Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Metode Performance Prism Pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan
ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE
PERFORMANCE PRISM PADA PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III PKS AEK NABARA SELATAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
HENDRA KESUMA NIM. 080423033
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(2)
ANALISA PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE
PERFORMANCE PRISM PADA PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III PKS AEK NABARA SELATAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh Hendra Kesuma NIM. 080423033
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. Khawarita Siregar, MT) (Buchari, ST, M.Kes)
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH AWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini yang berjudul “Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Metode Performance Prims Pada PT.
Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatani”.
Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Penulis sadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan Tugas Sarjana ini. Penulis berharap agar Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tugas Sarjana ini menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis
Medan, Maret 2011
(4)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik. Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis banyak mendapat bantuan, kritikan dan masukan dari berbagai pihak sehingga Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Ir Khawarita Siregar, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana dan selalu memberikan bimbingan, petunjuk serta nasihat yang sangat berarti selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Ir Ukurta Tarigan, MT, selaku sektretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Buchari ST, M.Kes, selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan kontribusi yang bermanfaat, membimbing penulis dan memberikan arahan serta masukan-masukan selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.
4. Bapak Lukman Panjaitan sebagai Manager Unit PKS Aek Nabara Selatan yang telah banyak memberikan pengarahan.
(5)
5. Bapak Bambang Listiobudi selaku Masinis Kepala dan pembimbing saya selama melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan.
6. Seluruh jajaran staff dan karyawan di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam melaksanakan penelitian.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
8. Kedua orangtua, saudara-saudara penulis dan seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa doa serta dukungan semangat yang sangat berarti sekali bagi terselesaikannya Tugas Sarjana ini.
9. Seluruh sahabat-sahabat Ekstensi 2008 Teknik Industri, yang telah banyak memberikan dukungannya dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
10.Rekan-rekan kerja penulis di PT. Pasific Medan Industri (PAMIN) yang rela bertukar Shift dengan penulis selama pelaksanaan di penelitian Tugas Sarjana.
(6)
(7)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
RINGKASAN ... xx
I PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah. ... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-4 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Profil Perusahaan ... II-1 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... II-1
(8)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.1.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.1.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.2. Organisasi dan Manajemen... II-3 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.2.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6 2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja ... II-6 2.2.4. Jam Kerja ... II-7 2.3. Teknologi ... II-7 2.3.1. Proses Produksi ... II-7 2.3.2. Standart Mutu Bahan/ Produk ... II-8 2.3.3. Bahan yan Digunakan ... II-10 2.3.4. Uraian Proses Produksi ... II-11 2.3.5. Mesin dan Peralatan ... II-18 2.3.6. Utilitas ... II-19 2.4. Safety and Fire Protection ... II-20 2.5. Pengolahan Limbah ... II-21
III LANDASAN TEORI ... III-1
(9)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.1.1. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja ... III-1 3.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja ... III-2 3.2. Manajemen Kinerja ... III-3 3.2.1. Sistem Manajemen Kenerja ... III-3 3.2.2. Dasar Perancangan Sistem Manajemen Kinerja ... III-6 3.3. Pengukuran Kinerja dengan Performance Prims ... III-8 3.4. Pembobotan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) III-16 3.4.1. Menyusun Hirarki ... III-17 3.4.1.1. Decomposition ... III-18 3.4.1.2. Comparatif Judgment ... III-19 3.4.1.3. Synthesis of Priority ... III-21 3.4.1.4. Logical Consistency ... III-21 3.4.2. Penggunaan Model AHP ... III-21 3.5. Pembobotan dengan Model OMAX ... III-26 3.6. Traffic Light System ... III-32
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Kerangka Konseptual... IV-1
(10)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.4. Variabel Penelitian... IV-3 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.6. Populasi dan Sample ... IV-4 4.7. Pengumpulan Data ... IV-4 4.8. Langkah-langkah Penelitian ... IV-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Data Spesifikasi Responden ... V-1 5.2. Indentifikasi Stakeholder Kunci ... V-3 5.3. Indentifikasi 5 Faset Performance Prims ... V-4 5.3.1. Indentifikasi Stakeholder Investor ... V-5 5.3.2. Indentifikasi Stakeholder Customers ... V-6 5.3.3. Indentifikasi Stakeholder Employess ... V-8 5.3.4. Indentifikasi Stakeholder Supplier ... V-9 5.3.5. Indetifikasi Stakeholder Communities ... V-10 5.4. Indentifikasi Parameter Kinerja (Performance Indicator) ... V-11 5.5. Diagram Hierarki Key Performance Indicator (KPI) Perusahaan ... V-21 5.6. Matrik Banding Berpasangan (Pairwise Comparion) ... V-22 5.6.1. Data Antar Stakeholder ... V-22 5.6.2. Data Antar Faset Performance Prims ... V-24
(11)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.6.3. Data Antar Key Performance Indicator (KPI) ... V-26 5.6.3.1. Data KPI Stakeholder Investor ... V-26 5.6.3.2. Data KPI Stakeholder Customers ... V-29 5.6.3.3. Data KPI Stakeholder Employess ... V-33 5.6.3.4. Data KPI Stakeholder Supplier ... V-36 5.6.3.5. Data KPI Stakeholder Communities ... V-40 5.7. Pembobotan KPI (Key Performance Indicator) ... V-43 5.7.1. Pembobotan Antar Stakeholder ... V-47 5.7.2. Pembobotan Antar Faset Performance Prims ... V-50 5.7.3. Pembobotan Antar Key Performance Indicator (KPI)... V-52 5.7.4. Penentuan Bobot Prioritas untuk Perusahaan Secara
Keseluruhan... V-57 5.8. Scoring System dengan Model Objective Matrix (OMAX)
dan Traffic Light System ... V-59
VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1
6.1. Analisa ... VI-1 6.1.1. Analisa Stakeholder Investor ... VI-1 6.1.2. Analisa Stakeholder Customers ... VI-1 6.1.3. Analisa Stakeholder Employess ... VI-2
(12)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.1.2. Analisa Stakeholder Supplier ... VI-3 6.1.1. Analisa Stakeholder Communities ... VI-3 6.2. Usulan ... VI-4
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PKS Aek Nabara Selatan ... II-6 2.2. Fraksi TBS ... II-9 2.3. Standar Mutu Inti Kelapa Sawit Eksport ... II-9 2.4. Standar Mutu Inti Sawit Penjualan ... II-10 2.5. Limbah PKS, Kadar dan Volume... II-22 3.1. Kontribusi dari Para Stakeholder ... III-5 3.2. Dasar Perbandingan Kriteria ... III-19 3.3. Harga Random Index ... III-23 3.4. Harga Nilai Eigen ... III-24 3.5. Tabel OMAX ... III-30 5.1. Data Spesifikasi Responden ... V-1 5.2. Alasan Pemilihan Narasumber ... V-2 5.3. Daftar Parameter Kinerja ... V-13 5.4. Data Key Performance Indicator (KPI) PKS Aek Nabara Selatan V-17 5.5. Matriks Banding Berpasangan Antar Stakeholder ... V-22 5.6. Matriks Banding Berpasangan Antar Faset Performance Prims ... V-24 5.7. Matriks Banding KPI Satisfaction Investor ... V-26 5.8. Matriks Banding KPI Contribution Investor ... V-26 5.9. Matriks Banding KPI Strategy Investor ... V-27
(14)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.10. Matriks Banding KPI Procesess Investor ... V-28 5.11. Matriks Banding KPI Capabilities Investor ... V-28 5.12. Matriks Banding KPI Satisfaction Customers ... V-29 5.13. Matriks Banding KPI Contribution Customers ... V-30 5.14. Matriks Banding KPI Strategy Customers ... V-30 5.15. Matriks Banding KPI Procesess Customers ... V-31 5.16. Matriks Banding KPI Capabilities Customers ... V-32 5.17. Matriks Banding KPI Satisfaction Employess ... V-33 5.18. Matriks Banding KPI Contribution Employess ... V-33 5.19. Matriks Banding KPI Strategy Employess ... V-34 5.20. Matriks Banding KPI Procesess Employess ... V-35 5.21. Matriks Banding KPI Capabilities Employess ... V-35 5.22. Matriks Banding KPI Satisfaction Supplier ... V-36 5.23. Matriks Banding KPI Contribution Supplier ... V-37 5.24. Matriks Banding KPI Strategy Supplier ... V-38 5.25. Matriks Banding KPI Procesess Supplier ... V-38 5.26. Matriks Banding KPI Capabilities Supplier ... V-39 5.27. Matriks Banding KPI Satisfaction Communities ... V-40 5.28. Matriks Banding KPI Contribution Communities ... V-40 5.29. Matriks Banding KPI Strategy Communities ... V-41
(15)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.30. Matriks Banding KPI Procesess Communities ... V-42 5.31. Matriks Banding KPI Capabilities Communities ... V-42 5.32. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar Stakeholder ... V-44 5.33. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar Faset
Performance Prims ... V-44
5.34. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Investor ... V-44 5.35. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Customers .. V-45 5.36. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Employess .. V-45 5.37. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI Supplier ... V-46 5.38. Perhitungan Rata-rata untuk Pembobotan Antar KPI
Communities ... V-47
5.39. Penjumlahan Kolom Matriks Banding Berpasangan Antar
Stakeholder ... V-48
5.40. Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Stakeholder ... V-48 5.41. Penjumlahan Kolom Matriks Banding Berpasangan Antar
Faset Performance Prims ... V-50 5.42. Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Faset
Performance Prims ... V-50
5.43. Penjumlahan Kolom Matriks Banding Berpasangan Antar
(16)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.44. Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Faset
Key Performance Indicator (KPI) Satisfaction Investor ... V-53
5.45. Rekapitulasi Hasil Perhitungan untuk Masing-masing Key
Performance Indicator (KPI) ... V-55
5.46. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai Bobot KPI Perusahaan ... V-58 5.47. Scoring OMAX Stakeholder Investor PT. Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-62 5.48. Scoring OMAX Stakeholder Customers PT. Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-63 5.49. Scoring OMAX Stakeholder Employess PT. Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-64 5.50. Scoring OMAX Stakeholder Supplier PT. Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-65 5.51. Scoring OMAX Stakeholder Communities PT. Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... V-66 5.52. Rekapitulasi Performansi Key Performance Indicator (KPI) ... V-67
(17)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PKS Aek Nabara Selatan (PANAS) ... II-5 2.2. Struktur P2K3 ... II-21 3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder ... III-4 3.2. Tahap Perancangan Sistem Manajemen Kinerja... III-8 3.3. Sudut Pandang Performance Prims ... III-13 3.4. Ruang Lingkup Model Performance Prims ... III-13 3.5. Hubungan Keterkaitan Kelima Segi dalam Performance Prism III-14 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2. Diagram Langkah Penelitian ... IV-9 5.1. Struktur Hierarki Key Performance Indicator (KPI) Perusahaan III-24
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... L.1 2. Mesin dan Peralatan Produksi ... L.2 3. Kuisioner Pembobotan Tingkat Kepentingan Key Performance Indicator
(KPI) pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan ... L.3 4. Surat Permohonan Penelitian ... L.4 5. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L.5 6. Surat Penjajakan ke Perusahaan ... L.6 7. Surat Balasan dari Perusahaan ... L.7 8. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ... L.8
(19)
RINGKASAN
Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk perlu melakukan pengukuran kinerja pada seluruh komponen aspek perusahaan. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang berada pada manajemen PT. Perkebunan Nusantara III.
Saat ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan adalah pengukuran kinerja secara tradisional. Pengukuran kinerja tradisional hanya berfokus pada aspek keuangan. Selain itu, pihak PKS hanya melakukan pengukuran kinerja pada departemen pengolahan saja. Hal ini dikarenakan peningkatan rendemen CPO dan kernel dianggap sudah menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan. Sedangkan pengukuran kinerja terhadap karyawan hanya dilakukan pada karyawan pimpinan saja seperti manager dan masinis kepala. Penilaian terhadap karyawan pimpinan dilakukan oleh pihak direksi sebagai salah satu syarat untuk peningkatan karir. Oleh karena itu, pengukuran kinerja terhadap PKS Aek Nabara Selatan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan perusahaan.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prims. Pengukuran kinerja dengan metode Performance Prims digunakan untuk mengintergrasi seluruh stakeholder yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan yang menyangkut kepuasaan, kontribusi, strategi, proses dan kapabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung dengan metode lain yaitu pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala prioritas dari setiap Key Performance Indicator (KPI), Scoring System dengan metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk melihat nilai indeks total perusahaan.
Hasil pengukuran kinerja pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan dengan metode Performance Prims berupa 52 KPI yang dijadikan indikator pengukuran kinerja, ditemukan sebanyak 44 KPI masuk dalam kategori hijau, 6 KPI masuk dalam kategori kuning dan 2 KPI masuk dalam kategori merah. Dari hasil perhitungan melalui metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System, KPI yang berada pada kategori kuning adalah Penurunan Kerusakan mesin dan peralatan, Peningkatan prasarana dan sarana pabrik, Tingkat kompetensi karyawan, Pengalokasiaan anggaran pelatihan, Tingkat kepuasaan Supplier dan Realisasi anggaran HUMAS. Sedangkan KPI yang berada pada kategori merah adalah penyelenggaraan pelatihan dan ide/ saran dari masyarakat. Melalui pengukuran ini, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa PKS Aek Nabara Selatan telah mencapai performa yang diharapkan dengan total indeks 8,4227. Hasil pengukuran kinerja ini dapat menjadi bahan masukan pihak
(20)
manajemen untuk mengevaluasi dan menentukan rencana perbaikan sehingga harapan dari semua stakeholder dapat terpenuhi.
(21)
RINGKASAN
Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di wilayah Sumatera Utara saat meningkat dengan sangat cepat. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk perlu melakukan pengukuran kinerja pada seluruh komponen aspek perusahaan. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang berada pada manajemen PT. Perkebunan Nusantara III.
Saat ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan adalah pengukuran kinerja secara tradisional. Pengukuran kinerja tradisional hanya berfokus pada aspek keuangan. Selain itu, pihak PKS hanya melakukan pengukuran kinerja pada departemen pengolahan saja. Hal ini dikarenakan peningkatan rendemen CPO dan kernel dianggap sudah menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan. Sedangkan pengukuran kinerja terhadap karyawan hanya dilakukan pada karyawan pimpinan saja seperti manager dan masinis kepala. Penilaian terhadap karyawan pimpinan dilakukan oleh pihak direksi sebagai salah satu syarat untuk peningkatan karir. Oleh karena itu, pengukuran kinerja terhadap PKS Aek Nabara Selatan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan perusahaan.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prims. Pengukuran kinerja dengan metode Performance Prims digunakan untuk mengintergrasi seluruh stakeholder yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan yang menyangkut kepuasaan, kontribusi, strategi, proses dan kapabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung dengan metode lain yaitu pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala prioritas dari setiap Key Performance Indicator (KPI), Scoring System dengan metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk melihat nilai indeks total perusahaan.
Hasil pengukuran kinerja pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan dengan metode Performance Prims berupa 52 KPI yang dijadikan indikator pengukuran kinerja, ditemukan sebanyak 44 KPI masuk dalam kategori hijau, 6 KPI masuk dalam kategori kuning dan 2 KPI masuk dalam kategori merah. Dari hasil perhitungan melalui metode Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System, KPI yang berada pada kategori kuning adalah Penurunan Kerusakan mesin dan peralatan, Peningkatan prasarana dan sarana pabrik, Tingkat kompetensi karyawan, Pengalokasiaan anggaran pelatihan, Tingkat kepuasaan Supplier dan Realisasi anggaran HUMAS. Sedangkan KPI yang berada pada kategori merah adalah penyelenggaraan pelatihan dan ide/ saran dari masyarakat. Melalui pengukuran ini, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa PKS Aek Nabara Selatan telah mencapai performa yang diharapkan dengan total indeks 8,4227. Hasil pengukuran kinerja ini dapat menjadi bahan masukan pihak
(22)
manajemen untuk mengevaluasi dan menentukan rencana perbaikan sehingga harapan dari semua stakeholder dapat terpenuhi.
(23)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit saat ini meningkat dengan sangat cepat. Terutama industri pabrik kelapa sawit yang ada di wilayah Sumatera Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4 maupun oleh pihak swasta seperti PP Lonsum, Soufindo, Bakrie Grup dan Sinar Mas. Perkembangan antar industri pabrik kelapa sawit ini memunculkan persaingan yang sangat kompetitif antar perusahaan. Untuk menghadapi persaingan yang sangat ketat ini, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berbenah diri guna mendapatkan performansi kerja yang semakin baik. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat performansi kerja yang baik perlu dilakukannya pengukuran kinerja pada seluruh komponen aspek perusahaan, mulai dari implementasi visi, misi, strategi yang objektif, target, proses dan kapabilitas dengan melibatkan seluruh stakeholdernya.1
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Aek Nabara Selatan adalah salah satu pabrik kelapa sawit yang berada pada manajemen PT. Perkebunan Nusantara III. Saat ini pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan adalah pengukuran kinerja secara tradisional. Pengukuran kinerja
1 Mardiatmo, E.U dkk.2009. Dinamika Perjalanan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)
(24)
tradisional hanya berfokus pada aspek keuangan, seperti Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Profit Margin, dan produktivitas karyawan.
Selain itu, pihak PKS hanya melakukan pengukuran kinerja pada departemen pengolahan saja. Hal ini dikarenakan peningkatan rendemen CPO dan kernel dianggap sudah menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan. Namun pengukuran kinerja yang selama ini dilakukan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan sebenarnya belum cukup menggambarkan apakah kinerja yang dimiliki oleh PKS Aek Nabara Selatan sudah baik atau belum bila hanya menggunakan peningkatan rendemen sebagai indikator utamanya.
Pihak PKS saat ini juga melakukan pengukuran kinerja hanya pada karyawan pimpinan saja seperti manager dan masinis kepala. Penilaian terhadap karyawan pimpinan dilakukan oleh pihak direksi sebagai salah satu syarat untuk peningkatan karir. Hal ini tentunya mempunyai kelemahan yaitu indikator-indikator yang dipergunakan dalam penilaian karyawan pimpinan belum dapat mewakili dari kinerja PKS Aek Nabara Selatan sesungguhnya.
Saat ini ada beberapa model sistem pengukuran kinerja terintegrasi yang populer dan digunakan secara luas di dunia industri yaitu Balanced Scorecard (BSC), HR Scorecard, Integrated Performance Measurement System (IPMS), Malcom Badrige criteria for Performance Excellence dan Performance Prism.
Pada penelitian ini akan menggunakan model Performance Prism untuk mengukur kinerja PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan.
PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan menginginkan suatu pengukuran kinerja yang mampu mengukur kinerja perusahaan secara
(25)
menyeluruh yang dapat menilai performa perusahaan dengan mengedepankan pentingnya menyelaraskan aspek perusahaan (stakeholder) ke dalam suatu pengukuran yang strategis. Stakeholder ini meliputi investor, supplier, konsumen, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat sekitar.
Penelitian dengan menggunakan model Performance Prism juga pernah dilakukan dengan judul ”Analisa Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Metode Performance Prims (Studi Kasus: PT. Petrokimia Gresik)”. Selama ini sistem pengukuran kinerja di PT Petrokimia Gresik hanya menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan individu (SKI). Perancangan dan pengukuran kinerja dengan metode Performance Prism digunakan karena dapat merefleksikan kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder yang diidentifikasikan dalam bentuk tujuan (objective). Pengukuran kinerja tersebut merupakan pengukuran yang terintegrasi, meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder dan kontribusi stakeholder kepada perusahaan.
Pengukuran kinerja dalam penelitian itu juga didukung oleh beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala nilai prioritas setiap KPI, Scoring System dengan metode Objectives Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk mengetahui nilai
indeks total perusahaan pada tingat korporasi dan kategori dari indeks tersebut. Hasil perancangan pengukuran kinerja pada PT Petrokimia Gresik dengan Performance Prism berupa 55 KPI meliputi 13 KPI pada perspektif Customer, 9
KPI pada perspektif Supplier, 14 KPI pada perspektif Investor, 11 KPI pada perspektif Emplooyee, 8 KPI pada perspektif Regulator. Dari perhitungan
(26)
pengukuran kinerja dengan menggunakan Objective Matrix diperoleh nilai kinerja perusahaan sebesar 8,681. 2
1.2. Perumusan Masalah
Oleh karena itu, pengukuran kinerja terhadap PKS Aek Nabara Selatan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui keadaan perusahaan. Pengukuran kinerja ini diharapkan akan menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan sesungguhnya. Sehingga dapat diberikan rekomendasi proses perbaikan sesuai dengan hasil pengukuran kinerja yang dilakukan. Dari hasil pengukuran kinerja ini, akan terlihat pada bagian mana kinerja perusahaan yang bermasalah. Dengan adanya rekomendasi perbaikan ini, perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi dan mempertimbangkan untuk melakukan langkah korektif.
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. PKS Aek Nabara Selatan masih menggunakan pengukuran kinerja secara tradisional yang hanya memandang pada aspek keuangan dan produktivitas karyawan. Sehingga belum adanya pengukuran kinerja yang dapat mengukur performa perusahaan secara keseluruhan.
2. Pengukuran kinerja hanya dilakukan pada departemen pengolahan saja, sehingga belum dapat menggambarkan kinerja PKS Aek Nabara Selatan sesungguhnya.
2 Arianto, Eka Suzan. 2009. Analisa Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Metode
Performance Prims (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik). Jurusan Teknik Industri. Institut Teknologi Sepuluh November
(27)
3. Pengukuran kinerja karyawan hanya dilakukan untuk karyawan pimpinan maka pengukuran tidak mempertimbangkan seluruh stakeholder dalam penentuan KPI pada pengukuran kinerja sebelumnya.
4. Tidak diidentifikasinya strategi, proses dan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus yakni : 1. Tujuan Umum:
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memberikan usulan/ rekomendasi perbaikan terhadap pengukuran kinerja saat ini sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan dengan metode Performance Prism.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kepuasan, kontribusi, strategi, proses dan kemampuan dari setiap stakeholder.
b. Mengidentifikasi dan mengintegrasikan KPI (Key Performance Indicator) yang ada pada PKS Aek Nabara Selatan kedalam pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prims.
c. Mengukur dan menganalisa model pengukuran kinerja perusahaan sehingga didapatkan indeks kinerja perusahaan secara keseluruhan.
(28)
d. Memberikan rekomendasi dan usulan perbaikan kinerja berdasarkan hasil sistem pengukuran kinerja dengan metode Performance Prims di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
2. Memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai bagian mana saja yang perlu dilakukan perbaikan kinerja.
3. Menyempurnakan sistem pengukuran kinerja yang telah ada sebelumya.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Narasumber memahami dengan baik kondisi perusahaan secara keseluruhan. 2. Perusahaan memiliki keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan data pada tahun 2010. 2. Stakeholder yang diteliti adalah investor, pelanggan, karyawan, pemasok
dan masyarakat dilihat dari sudut pandang organisasi perusahaan. 3
3 Neely, A.D. ,Kennerley, M and Adams, C.A, 2002. The Performance Prism. The Scorecard for
(29)
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Tugas Sarjana ini, maka Tugas Sarjana ini dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan pemecahan masalah, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi serta sistematika penulisan laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini memaparkan secara singkat tentang gambaran dari objek penelitian, yaitu Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan, Organisasi, Manajemen dan Uraian proses. BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan sebagai dasar dan alat untuk memecahkan masalah. Teori yang digunakan adalah teori yang membahas tentang kinerja dan pengukurannya, sedangkan metode yang digunakan adalah metode Performance Prims. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mengemukakan tentang urutan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan penjelasan secara garis besar bagaimana langkah pemecahan persoalan dengan menggunakan metode yang digunakan.
(30)
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini merupakan pembahasan tentang penerapan metode performance prism dalam pengukuran kinerja, pengumpulan data,
pengolahan data dengan cara mengidentifikasi siapa stakeholder perusahaan, mengidentifikasi parameter kinerja, pembobotan dengan AHP, dan scoring system dengan model OMAX dan Traffic Light System.
BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Bab ini menganalisa hasil dari pengolahan data dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi tentang pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan. Sedangkan saran berisi tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(31)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Profil Perusahaan
2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Kebun sawit di kawasan Distrik Labuhan Batu III PTPN III dan sekitarnya membutuhkan pabrik untuk mengolah hasil panen yang secara geografis dan ekonomis mudah dijangkau hasil kebun tersebut. Sesuai kebijakan pemerintah untuk membantu perkebunan rakyat di daerah Labuhan Batu dan sekitarnya, maka direksi PT. Perkebunan Nusantara III mengambil keputusan untuk membuat rencana pendirian pabrik dengan kapasitas 30 ton TBS per jam untuk tahap pertama dan kapasitas 60 ton TBS per jam untuk tahap kedua. Pada Tanggal 1 Juni 1977 PKS Aek Nabara Selatan mulai dibangun dan berproduksi pada tanggal 4 April 1979 dengan lokasi di Aek Nabara sekitar 22 km dari Rantau Prapat, diatas lahan seluas + 6 hektar. PKS Aek Nabara Selatan diresmikan oleh Menteri Pertanian RI Prof. Ir. Soedarsono Hadisaputro pada tanggal 15 Mei 1979. Pabrik ini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara III sampai dengan tahun 1996. Pada tahun 1983/1984, PKS Aek Nabara Selatan sudah dapat mengolah TBS dengan kapasitas 60 ton TBS per jam dengan luas areal tanaman kelapa sawit 15.256 hektar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, pengelolaan PKS Aek Nabara Selatan dialihkan kepada PT. Perkebunan Nusantara III di bawah pengawasan kebun Aek Nabara Selatan. Pada
(32)
tahun 1999 manajemen PT Perkebunan Nusantara III menetapkan bahwa pengawasan dan pengelolaan PKS Aek Nabara Selatan dialihkan dari kebun Aek Nabara Selatan kepada Manajer PKS Rayon B (PRB) berdasarkan SK Direksi No. III.10/SKPTS/R/1999. Kemudian pada tahun 2003, berdasarkan SK Direksi No.III.10/SKPTS/SR/550/2003 tanggal 10 November 2003, terhitung mulai tanggal 1 Desember 2003 ditetapkan bahwa pengawasan pengelolaannya diserahkan kepada manajer PKS Aek Nabara Selatan.
Dalam perkembanganya PKS Aek Nabara Selatan terus melakukan pembenahan dan pelayanan demi meningkatkan keunggulan produksi. Pelayanan-pelayanan ini meliputi:
1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000
2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 : 2004
3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Perkebunan Nusantara III Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kelapa sawit. Adapun ruang lingkup bidang usaha pada perusahaan ini adalah :
1. Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil /CPO (Minyak Sawit) 2. Tandan Buah Segar menjadi Kernel (Inti Sawit)
(33)
2.1.3. Lokasi Perusahaan
Pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan berada di jalan lintas barat sumatera diantara Rantau parapat - Kota Pinang yang terletak di Kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu dengan ketinggian ±37 meter diatas permukaan laut dan berjarak ± 307 km dari kota Medan, dengan luas areal 7 ± Ha terdiri dari luas areal pabrik±4 Ha dan luas areal limbah ±3 ha.
2.1.4. Daerah Pemasaran
Pemasaran produk hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan oleh pihak direksi PT. Perkebunan Nusantara III. PKS Aek Nabara Selatan menerima pesanan CPO dan Kernel sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh direksi dengan pelanggan.
PKS Aek Nabara Selatan mempunyai beberapa daerah pemasaran produk yang dihasilkan mereka diantaranya diekspor keluar negeri seperti ke Jerman, Belanda ,Jepang, Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan dan Malaysia, melalui pelabuhan Belawan dan Tanjung Balai. Sebagian produk lagi dipasarkan didalam negeri antara lain dipasarkan ke Medan, Surabaya dan Jakarta.
2.2. Organisasi dan Manajemen 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Pada PTPN III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan, Struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi yang berbentuk lini dan fungsional berdasarkan fungsi. yaitu pembagian atas unit-unit organisasi
(34)
didasarkan pada spesialisasi tugas yang dilakukan dan juga wewenang dari pimpinan dilimpahkan pada unit-unit organisasi di bawahnya pada bidang tertentu secara langsung. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
(35)
Manajer Maskep Asst. Teknik Asst. Tata Usaha/ Personalia umum Asst. Pengolahan Asst. Pengolahan Asst. Pengolahan Asst. Laboratorium Mandor Laboratorium Mandor Sortasi Mandor Pengolahan Mandor Teknik Krani Tata Usaha Krani Personalia Umum Pa Pam Danton Operator Pembantu Operator Mekanik Satpam/ Hansip Krani Pengolahan Krani Laboratorium Krani Sortasi Hubungan Fungsional Hubungan Lini
(36)
2.2.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Pada PTPN III PKS Aek Nabara Selatan ada tugas dan tanggung jawab dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan dapat dilihat pada lampiran.
2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja
PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan memiliki tenaga kerja sebanyak 227 karyawan dan pimpinan. Susunan dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Susunan dan Jumlah Tenaga Kerja PKS Aek Nabara Selatan
No Keterangan
Jumlah (Orang)
1 Karyawan Pimpinan 8
2 Karyawan Administrasi / Umum 21
3 Karyawan Laboratorium 17
4 Karyawan Sortasi 18
5 Karyawan teknik/Bengkel Umum 48
6 Karyawan Dinas Sipil 16
7 Karyawan Pengolahan 86
8 Karyawan Keamanan 13
Jumlah 227
(37)
2.2.4. Jam Kerja
Jam kerja di PTPN III PKS Aek Nabara Selatan adalah enam hari kerja untuk bagian kantor dan produksi, sedangkan untuk bagian pengolahan 7 hari kerja. Penjadwalan jam kerja untuk tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Karyawan Kantor yang terdiri dari karyawan ATU (Asisten Tata Usaha), APK (Asisten Personalia Kebun), Kantor Teknik dan Kantor Produksi serta Karyawan Produksi yang terdiri dari karyawan Kantor Pengolahan, Timbangan dan Bengkel/CD/Traksi, mulai bekerja pukul 07.00 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00- 14.00 WIB.
b. Karyawan Bagian Pengolahan
Karyawan pada bagian pengolahan dibagi atas dua shift kerja, yaitu :
1. Shift I, mulai bekerja pukul 07.00 - 19.00 WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.
2. Shift II, mulai bekerja pukul 19.00 - 07.00 WIB dengan masa istirahat disesuaikan oleh karyawan sendiri secara bergantian selama 2 jam.
2.3. Teknologi 2.3.1. Proses Produksi
Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan dibagi menjadi beberapa stasiun yaitu :
a. Stasiun Timbangan
b. Stasiun Penerimaan Buah (Sortasi) c. Stasiun Perebusan (sterilization)
(38)
d. Stasiun Penebahan (thresing) e. Stasiun Pengempaan (pressing) f. Stasiun Shredder Press
g. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) h. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant)
i. Stasiun Tenaga Pembangkit (Boiler dan Power Plant) j. Stasiun Water Treatment
k. Stasiun Fat Pit
l. Stasiun Limbah (Effleunt Treatment/ IPAL)
PKS Aek Nabara Selatan memiliki kapasitas terpasang 60 ton/jam, yang terbagi menjadi 2 line. Masing-masing line memiliki kapasitas terpasang 30 ton/jam, yang dimulai dari thresser hingga stasiun kernel.
2.3.2. Standar Mutu Bahan/Produk
PKS Aek Nabara Selatan menghasilkan 2 produk keluaran yaitu crude palm oil (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel). Untuk menghasilkan CPO dan
kernel dengan kualitas yang baik, maka diperlukan tandan buah segar (TBS) yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapakan pabrik. Spesifikasi TBS yang dikelompokkan menurut fraksi matang buah sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. :
(39)
Tabel 2.2. Fraksi TBS
Fraksi Kematangan Buah Luar Membrondol
Komposisi Panen Ideal
Fraksi 00 Sangat mentah Tidak ada Tidak boleh ada Fraksi 0 Mentah 0 – 12,5 % Tidak boleh ada Fraksi 1 Kurang matang 12,5 % - 25 % Maksimal 20 % Fraksi 2,3 Matang 25 % - 75 % Minimal 68 % Fraksi 4,5 Lewat matang 75 % - 100 % Maksimal
Brondolan - - > 8 %
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan
Tabel 2.3. dan 2.4 adalah standar mutu yang telah ditetapkan PKS Aek Nabara Selatan yang telah disesuaikan dengan permintaan dari perusahaan dan negara-negara pembeli CPO dan kernel :
Tabel 2.3. Standar Mutu Inti Kelapa Sawit Eksport
Parameter Produksi ( % ) Eksport ( % )
Asam Lemak Bebas 3,0 5,00
Kadar Air 0,10 0,10
Kadar Kotoran 0,013 0,013
Nilai Anisidine ( Peroxi value ) - 5,00
Nilai Anisidine - 6,00
Kandungan Besi ( Iron Content ) - 3,50
Kandungan Tembaga ( Cooper Content ) - 0,05
DOBI - 2,50
Bilangan IOD - 5,10
Titik Cair - 39 – 41
(40)
Tabel 2.4. Standar Mutu Inti Sawit Penjualan
Parameter Produksi ( % ) Penjualan ( % )
Asam Lemak Bebas Max 1,00 Max 1,00
Kadar Air Max 7,00 Max 7,00
Kadar Kotoran Max 6,00 Max 6,00
Inti Pecah Max 15,0 Max 15,0
Kadar Minyak Min 49,0 Min 49,0
Inti Berubah Warna Max 40,0 Max 40,0
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan
2.3.3. Bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada PKS Aek Nabara Selatan dikelompokkan berdasarkan proses produksinya sebagai berikut:
1. Bahan Baku
Bahan baku untuk menghasilkan CPO dan Kernel pada PKS Aek Nabara Selatan adalah tandan buah segar (TBS). Sumber Bahan Baku PKS Aek Nabara Selatan meliputi:
a. Kebun Seinduk PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), yaitu: 1. Kebun Aek Nabara Selatan (KANAS)
2. Kebun Aek Nabara Utara (KANAU) 3. Kebun Membang Muda (KMMDA) 4. Kebun Rantau Parapat (KRPPT) 5. Kebun Merbau Selatan (KMSTN) 6. Kebun Labuhan Haji (KLAJI) 7. Kebun Bandar Selamat (KBDSL)
(41)
b. Pihak III yang terdiri dari: 1. Kebun Plasma
2. Pihak III Non Plasma 3. KUD
2. Bahan Penolong
Adapun bahan penolong yang digunakan pada PKS Aek Nabara Selatan adalah air delusi yang berguna untuk mengurangi kekentalan minyak untuk mempermudah proses selanjutnya.
3. Bahan Tambahan
Karena pada PKS Aek Nabara Selatan hanya menghasilkan produk setengah jadi, maka tidak ada bahan tambahan yang digunakan.
