Scoring system dengan metode Objective Matrix

5.2.4. Scoring system dengan metode Objective Matrix

Model pengukuran produktivitas OMAX mengatasi masalah-masalah dalam kesulitan pengukuran produktivitas yang melibatkan banyak hal, dengan cara mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang penting ke dalam suatu bentuk yang saling terkait satu sama lain serta mudah untuk dikomunikasikan. Selain itu, model ini mengadung keuntungan, yakni dengan mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang terlibat dalam unit kerjanya, mulai dari tingkat bawah, menengah , dan atas dalam proses pembentukan dan pelaksanaannya. Dalam penyusunan matriks maka langkah yang dilakukan adalah: 2. Menentukan kriteria produktivitas Key Performance Indicator Langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini dilaksanakan. 2. Menjelaskan Data. Setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan kriteria tersebut secara lebih terperinci. 3. Penilaian pencapaian mula-mula skor 3. Pencapaian mula-mula diletakkan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memungkinkan terjadinya pertukaran dan memberi kelonggaran apabila sekali-sekali terjadi kemunduran. 4. Menetapkan Nilai Optimis dan Pesimis skor 10 dan skor 0. Universitas Sumatera Utara Skor 10 berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis, sedangkan skor 0 merupakan pencapaian terburuk yang mungkin dicapai. 5. Menetapkan sasaran jangka pendek. Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matriks dilakukan langsung setelah butir skala nol, tiga, sepuluh telah terisi. Butir yang tersisa diisi dengan jarak antar skor adalah sama. 6. Menentukan derajat kepentingan bobot. Semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria harus diberi bobot. Pembobotan biasanya dilakukan Oleh pihak pengambil keputusan dan dapat pula dilakukan oleh orang-orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang akan diukur. 7. Pengoperasian Matriks. Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah dipenuhi. Setelah itu dapat diukur indeks produktivitas dari unit kerja yang diukur. Langkah 1 sampai 4 dapat dilihat pada Tabel 5.13, 5.14, 5.15, 5.16, dan 5.17. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.13. Data Kuantifikasi Key Performance Indicator Stakeholder Kantor Wilayah No. Key Performance Indicator Satuan Target Realisasi Nilai Optimis Nilai Pesimis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Harga jual listrik rata-rata Umur Piutang Collection Period Biaya Pokok Penyediaan BPP Rasio Operasi Operating Rasio Biaya Administrasi NiagaPelanggan Biaya Administrasi UmumPegawai Efektifitas biaya pemeliharaan SILM Ketepatan Penyampaian LPT Ketepatan Penyampaian RKAP Ketepatan Penyampaian LM Ketepatan dan Kebenaran LPTK Serah Terima Proyek Respon terhadap Temuan Auditor Rp.kWh Hari Rp.kWh Rp.Plg Rp.Plg Hari Hari Hari Hari Hari 730,76 1,95 1275,26 145,95 18987,31 80194,57 2.49 90 45 120 45 45 90 45 684.87 1,40 1486,11 215,43 20226,94 110791,46 1.38 85 45 120 45 45 90 90 750 1 1100 130 16000 75000 1 100 30 100 30 30 100 30 650 2 1600 230 22000 115000 3 50 75 130 75 75 50 75 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Universitas Sumatera Utara Keterangan Tabel: 1. Target Target adalah nilai yang ingin dicapai perusahaan pada akhir periode kinerja perusahaan, yang dibuat berdasarkan pengalaman perusahaan pada periode pengukuran kinerja sebelumnya. 2. Realisasi: Realisasi adalah pencapain kinerja perusahaan pada periode tertentu, perhitungan realisasi menggunakan rumus tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Contoh: Untuk harga jual listrik rata-rata, realisasi menggunakan rumus: terjual yang kWh Listrik Penjualan Rp Total kWh Rp . . = 3. Nilai Optimis Nilai Optimis adalah nilai target yang mungkin dicapai perusahaan pada periode berikutnya, ditetapkan secara kualitatif oleh pihak perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan. 4. Nilai Pesimis Nilai Pesimis adalah nilai realisasi terburuk yang mungkin dicapai perusahaan pada periode berikutnya, ditetapkan secara kualitatif oleh pihak perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi p erusahaan. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.14. Data Kuantifikasi Key Performance Indicator Stakeholder Pelanggan No. Key Performance Indicator Satuan Target Realisasi Nilai Optimis Nilai Pesimis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Susut Distribusi Losses SAIDI jaringan distribusi SAIFI jaringan distribusi Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan menengah konstrusi indoor Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan menengah konstrusi outdoor Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan rendah tanpa perluasan Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan rendah dengan perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan menengah tanpa perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan menengah dengan perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan rendah tanpa perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan rendah dengan perluasan Menitplg Kaliplg Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari 8.33 177.64 4.35 100 10 2 7 3 30 2 5 9.79 180.39 4.64 110 21 7 14 12 35 7 8 7 170 2 90 7 1 5 2 21 1 3 12 200 8 120 30 14 21 21 45 14 14 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.14. Data Kuantifikasi Key Performance Indicator Stakeholder Pelanggan Lanjutan No. Key Performance Indicator Satuan Target Realisasi Nilai Optimis Nilai Pesimis 11 12 Kecepatan menanggapi pengaduan pelanggan Waktu koreksi kesalahan rekening Jam Hari 2 2 5 4 1 1 14 14 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Tabel 5.15. Data Kuantifikasi Key Performance Indicator Stakeholder Pegawai No. Key Performance Indicator Satuan Target Realisasi Nilai Optimis Nilai Pesimis 1 2 3 4 5 6 7 8 Perbaikan Kualitas SDM Efektifitas Sumber Daya Manusia Efektifitas Organisasi dan Sistem SDM Knowledge Management Keselamatan Ketenagalistrikan Jumlah pelaksanaan kursus Time Achievement TA Jumlah Penelitian dan Pengembangan maping Kali6 bln 100 90 90 90 90 100 90 1 70 90 90 100 75 100 90 1 120 100 100 100 100 200 100 2 25 50 50 50 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16. Data Kuantifikasi Key Performance Indicator Stakeholder Pemasok No. Key Performance Indicator Satuan Target Realisasi Nilai Optimis Nilai Pesimis 1 2 e-Proc Quality Achievement 100 90 75 90 200 100 70 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Tabel 5.17. Data Kuantifikasi Key Performance Indicator Stakeholder Regulator dan Community No. Key Performance Indicator Satuan Target Realisasi Nilai Optimis Nilai Pesimis 1 2 Program partisipasi pemberdayaan lingkungan Lingkungan Hidup 90 90 60 60 100 100 50 50 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Setelah itu masing-masing Key Performance Indicator diberikan bobot, bobot diberikan oleh narasumber dari perusahaan yang telah dipilih sebelumnya, bobot dari masing-masing Key Performance Indicator dapat dilihat pada tabel 5.18, 5.19, 5.20, 5.21 dan 5.22. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. Data Bobot Key Performance Indicator Stakeholder Kantor Wilayah No. Key Performance Indicator Bobot 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Harga jual listrik rata-rata Umur Piutang Collection Period Biaya Pokok Penyediaan BPP Rasio Operasi Operating Ratio Biaya Administrasi NiagaPelanggan Biaya Administrasi UmumPegawai Efektifitas biaya pemeliharaan SILM Ketepatan Penyampaian LPT Ketepatan Penyampaian RKAP Ketepatan Penyampaian LM Ketepatan dan Kebenaran LPTK Serah Terima Proyek Respon terhadap Temuan Auditor 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 3 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19. Data Bobot Key Performance Indicator Stakeholder Pelanggan No. Key Performance Indicator Bobot 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Susut Distribusi Losses SAIDI jaringan distribusi SAIFI jaringan distribusi Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan menengah konstrusi indoor Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan menengah konstrusi outdoor Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan rendah tanpa perluasan Kecepatan pelayanan sambung baru tegangan rendah dengan perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan menengah tanpa perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan menengah dengan perluasan Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan rendah tanpa perluasan 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19. Data Bobot Key Performance Indicator Stakeholder Pelanggan Lanjutan No. Key Performance Indicator Bobot 10 11 12 Kecepatan pelayanan perubahan daya di tegangan rendah dengan perluasan Kecepatan menanggapi pengaduan pelanggan Waktu koreksi kesalahan rekening 2 3 2 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Tabel 5.20. Data Bobot Key Performance Indicator Stakeholder Pegawai No. Key Performance Indicator Bobot 25 1 2 3 4 5 6 7 8 Perbaikan Kualitas SDM Efektifitas Sumber Daya Manusia Efektifitas Organisasi dan Sistem SDM Knowledge Management Keselamatan Ketenagalistrikan Jumlah pelaksanaan kursus Time Achievement TA Jumlah Penelitian dan Pengembangan 4 4 4 4 3 2 2 2 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.21. Data Bobot Key Performance Indicator Stakeholder Pemasok No. Key Performance Indicator Bobot 10 1 2 e-Proc Quality Achievement 3 3 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Tabel 5.22. Data Bobot Key Performance Indicator Stakeholder Regulator dan Community No. Key Performance Indicator Bobot 10 1 2 Program partisipasi pemberdayaan lingkungan Lingkungan Hidup 3 3 Sumber: PT. PLN Cabang Medan Universitas Sumatera Utara Perhitungan Interval Kelas Menggunakan rumus Contoh Perhitungan: KPI Harga Jual listrik rata-rata: Nilai Optimis Level 10 = 750 Nilai Pesimis Level 0 = 650 Target Level 3 = 730,76 Realisasi Performance = 684,87 Maka Interval antara kelas 10 dan 3 = 750-730,76 10-3 = 2,74857 Interval antara kelas 3 dan 0 = 730,76-650 3-0 = 26,92 Universitas Sumatera Utara Maka tiap kelas akan diisikan angka-angka sebagai beriku dengan rumus : Nilai Level X = Nilai Level X+1 – Interval Kelas Level 10 = 750 Level 9 = 750-2,74857 = 747,2514 Level 8 = 747,2514 - 2,74857 = 744,5029 Level 7 = 744,5029 - 2,74857 = 741,7543 Level 6 = 741,7543 - 2,74857 = 739,0057 Level 5 = 739,0057 - 2,74857 = 736,2571 Level 4 = 736,2571 - 2,74857 = 733,5086 Level 3 = 730,76 Level 2 = 730,76 - 26,92 = 703,84 Level 1 = 703,84 - 26,92 = 676,92 Level 0 = 650 Maka untuk Key Performance Indicator harga penjualan listrik rata-rata akan berada pada level 1 skor 1, kemudian untuk mentukan value dari Key Performance Indicator ini, skor 1 dikalikan dengan bobot yang telah ditentukan sehingga Key Performance Indicator ini memiliki value 2. Hasil lengkap scoring system dengan bantuan Objective Matrix OMAX dapat dilihat pada Tabel 5.23, 5.24, 5.25 dan 5.26, kemudian untuk memudahkan pembacaan tabel, digunakan Traffic Light System, dimana digunakan warna merah, kuning dan hijau. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Keterangan: 1. Skor 10: Kinerja sangat memuaskan. Perusahaan telah mencapai target realistis dan mempunyai inisiatif untuk meningkatkan kinerja. 2. Skor 9 – 8: Kinerja memuaskan. Hampir di semua aktivitas, perusahaan memperoleh hasil yang memuaskan. Perusahaan telah menguasai kriteria secara konsisten. 3. Skor 7 – 6: Kinerja yang dihasilkan baik. Perusahaan telah mempelajari fungsi dan kriteria atribut ukuran kinerja dan telah mendapatkan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan kinerja sehingga dapat bekerja dengan efektif. 4. Skor 5 – 4: Kinerja yang dicapai sedang atau di atas standar yang ada cukup baik. Perusahaan masih harus belajar dan mempunyai minat untuk belajar demi peningkatan kinerja. Universitas Sumatera Utara 5. Skor 3: Kinerja standar rata-rata. Perusahaan telah mencapai kinerja standar yang ada dan tetap dipertahankan dengan tidak berhenti melakukan peningkatan kinerja. 6. Skor 2 – 1: Kinerja yang dicapai buruk. Perusahaan masih berada di tingkat pemula atau dengan kata lain kinerja perusahaan di bawah ratarata, masih banyak yang harus dipelajari. 7. Skor 0: Kinerja ditolak sangat buruk. Kinerja perusahaan berlawanan dengan tujuan dan sasaran KPI. Membutuhkan bimbingan yang intensif. Universitas Sumatera Utara BAB VI ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa