1996, h. 77-113; dalam Ibnu Hamad, ed. 2, Konstruksi Realitas Politik dalam Media massa; Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Jakarta: Granit, 2004, h. 15 21 Ibnu Hamad ed 2, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita politik, Jakarta: Granit, 2004, h. 27 22 William, L. Rivers, Jay W. Jensen Theodore Peterson, ed 2, Media massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 303 33 Suatu media yang lebih ideologis umumnya muncul dengan konstruksi realitas yang bersifat pembelaan terhadap kelompok yang sealiran dan penyerangan terhadap kelompok yang berbeda haluan. 23 Jadi, dalam mengkonstruksi realitas politik, faktor ideologi yang dimiliki media dan dianut khalayak akan mempengaruhi pasar media tersebut. Dengan kata lain, muatan ideologi dan politis dijadikan dasar untuk mempertahankan pasar kepentingan ekonomi manakala media memberitakan salah satu pemberitaan politik. Selain itu faktor-faktor tersebut, terdapat faktor lain pula yang mempengaruhi konstruksi realitas politik oleh media, yaitu kepentingan-kepentingan yang bersifat tumpang tindih pada tingkat perorangan atau kelompok dalam sebuah organisasi media, kepentingan itu dapat berupa kepentingan agama, kedaerahan serta struktur organisasi media tersebut. Organisasi media ini merupakan dasar yang efektif dalam mengumpulkan dan mengevaluasi beberapa hal yang terkait dengan kepentingan tersebut. 24 Kepentingan tersebut dipengaruhi oleh orientasi khalayak, oleh karena itu rutinitas media menjadi suatu kebutuhan yang tersistem dan menjadi standar, terlembagakan dan dimengerti oleh penggunanya.

d. Political Performance

Indonesia merupakan Negara demokratis. Demokrasi adalah realisasi, dalam merealisasikan demokrasi salah satu cara yang dilakukan adalah pemilihan umum, 23 Harsono Suwardi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1993, h. 218- 219. 24 Pamela Shoemaker Stephen D. Reese, Mediating The Message Theories of Influences on Mass Media Content; second edition, USA: Longman Publisher, 1991, h. 117: dalam Ibnu Hamad ed. 2, Konstruksi Realitas Politik dalam Media massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Jakarta: Granit, 2004 h. 26 34 rakyat berhak memilih secara langsung siapa yang akan menjadi pemimpin dan program siapa yang telah diiklankan sesuai dengan keinginan rakyat. 25 Oleh karena itu, perlu adanya kinerja politik Political Performance sebagai indikator yang turut mendukung dalam pelaksanaan kehidupan politik. Political Performance atau kinerja politik jika diartikan satu persatu terdiri dari kata kinerja yang berarti suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu institusi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. 26 Serta politik adalah proses pelaksanaan, pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan-keputusan ataupun pengembangan kebijakan-kebijakan secara otoritas yang mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai tertentu. 27 Political Performance sebagai indikator kehidupan politik menurut Bringham antara lain: 28 a Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili keinginan rakyatnya. Artinya klaim pemerintah untuk patuh pada aturan hukum didasarkan pada penekanan bahwa apa yang dilakukannya merupakan kehendak rakyat. 25 Kennth N. Waltz, Foreign Policy and Democratic Politic; The American and British Experience, Boston: Little. Brown and Company, 1967, h. 20. dalam Ibnu Hamad ed. 2, Konstruksi Realitas Politik dalam Media massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Jakarta: Granit, 2004, h. 32 26 John Witmore, Coaching for Performance: The New Edition of Political Guide, Finland: WS Bookwell, 1997, h. 104 : dalam Ibnu Hamad, Ibid h. 26 27 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Rineka Cipta, 2001, h.18 28 Goen Heryanto, Handout Komunikasi Politik, Jakarta : FDK UIN Syahid, 2005. H.4