2.3.4. Uraian Proses Produksi
Ada beberapa tahapan uraian produksi pada PKS Aek Nabara Selatan, Adapun tahapan uraian proses produksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stasiun Penerimaan Buah a. Jembatan Timbang
Penimbangan bertujuan untuk mengetahui produktivitas kebun sehingga memerlukan data berat, asal kebun, bagian, blok.
b. Sortasi TBS
Sortasi dilakukan untuk menjamin bahan baku (TBS) yang diterima di pabrik sesuai kriteria yang sudah ditentukan. Peralatan dan bahan yang digunakan
(42)
untuk melakukan sortasi adalah gancu, skop, blong, timbangan, buku sortasi dan Surat Pengantar Buah (PB.25)
c. Loading Ramp
Buah yang telah selesai ditimbang, dibawa ke loading ramp dan dituang ke tiap-tiap bays dari loading ramp, kemudian diisikan ke dalam lori-lori yang berkapasitas ± 2,5 ton.
d. Lori TBS dan Sistem Transfer
Lori merupakan tempat untuk merebus TBS. Sistem transfer Lori digunakan untuk memfasilitasi gerakan lori mulai di daerah loading ramp sampai ke stasiun rebusan. Peralatan yang digunakan adalah transfer carriage (2 buah), capstand, wessel dan Jhondree.
2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)
Rebusan adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap air, karena buah tidak terendam air tetapi dikukus (steamed). Steam yang digunakan adalah uap basah dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan pada suhu 140 0C yang berasal dari Back Pressure Vessel.
3. Stasiun Penebahan (Threser) a. Hoisting Crane
Fungsi hoisting crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke bunch feeder.
(43)
b. Bunch Feeder
Penumpukan buah yang terlalu besar pada bunch feeder mengakibatkan lossis pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan pengumpanan buah ke thresser.
c. Thresser
Thresser berfungsi untuk memisahkan berondolan dari janjangannya
dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjang kosong ke empty bunch conveyor.
d. Empty Bunch Conveyor dan Empty Bunch Hopper
Janjangan kosong akan terdorong keluar dari threser dan masuk ke horizontal empty bunch conveyor, kemudian inclined empty bunch conveyor untuk
selanjutnya dibawa ke bunch hopper sebelum dibawa ke lapangan. e. Fruit Conveyor dan Fruit Elevator
Berondolan yang telah lepas dari janjangannya keluar dari thresser melalui kisi-kisi, kemudian masuk ke bottom fruit conveyor. Dari bottom fruit conveyor masuk ke fruit elevator, jatuh ke top fruit conveyor dan selanjutnya ke distributor fruit conveyor untuk dibagikan ke digester.
f. Digester
Digester adalah ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, poros
pemutar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Dalam ketel adukan buah sawit direncah dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada poros sehingga daging buah pecah dan terlepas dari biji.
(44)
4. Stasiun Pengempaan (Press)
Press berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari daging buah dengan cara
diperas. Tekanan cone yang rendah mengakibatkan lossis minyak pada fiber tinggi, tetapi persentase biji pecah kecil dan ampas yang dihasilkan basah sehingga sulit untuk mencapai tekanan boiler yang diinginkan.
5. Stasiun Klarifikasi Proses Pemurnian Minyak a. Sand Trap
Sand trap berfungsi untuk menangkap pasir.
b. Vibro Separator
Vibro separator berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut
yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. c. Crude Oil Tank
Crude oil tank merupakan tangki penampung minyak kasar untuk
selanjutnya dikirim ke vertical clarifier tank. d. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Vertical clarifier tank berfungsi untuk memisahkan minyak, air, dan NOS
secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. e. Oil Tank
Oil tank adalah untuk pengendapan kotoran dan sebagai bak penampungan
(45)
f. Oil Purifier
Oil purifier berfungsi untuk mengurangi kadar kotoran dan air dalam
minyak dengan menggunakan prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya-gaya sentrifugal.
g. Vacuum Dryer
Vacuum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi.
h. Storage Tank dan Dispath Tank
Storage tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim ke pihak/tempat lain, sedangkan dispath tank berfungsi untuk memblending minyak produksi untuk mencapai mutu produksi yang diinginkan.
6. Stasiun Klarifikasi Proses Pengambilan Minyak dari Sludge Hasil VCT a. Vibro Separator
Kotoran sludge dari vertical clarifier tank disaring terlebih dahulu di dalam vibro separator sebelum sludge masuk ke dalam sludge tank.
b. Sludge Tank
Sludge tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge
sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak. c. Sand Cyclone/ pre-cleaner
Sand cyclone berfungsi untuk menangkap pasir yang terkandung dalam
(46)
d. Buffer Tank
Buffer tank berfungsi untuk suplai feeding untuk sludge separator dengan
memanfaatkan gaya gravitasi, Oleh karena itu posisi buffer tank berada di atas sludge separator sekaligus tempat untuk mempertahankan temperatur sludge.
e. Brush Strainer
Brush strainer berfungsi untuk mengurangi NOS yang terdapat pada
sludge sehingga tidak mengganggu kerja sludge separator. f. Sludge Separator
Sludge separator berfungsi untuk mengutip minyak yang masih terkadung
dalam sludge dengan cara sentrifugal, dimana air dan NOS dengan berat jenis yang lebih besar akan terlempar keluar dan minyak dengan berat jenis yang lebih kecil akan masuk ke bagian dalam.
g. Fat Sludge Tank
Fat sludge tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dari
spui vertical clarifier tank, oil tank dan sludge tank, outlet sludge separator line 1 serta minyak dari fat fit.
h. Fat-fit
Hasil buangan dari sludge separator, air pencucian, serta blow down dari unit klarifikasi masih mengandung minyak, sehingga seluruhnya ditampung di parit dan dialirkan ke fat fit. Di dalam bak fat fit, cairan tersebut dipanaskan dan akibat perbedaan berat jenis maka terjadi pengendapan. Minyak yang berat jenisnya lebih rendah akan berada pada permukaan bagian atas, sedangkan air dan lumpur akan berada pada bagian bawah.
(47)
7. Stasiun Kernel
a. Cake Breaker Conveyor
Cake breaker conveyor berfungsi untuk menghantarkan ampas dan biji
dari press ke depericarper, memecahkan gumpalan cake dari stasiun press ke depericarper.
b. Depericarper
Depericarper adalah suatu tromol tegak dan panjang yang di ujungnya
terdapat blower pengisap serta fibre cyclone yang berfungsi untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler.
c. Nut Polishing Drum
Nut polishing drum berfungsi untuk membersihkan biji dari
serabut-serabut yang masih melekat, membawa nut dari depericarper ke nut transport, memisahkan nut dari sampah.
d. Nut Transport
Nut transport berfungsi untuk menghantarkan nut dari nut polishing drum
ke nut silo. e. Nut Silo
Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum
diolah pada ripple mill. f. Ripple Mill
Ripple mill berfungsi untuk memecah nut, memisahkan cangkang dan inti.
dan kecepatan putaran ripple mill, Outlet dari ripple mill selanjutnya dibawa oleh cracked mixture conveyor ke LTDS (Light Tenera Dust Separation).
(48)
g. LTDS (Light Tenera Dust Separation)
LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serta membawa cangkang untuk bahan bakar boiler.
h. Kernel Grading Drum
Kernel grading drum berfungsi untuk menyaring nut utuh dan pecah yang
berukuran besar yang dapat terikut ke produksi untuk diolah ulang. i. Hydrocyclone
Hydrocyclone berfungsi untuk memisahkan inti dengan cangkang yang
keluar dari LTDS. j. Kernel Silo
Kernel silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam
inti produksi.
k. Kernel Storage
Kernel storage berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti produksi
sebelum dikirim keluar untuk dijual.
2.3.5. Mesin dan Peralatan
Adapun mesin dan peralatan yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan dapat dilihat pada lampiran.
(49)
2.3.6. Utilitas
Proses pengolahan tandan buah sawit (TBS) di PKS Aek Nabara Selatan didukung oleh sarana penunjang/ utilitas guna memperlancar jalannya proses produksi. Sarana utilitas yang terdapat pada PKS Aek Nabara Selatan antara lain:
1. Kamar Mesin (Engine Room)
Kamar mesin merupakan pusat pembangkit tenaga dan distribusi steam untuk proses pengolahan dan kebutuhan lainnya. Di stasiun kamar mesin mempunyai 2 jenis pembangkit tenaga, yaitu:
a. Turbin Uap
b. Diesel Engine (Genset)
2. Stasiun Boiler
Boiler memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit. Dimana fungsi boiler adalah untuk menghasilkan steam dari pipa-pipa air boiler yang dipanaskan dengan mengalirkan udara panas dari hasil pembakaran di refractory.
3. Pengolahan Air (Water Treatment)
Proses pengolahan air pada PKS Aek Nabara Selatan meliputi : a. External Water Treatment
Suplai air PKS Aek Nabara Selatan berasal dari waduk yang masih mengandung zat-zat padat yang harus dibersihkan sebelum didemineralisasi dengan cara sedimentasi, flokulasi, koagulasi, dan filtrasi.
(50)
2. Internal Water Treatment
Air yang keluar dari deaerator sebelum diumpankan ke boiler terlebih dahulu diinjeksikan bahan kimia yang berfungsi untuk menaikkan kualitas air boiler agar tidak terjadi korosi, scale. Tujuan dari internal treatment adalah agar operasional boiler bisa efektif dan efisien, dimana pada pipa atau drum tidak terjadi korosi, scale (kerak), carry over, dan foaming
2.4. Safety and Fire Protection
PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan memiliki P2K3 (Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Hal ini sesuai dengan UU no 1 tahun 1970 tentang K3 dan no 4 permenaker tahun 1987. PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan juga menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk mengatur masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Penerapan dari SMK3 di lapangan adalah: 1. Membuat Tim Tanggap Darurat
2. Memasang peringatan akan pentingnya memakai APD.
3. Memasang tanda peringatan pada stasiun kerja yang dianggap membahayakan keselamatan pekerja.
4. Mewajibkan setiap pekerja untuk selalu menggunakan APD.
PKS Aek Nabara Selatan juga memiliki tim P2K3 yang mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada manajer
(51)
pabrik mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Struktur organisasi P2K3 yang ada di PKS Aek Nabara Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bidang Pengawasan Bidang
Evakuasi
Bidang Pelatihan Wakil
Sekretaris Pembina
Bidang Kesehatan
Gambar 2.2. Struktru P2K3
2.5. Pengolahan Limbah (Waste Treatment)
Sistem pengolahan limbah yang digunakan di PKS Aek Nabara Selatan adalah sistem ponding. Hasil dari sirkulasi sistem ponding pada kolam limbah tersebut dibuang atau dimanfaatkan kembali pada lahan tanaman kelapa sawit, sistem pengolahan seperti ini dikenal dengan sebutan Land Application.
Limbah PKS Aek Nabara Selatan terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Tabel 2.6 adalah rincian limbah PKS, standar kadar dan volume limbah yang dihasilkan.
(52)
Tabel 2.6. Limbah PKS, kadar dan Volume
No. Kegiatan Jenis limbah Kadar Volume Penanganan
1. Pemurnian minyak Zat cair (sludge) 0,60 % 41,50 % UPL
2. Boiler
Gas buang Abu, kerak
- -
0,40 %
Cerobong asap Dust collector
Land fill
3. Thressing
Padat (janjangan)
- 22,00% Mulching
4. Rebusan Zat cair 0,00 % 14,00 % UPL
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan
Unit pengolahan Limbah (UPL) pada PKS Aek Nabara Selatan terdiri dari : 1. Fat fit
2. Cooling tower
3. Kolam I dan II (anaerobic pond) 4. Kolam III dan IV (kolam aerobik) 5. Land Application
(53)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengukuran Kinerja6
3.1.1. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Kinerja (Performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi suatu organisasi. Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan elemen pokok suatu pengukuran kinerja antara lain:
1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi. 2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
4. Evaluasi kinerja (Feedback, penilaian kemajuan dan akuntabilitas)
(54)
3.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya pengukuran kinerja adalah:
1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana
yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif. 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
10.Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Menurut Neely dan Kennerly, manfaat pengukuran kinerja adalah supaya perusahaan dapat mengetahui seberapa besar tindakan-tindakan yang telah diambil selama ini, dan apakah telah merefleksikan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
(55)
Adapun langkah-langkah pengukuran kinerja adalah: Langkah 1 : Memperkirakan Kesiapan Organisasi Langkah 2 : Merumuskan Tujuan
Langkah 3 : Menyiapkan Pertanyaan Kebijakan Langkah 4 : Mengembangkan Rencana Kerja Langkah 5 : Memulai Orientasi dan Pelatihan
Langkah 6 : Memilih Bidang Pelayanan Yang Akan Diukur Langkah 7 : Merumuskan Misi, Tujuan dan Sasaran
Langkah 8 : Mengenali Pengukuran
Langkah 9 : Membuat Sistem Pengumpulan Data, Analisa dan Pelaporan Langkah 10 : Pemantuan dan Evaluasi
3.2. Manajemen Kinerja5
Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok kerja dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Tujuan dari manajemen kinerja adalah untuk menciptkan budaya dimana para individu dan kelompok memikul tanggung jawab bagi usaha peningkatan yang berkesinambungan dari proses kerja dan kontribusi serta kemampuan mereka sendiri.
Sasaran dari manajemen kinerja pada suatu perusahaan mempergunakan akronim SMART untuk mendefenisikan suatu sasaran yang baik:
(56)
S = stretching (rentang)
Streching dapat diartikan sebagai konsisten dengan nilai organisasi dan
sasaran departemental organisasional serta tepat dengan jelas dan didefenisikan dengan baik, menggunakan kata yang jelas.
M = measureable (dapat diukur)
Dapat diukur dihubungkan dengan ukuran kinerja yang kuantitatif dan kualitatif.
A = agreed (disepakati)
Manajer dan individu mempunyai tujuan untuk menimbulkan rasa memiliki bukan dipaksakan terhadap sasaran-sasaran tersebut walaupun ada juga situasi dimana seseorang harus dibujuk untuk dapat menerima suatu standar yang lebih tinggi dari yang mereka percaya dapat dicapai. R = realistic (realistis)
Dapat dicapai di dalam batas kemampuan seseorang perlu memperhitungkan semua hambatan yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai sasaran tersebut termasuk sumberdaya, kekurangan pengalaman dan pelatihan, faktor eksternal di luar kendali seseorang.
T = time related (berhubungan dengan jangka watu tertentu)
Pengukuran kinerja dalam hendaknya mempunyai sasaran waktu tertentu sehingga dapat dilihat sejauh mana pencapiannya sehingga pengukuran kinerja tersebut dapat diambil langkah-langkah selanjutnya.
(57)
3.2.1. Sistem Manajemen Kinerja6
Dalam sebuah perusahaan, terdapat hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder), yaitu penanam modal, karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan tersebut mengalami perubahan yang substansial beberapa tahun terakhir ini. Hubungan yang kompleks tersebut dapat dijabarkan seperti tampak pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Jejaring Hubungan Stakeholder
Pada era saat ini selain pihak pengelola perusahaan, para investor juga mengerti arti pentingnya perusahaan untuk memenuhi berbagai kepuasan setiap stakeholder. Mereka menyadari apabila perusahaan tidak memberikan perhatian
yang cukup kepada kepuasan setiap stakeholder, hal tersebut akan membawa dampak pada reputasi perusahaan dan pangsa pasarnya. Sebaliknya, jika perusahaan memperhatikan dan berusaha memenuhi berbagai
(58)
permintaan/kepentingan dari masing-masing stakeholder, perusahaan juga dapat menuntut kontribusi yang lebih dari masing-masing stakeholder tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Neely (2002) dalam pendekatan pengukuran kinerja Prism. Contoh kontribusi yang dapat diberikan stakeholder kepada perusahaan
tertera pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kontribusi dari Para Stakeholder Pihak yang Berkepentingan
(Stakeholder) Kontribusi (Contribution)
Investor
• Pertumbuhan modal
• Besarnya resiko
• Dukungan jangka panjang Pelanggan (customers)
• Keuntungan
• Pembelian ulang
• Loyalitas
• Umpan balik
Pihak Perantara (intermediaries) • Perencanaan di masa depan
• Informasi kebutuhan di masa depan Karyawan (employees)
• Fleksibilitas
• Keterampilan ganda
• Sumbang saran Pemasok (supplier)
• Subpemasok yang lebih luas
• Pedagang yang lebih sedikit
• Solusi yang menyeluruh
• Integrasi Pemerintah (regulators)
• Konsistensi yang adil
• Saran-saran nonformal
• Keterlibatan lebih awal Masyarakat (communities)
• Ketersediaan tenaga terampil
• Hibah-hibah
• Dukungan
Kelompok pesaing (pressure group) • Kerja sama yang lebih erat
• Berbagi penelitian Mitra (alliance partners)
• Saling menjual dan membeli
• Pengembangan yang saling mendukung
• Berbagi ongkos
Sumber: Buku Manajemen Kinerja, Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan
(59)
Bukanlah hal yang sederhana untuk dapat memenuhi semua permintaan dan kepentingan stakeholder dalam sebuah kerangka Sistem Manajemen Kinerja. Permasalahan yang sering muncul adalah:
1. Perusahaan gagal menerjemahkan keinginan dan kebutuhan (wants and needs) dari setiap stakeholder.
2. Adanya ketidakcocokan antara keinginan dan kebutuhan (wants and needs) perusahaan dengan masing-masing stakeholder, bahkan sering kali menimbulkan pilihan yang saling kontradiksi.
