2.3. Deskripsi Kinerja Kelistrikan
Hingga tahun 2010, kelistrikan masih menghadirkan berbagai macam masalah, mulai dari pasokan yang tersendat hingga kesenjangan sosial lainnya.
Dikatakan masih ada kesenjangan karena hingga kini 65 tahun usia kemerdekaan, belum 100 persen penduduk Indonesia menikmati listrik.
Untuk Indonesia baru sekitar 58 persen dari 220 juta penduduk Indonesia yang dapat menikmati aliran listrik. Diantara Negara-negara sesama anggota
ASEAN, rasio elektrifikasi Indonesia termasuk yang terendah, hanya unggul dari Laos dan Kamboja, bukan sebuah pencapaian yang menggembirakan tentunya,
pemerintah menyadari benar kekurangan ini. Kebijakan pemadaman bergilir yang tengah berlangsung saat ini, pada
dasarnya merupakan kebijakan yang diambil secara terpaksa, salah satu faktor yang mengakibatkan defisit itu semakin bertambah adalah adanya pemeliharaan
mesin pembangkit GT 22 di PLTGU Sicanang, Belawan. Sebelumnya kapasitas listrik yang mampu didistribusikan sebesar 950 MW sedangkan PT. Inalum hanya
memasok energi pada beban puncak sebesar 40 MW, maka kemampuan total pasokan kurang lebih 990 MW. Kapasitas ini belumlah mencukupi untuk
memenuhi pelanggan yang ada, karena kebutuhan listrik Sumut mencapai 1070 MW sampai 1140 MW, pada saat dilakukan pemeliharaan maka defisit pasokan
akan bertambah 320-350 MW. Defisit inilah yang coba diatasi dengan melakukan pemadaman bergilir,
namun situasi ini menimbulkan persoalan baru, dimana masyarakat merasa kecewa dengan kondisi ini.
Universitas Sumatera Utara
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu upaya jangka pendek dan upaya jangka menengah. Upaya jangka pendek
adalah barter energi listri sebesar 90 MW dengan PT. Inalum, menambah sewa genset atau beli energi oleh PLN Pembangkitan 35 MW, merelokasi PLTG 36
MW dari Sumatera Selatan ke Belawan, melakukan penyambungan saluran transmisi 150 kv dari Bagan Batu ke Rantau Parapat yang mampu menambah 40-
60 MW, sedangkan jangka menengah adalah percepatan pembangunan PLTU Labuhan Angin dengan daya sebesar 60 MW.
Setiap tahunnya PLN harus mampu menambah daya sebanayk 3800 MW per tahu atau sekitar 3,5 juta sambungan per tahun. Selama ini prestasi tertinggi
dalam hal sambungan baru dicapai PLN pada tahun 1994, yaitu 2,7 juta sambungan. Di luar itu PLN rata-rata hanya membuat 1 juta sambungan per tahun,
diperlukan tambahan 1000 unit gardu induk, 30 kms saluran transmisi. Secara singkat kondisi kelistrikan Sumatera Utara khususnya kota Medan
dapat dilihat pada Tabel 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4.
Tabel 2.1. Pangsa Pelanggan Per Sektor Pelanggan PT. PLN Cabang Medan No.
Sektor Pelanggan Persen
1 Rumah tangga
90.5 2
Bisnis 6.8
3 Industri
0.3 4
Sosial 1.1
5 Gedung kantor pemerintah
0.2 6
Penerangan jalan 1.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Pangsa Pendapatan Per Sektor Pelanggan PT. PLN Cabang Medan
No. Sektor Pelanggan
Persen
1 Rumah tangga
28.47 2
Bisnis 23.74
3 Industri
38.73 4
Sosial 2.77
5 Gedung kantor pemerintah
1.39 6
Penerangan jalan 4.9
Tabel 2.3. Harga Jual Rata-rata Per Sektor Pelanggan PT. PLN Cabang Medan
No. Sektor Pelanggan
Rp.kWh
1 Rumah tangga
612.44 2
Bisnis 770.33
3 Industri
590.95 4
Sosial 635.87
5 Gedung kantor pemerintah
776.35 6
Penerangan jalan 638.85
Tabel 2.4. Neraca Energi PT. PLN Cabang Medan No.
Sektor Pelanggan GWH
1 Total Produksi Netto
2687.1 2
Energi Siap Jual 2686,77
3 Penjualan Energi
2381,69 4
Susut Energi 304, 25
2.4. Implementasi Sistem Manajemen Kinerja di PLN Saat ini