3. Ukuran kinerja yang digunakan tidak sesuai dengan strategi, proses, dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan (wants dan needs) tersebut.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut berbagai perusahaan mencoba mengadopsi macam kerangka sistem manajemen kinerja yang telah dikenalkan oleh para ahli secara luas pada dekade terakhir, seperti :
1. SMART (Cross & Lynch, 1989)
2. Performance Measurement Questionnaire (Dixon dkk, 1990)
3. Performance for World Class Manufacturing (Maskell, 1991)
4. Quantum Performance Measurement Model (Hronec, 1993)
5. The Balance Scorecard ( Kaplan & Norton, 1992)
6. Prism ( Neely & Adams, 1999)
7. Malcolm Baldrige National Quality Award ( Departemen of Commerce,
USA, 1987) 8. ISO Series
(60)
3.2.2. Dasar Perancangan Sistem Manajemen Kinerja
Brian Maskell (1981) mengajukan 7 kriteria yang sebaiknya dipenuhi
perusahaan dalam merancang system baru manejemen kinerja agar dapat menjadi perusahaan kelas dunia. Ketujuh kriteria tersebut adalah:
1. Sistem manajemen kinerja yang dirancang hendaknya berkaitan langsung dengan strategi perusahaan.
2. Variabel-variabel sebaiknya diukur menggunakan ukuran-ukuran nonfinansial. 3. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus fleksibel dan dapat bervariasi
tergantung dari lokasi perusahaan.
4. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus dinamis, selalu diperbaruhi seiring dengan perubahan waktu.
5. Sitem manajemen kinerja yang dirancang harus sesederhana mungkin dan mudah dioperasikan.
6. Dalam sitem manajemen kinerja tersebut harus dimungkinkan adanya umpan balik yang cepat bagi operator dan manajer yang bertanggung jawab, agar dapat diambil tindakan sesegera mungkin dalam pelaksanaan proses perbaikan.
7. Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus ditujukan untuk proses perbaikan bukan sekedar untuk pamantauan.
Sistem manajemen kinerja yang dirancang harus dapat mengakomodasikan sistem operasi dari sebuah perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, prinsip-prinsip sistem operasi perusahaan telah mengalami perkembangan yang cukup
(61)
pesat. Sehingga perancangan sistem manajemen kinerja dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahap seperti pada gambar 3.2. kempat tahapan tersebut adalah :
1. Tahap 0 : Fondasi
2. Tahap 1 : Informasi dasar 3. Tahap 2 : Perancangan 4. Tahap 3 : Penerapan 5. Tahap 4 : Penyegaran
Variabel Kinerja Keterkaitan (Benchmark)Kaji Banding
Industri, Pemerintah dan Masyarakat Pasar dan Pesaing Produk dan Jasa
INFORMASI LINGKUNGAN USAHA Fondasi : Pedoman Prinsip PENGKAJIAN ULANG DAN PEMUKTAHIRAN
TAHAP 0
KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)
INFORMASI DAN PENGETAHUAN TERKINI
TAHAP 1: INFORMASI DASAR TAHAP 2: PERANCANGAN TAHAP 3: PENERAPAN TAHAP 4: PENYEGARAN VISI MISI STRATEGI
SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Keluaran Organisasi Proses Internal Kemapuan Sebab Akibat
Sumber Daya Bobot Keberpengaruhan Internal Eksternal Tindak Lanjut Pengukuran Evaluasi Diagnosis Sosialisasi
Laporan Sumber Daya Pelatihan
SMK Saat ini
Display
Modifikasi Proses
Rasio M/B
(62)
3.3. Pengukuran Kinerja dengan Performance Prism 7
Performance prism merupakan penyempurnaan dari teknik pengukuran
kinerja yang ada sebelumnya sebagai sebuah kerangka kerja (framework). Keuntungan dari framework tersebut adalah melibatkan semua stakeholder dari organisasi, terutama investor, pelanggan, end-users, karyawan, para penyalur, mitra persekutuan, masyarakat dan regulator. Pada prinsipnya metode ini dikerjakan dalam dua arah yaitu dengan mempertimbangkan apa kebutuhan dan keinginan (needs and wants) dari semua stakeholder, dan uniknya lagi metode ini juga mengidentifikasikan kontribusi dari stakeholders terhadap organisasi tersebut. Pada pokoknya hal itu menjadi hubungan timbal balik dengan masing -masing stakeholder. Filosofi performance prism berasal dari sebuah bangun prisma yang memiliki lima segi yaitu untuk atas dan bawah adalah satisfaction dari stakeholder dan kontribusi stakeholder. Sedangkan untuk ketiga sisi berikutnya adalah strategy, process dan capabilities. Prisma juga dapat membelokkan cahaya yang datang dari salah satu bidang ke bidang yang lainya.
Pengukuran dalam hal ini adalah usaha untuk melihat pesoalan yang dicapai akibat penerapan/aplikasi manajemen dalam teknologi yang diterapkan guna meningkatkan kinerja. Tujuan dari pengukuran kinerja secara umum adalah untuk mengevaluasi kinerja yang ada, menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dalam menunjang perbaikan kinerja serta mereduksi faktor-faktor yang menghambat.
7 Neely, A.D. ,Kennerley, M and Adams, C.A, 2002. The Performance Prism. The Scorecard for
(63)
Hal ini menunjukkan kompleksitas dari performance prism yang berupa interaksi dari kelima sisinya.
Performance prism memiliki pendekatan pengukuran kinerja yang dimulai
dari stakeholder, bukan dari strategi. Identifikasi secara detail tentang kepuasan dan kontribusi stakeholder akan membawa sebuah organisasi dalam sebuah pengambilan keputusan berupa strategi yang tepat. Sehingga dimungkinkan organisasi dapat mengeveluasi strategi yang telah dilakukan sebelumnya.
Terdapat lima pertanyaan yang mendasari teori performance prism yaitu sebagai berikut:
Stakeholder satisfaction : Siapa yang menjadi stakeholder kunci dan apa
yang mereka inginkan serta apa yang mereka perlukan?
Strategy : Strategi apa yang seharusnya diterapkan untuk
memenuhi apa yang menjadi kinginan dan kebutuhan stakeholder?
Process : Proses kritis apakah yang diperlukan untuk
menjalankan strategi tersebut?
Capability : Kemampuan apa yang harus kita operasikan
untuk meningkatkan proses tersebut?
Stakeholder contribution : Kontribusi apakah dari stakeholder yang kita
perlukan jika kita akan mengembangkan kemampuan tersebut?
(64)
Performance Prism merupakan model yang berupaya melakukan
penyempurnaan terhadap metoda sebelumnya seperti Balanced Scorecard dan IPMS. Performance Prism merupakan suatu metoda pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun 3 dimensi yang memiliki 5 bidang sisi, yaitu dari sisi kepuasan stakeholder, strategi, proses, kapabilitas, dan kontribusi stakeholder.
Performance Prism mempunyai pandangan yang lebih komprehensif
terhadap stakeholders (seperti investor, pelanggan, karyawan, peraturan pemerintah dan supplier) dibanding kerangka kerja lainnya. berpendapat bahwa kepercayaan umum yang meyakini bahwa ukuran kinerja harus diturunkan secara ketat dari strategi adalah tidak benar. Seharusnya, kebutuhan dan keinginan dari para stakeholders-lah yang harus diperhatikan pertama kali. Kemudian, baru strategi dapat diformulasikan.
Performance Prism berpendapat bahwa sebuah sistem pengukuran kinerja
seharusnya diorganisir dalam lima perspektif kinerja yang berbeda namun saling berkaitan, yakni:
1. Kepuasan Stakeholder
Siapa saja stakeholder organisasi dan apa saja keinginan dan kebutuhan mereka? Stakeholder yang dipertimbangkan di sini meliputi konsumen, tenaga kerja, supplier, pemilik/investor, serta pemerintah dan masyarakat sekitar. Penting bagi perusahaan berupaya memberikan kepuasan terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan stakeholder-nya serta melakukan komunikasi yang baik dengan mereka.
(65)
2. Strategi
Strategi apa yang dibutuhkan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan para stakeholder? Strategi dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengukur kinerja organisasi sebab dapat dijadikan sebagai monitor (acuan) sudah sejauh mana tujuan organisasi telah dicapai, sehingga pihak manajemen bisa mengambil langkah cepat dan tepat dalam membuat keputusan untuk menyempurnakan kinerja organisasi.
3. Proses
Proses-proses apa saja yang dibutuhkan untuk meraih strategi yang sudah ditetapkan? Proses di sini diibaratkan sebagai mesin dalam meraih sukses: yaitu bagaimana caranya agar organisasi mampu memperoleh pendapatan yang tinggi dengan pengeluaran serendah mungkin melalui pemampatan fasilitas serta pengoptimalan saluran-saluran pengadaan (procurement) dan logistik.
4. Kapabilitas
Kemampuan-kemampuan apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan proses yang ada? Kapabilitas atau kemampuan di sini maksudnya adalah kemampuan yang dimiliki oleh organisasi meliputi keahlian sumber dayanya, praktek-praktek bisnisnya, pemanfaatan teknologi, serta fasilitas-fasilitas pendukungnya. Kemampuan organisasi ini merupakan pondasi yang paling dasar yang harus dimiliki oleh organisasi untuk dapat bersaing dengan organisasi-organisasi lainnya.
(66)
5. Kontribusi Stakeholder
Kontribusi apa yang kita butuh dan kita inginkan dari para stakeholder untuk mengembangkan kemampuan yang kita miliki? Untuk menentukan apa saja yang harus diukur yang merupakan tujuan akhir pengukuran kinerja dengan metoda Performance Prism ini, maka organisasi harus mempertimbangkan hal-hal apa saja diinginkan dan dibutuhkan dari para stakeholdernya. Sebab organisasi dikatakan memiliki kinerja yang baik jika mampu menyampaikan apa yang diinginkannya dari para stakeholder yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi mereka.
Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 menunjukkan bahwa masing-masing bidang sisi prisma memiliki hubungan satu sama lain dalam merepresentasikan kunci sukses atau tidaknya kinerja suatu organisasi.
(67)
Gambar 3.4. Ruang lingkup Model Performance Prism
(68)
Pihak manajemen dalam hal ini mempertimbangkan ada enam kunci pada hubungan stakeholder yaitu:
1. Investor (Shareholder)
Suatu perusahaan umum harus menerapkan usaha terbaiknya untuk membawa pada harapan para investornya.
2. Pelanggan (Customer)
Perusahaan selalu ingin mempertahankan pelanggan dan menemukan lebih banyak lagi pelanggan potensial.
3. Karyawan (Employees)
Perusahaan harus mempertahankan karyawan, karena hal ini berarti suatu nilai tambah bagi investor dan pelanggan (menunjukkan performance perusahaan baik), tetapi penghematan biaya harus tetap dilakuakan.
4. Penyalur (Supplier)
Banyaknya supplier yang memenuhi kebutuhan perusahaan akan cenderung dapat mengakibatkan pembengkakan biaya, karena mempunyai efek pada biaya administratif ( misal untuk membayar faktur/invoices dll). Pengurangan biaya untuk hal ini perlu untuk secara hati-hati ditargetkan, beberapa kontrak persediaan perlu untuk dirundingkan kembali dengan para supplier. Sistem Pengukuran Kinerja Supplier difokuskan dalam rangka memonitor prestasi dan kemajuan pada penghematan biaya, hal ini tentunya perlu data-data yang akurat untuk melakukan pengukuran .
(69)
5. Regulators
Peraturan Pemerintah secara langsung memberikan pengaruh yang besar bagi perusahaan, pemenuhan dengan peraturan merupakan suatu comformity (bukan hanya issu). Perusahaan manapun harus memelihara reputasinya di dalam pasar, karenanya ketidak berhasilan pemenuhan peraturan berpotensi merusakkan publisitas di dalam pasar. Karena reputasi dari korporasi dapat dirusakkan oleh hal tersebut, belum lagi proses pengadilan sebagai konsekwensinya memberikan biaya-biaya tambahan.
6. Communities
Masyarakat (communities) adalah faktor lain yang (pada waktunya resesi) kadang-kadang mereka dihubungkan ke regulator juga, (missal hukum ketenaga-kerjaan). Kebijakan standar etis harus ditempatkan secara internal dan secara eksternal. Ini merupakan tuntutan di dalam lingkungan bisnis masa kini. Dan untuk baiknya pihak manajemen harus memastikan bahwa aspek ini dapat dipenuhi dalam upaya perbaikan sistem pengukuran kinerja perusahaan
Langkah-langkah pengukuran kinerja dengan menggunakan metode performance prims adalah:
1. Identifikasi proses dan aktivitas utama
2. Identifikasi siapa saja yang menjadi stakeholder perusahaan.
3. Identifikasi key performance indicator dari stakeholder melalui 5 pertanyaan dari faset performance prims
4. Tentukan target/ standard an ukuran kinerja 5. Tentukan penanggung jawab
(1)
KUISIONER
Pembobotan Tingkat Kepentingan Key Performance Indicator (KPI) pada PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Nabara Selatan
A.
BIODATANama :
Umur :
Lama Bekerja :
Jabatan :
B.
PETUNJUK PENGISIANUntuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Saudara petunjuk pengisian kuisioner pembobotan ini:
1. Pembobotan dilakukan dengan perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan kriteria penelitian di sebelah kiri dengan kriteria penilaian di sebelah kanan.
2. Kolom penelitian di sebelah kiri (kolom sama penting (1) ke kiri) digunakan jika kriteria atau indikator sebelah kiri mempunyai derajat lebih tinggi. Sebaliknya, kolom penilaian di sebelah kanan (kolom sama penting (1) ke kanan) digunakan jika kriteria atau indikator sebelah kanan mempunyai derajat lebih tinggi.
3. Saudara diminta melingkari atau memberi tanda (x) pada angka yang sesuai dengan arti penilaian sebagai berikut:
Tabel Skala Perbandingan Berpasangan
Intensitas Pentingnya Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan yang lainnya 5 Elemen yang satu sangat penting dibandingkan yang lainnya 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dibandingkan yang lainnya 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan yang lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
4. Usahakan penilaian Saudara konsisten. Misalnya Saudara menyatakan A lebih penting daripada B, dan B lebih penting daripada C, maka penilaian Saudara konsisten jika menyatakan C lebih penting daripada A.
(2)
A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C Keterangan: 1 : Sama pentingnya
3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting Arti pengisian di atas adalah:
a. B pada tingkat kepentingan sedikit lebih penting daripada A b. A pada tingkatan jauh lebih penting daripada C
c. B berada pada tingkatan mutlak lebih penting daripada C
C.
KUISIONER1. Perbandingan berpasangan antar Stakeholder
Stakeholder Penilaian Stakeholder
Investor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customers Investor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Employees Investor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Investor 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Communities Customers 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Employees Customers 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Customers 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Communities Employees 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Employees 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Communities
(3)
Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting
2, 4, 6, 8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
Investor : Direksi PT. Perkebunan Nusantara III Customers : Pelanggan
Employees : Pegawai/ Karyawan
Supplier : Kebun Seinduk dan Pemasok Communities : Masyarakat
2. Perbandingan berpasangan antar Faset Performance Prims
Faset Penilaian Faset
Satisfaction 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Contribution Satisfaction 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategy Satisfaction 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Processes Satisfaction 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Capabilities Contribution 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Strategy Contribution 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Processes Contribution 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Capabilities
Strategy 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Processes Strategy 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Capabilities
Processes 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Capabilities
Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting
(4)
Rendemen CPO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rendemen Kernel Rapat Evaluasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Audit Eksternal
Laporan Manajemen
Bulanan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Management Review
Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting
2, 4, 6, 8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
b. Perbandingan berpasangan antar KPI Stakeholder Customers
KPI Penilaian KPI
Standar mutu CPO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Standar mutu kernel
Standar mutu CPO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tingkat kepuasan pelanggan Standar mutu
kernel 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat kepuasan pelanggan Ide / saran dari
pelanggan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan pesanan produk Penurunan
Kerusakan mesin dan peralatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pemeriksaan kualitas produk Tingkat kapasitas
pengolahan produk tiap hari
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perawatan mesin
Tingkat kapasitas pengolahan produk
tiap hari
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penambahan jam olah
Perawatan mesin 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penambahan jam olah
Audit Internal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan prasarana dan sarana
(5)
Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting
2, 4, 6, 8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
c. Perbandingan berpasangan antar KPI Stakeholder Employees
KPI Penilaian KPI
Pemberian premi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tingkat kepuasaan karyawan Tingkat kedisiplinan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat produktivitas karyawan
Penyelenggaraan
pelatihan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tingkat kompetensi karyawan Promosi jabatan dan
golongan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengalokasiaan anggaran pelatihan Penerapan SMK3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sistem Carrier Planning
Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting
2, 4, 6, 8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
d. Perbandingan berpasangan antar KPI Stakeholder Supplier
KPI Penilaian KPI
Kerja sama tender 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tingkat kepuasaan Supplier Tingkat produksi
TBS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Standar kualitas TBS Tingkat persediaan
TBS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nilai Pengadaan Pengaturan rencana
pemesanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketepatan waktu kedatangan TBS Aplikasi Quality
Control Circle 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penerapan sistem informasi (IT)
(6)
e. Perbandingan berpasangan antar KPI Stakeholder Communities
KPI Penilaian KPI
Kerja sama dalam penelitian, magang dan
kerja praktek
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bantuan Bina Lingkungan Ide / saran dari
masyarakat 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keamanan aset dan fasilitas perusahaan Penaggulangan Limbah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pengendalian
anggaran Pemeriksaan limbah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Realisasi anggaran
HUMAS Implementasi Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14000
: 2004
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dokumen Panduan
Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting
2, 4, 6, 8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
Aek Nabara, Januari 2011 Diketahui,
( Bambang Listiobudi
Masinis Kepala