dan semakin rendah. Menurut Suratmo 1979 perilaku merupakan bagian integral dari faktor lingkungan, diri sendiri, proses belajar dan faktor fisiologis. Selanjutnya
Savage Malick 1977; Hurlock 1993, menjelaskan bahwa masa kanak-kanak pada orangutan sering disebut juga sebagai tahapan bermain, karena dalam tahap ini
hampir sebagian besar aktivitas yang dilakukan adalah bermain.
4.2 Perilaku Harian Anak Orangutan Pongo abelii di PPOS Bukit Lawang Secara Spesifik
Aktivitas harian pada anak yang teramati selama penelitian diantaranya sosial, bergerak, makan, istirahat, bermain, gendong, bersarang dan beberapa elemen perilaku
lain seperti kencing urinate dan lain-lain.
4.2.1 Perilaku Bergerak
Pencatatan aktivitas bergerak merupakan aktivitas yang dilakukan oleh individu anak baik bersama induk ataupun sendiri untuk dapat bergerak pindah dari cabang pohon
satu ke cabang pohon lain, atau dapat juga dilakukan di tanah dan substrat lainnya seperti liana, platform, rumah ataupun kabel. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan didapatkan persentase Perilaku Bergerak Anak Bersama Induk ataupun Sendiri Orangutan Sumatera Pongo abelii Berdasarkan Substrat Pergerakannya di
PPOS Bukit Lawang, seperti tercantum pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Persentase Perilaku Bergerak Anak Orangutan Sumatera Pongo
abelii Berdasarkan Substrat Pergerakannya di PPOS Bukit Lawang
Substrat Pergerakan Sumi
Wati Di Pohon
100 94,86
Di Tanah 5,14
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa orangutan Sumi selalu bergerak
bersama induknya dalam gendongan 100, sedangkan untuk orangutan Wati pergerakan tidak hanya dilakukan di pohon 94,86 tapi juga dilakukan di tanah
5,14. Jika dilihat dari hasil uji Mann-Whitney yang telah dilakukan untuk aktivitas
Universitas Sumatera Utara
pergerakan maka didapat perbedaan nyata untuk aktivitas pergerakan di pohon P = 0,029 dan perbedaan sangat nyata untuk pergerakan di tanah P = 0,001.
Tingginya persentase pergerakan dari satu pohon ke pohon lain yang selalu dilakukan anak orangutan baik bersama dengan sang induk ataupun sendiri, benar-
benar menunjukkan identitasnya sebagai satwa arboreal, bukan teresterial. Napier Napier 1985 menyatakan bahwa bergerak merupakan suatu perilaku yang
berlangsung apabila orangutan berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu pohon ke pohon lain dengan tujuan untuk mencari sumber pakan, disamping itu juga
berinteraksi sosial terhadap individu lain. Van Schaik 2006 juga menambahkan bahwa orangutan yang sangat jarang turun ke lantai hutan lebih sedikit memiliki
musuh atau predator. Aktivitas bergerak yang dilakukan oleh induk-anak orangutan
dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Aktivitas Bergerak di Pohon
Wati yang sudah mencapai usia 4 tahun sudah mampu bergerak sendiri tanpa digendong sang induk. Pergerakan orangutan di tanah menunjukkan bahwa baik Sumi
maupun Wati juga sama dengan induknya, yakni belum sepenuhnya dapat hidup liar. Jika Sumi tetap berada dalam gendongan saat sang induk turun ke tanah, maka Wati
juga ikut turun dan ikut beraktivitas di tanah seperti sang induk. Padahal, keadaan ini cukup berbahaya untuk orangutan karena banyak predator yang mengancam.
Beberapa hal yang menyebabkan orangutan di Bukit Lawang turun ke tanah adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan makanan dari pengunjung ataupun mengutip sisa kulit buah yang
ditinggalkan pengunjung. Pergerakan orangutan di tanah dapat dilihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.
Gambar 4.4 Aktivitas Bergerak di Tanah Rumapea Yuliarta, 2008
Van Schaik 2006 menyatakan bahwa orangutan liar, khususnya orangutan sumatera, sangat jarang turun ke lantai hutan, bila mereka turun untuk minum atau
memungut buah, mereka berulang-ulang memandang sekeliling dengan sangat berhati-hati sebelum turun. Di samping itu, parasit yang ada di tanah dikhawatirkan
dapat mengganggu kondisi kesehatan para orangutan khususnya anak orangutan.
Beberapa kategori pergerakan individu anak orangutan dapat dilihat pada
Tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Persentase Perilaku Bergerak Anak Orangutan Sumatera Pongo
abelii di PPOS Bukit Lawang Spesifikasi Bergerak Bersama Induk
Sumi Wati
Move Bridging 48,84
Move Treesway 100
44,19 Move Waiting
6,98
Keterangan : MB move bridging : Induk bergerak kemudian membuat jembatan
MT move treesway : Induk bergerak kemudian membengkokkan cabang MW move waiting : Induk bergerak kemudian menunggu anak induk pasif
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ketika anak-anak orangutan bergerak
sendiri ataupun berusaha bergerak sendiri, ada kalanya sang induk membantu dalam
Universitas Sumatera Utara
proses pergerakan tersebut. Ketika Sumi yang masih bayi mencoba bergerak sendiri tanpa digendong sang induk, ia tetap selalu membutuhkan bantuan induknya. Dari 3
kategori pergerakan anak, persentase MT Sumi adalah 100 perlu diketahui bahwa ketika lepas dari sang induk jarak Sumi dengan induknya tidak pernah mencapai 2
meter datasheet Bangun, 2010, data tidak dipublikasikan dan angka 100 hanya berdasarkan ketiga kategori pergerakan, tidak termasuk dalam gendongan induk.
Namun demikian, tetap saja dalam usianya yang kurang lebih masih setengah tahun, Sumi sudah mulai mencoba untuk bergerak sendiri. Hal ini seperti apa yang
diungkapkan oleh Van Schaik 2006, bayi orangutan setelah berusia kurang lebih setengah tahun, bayi orangutan tersebut akan mulai berjalan-jalan sendiri ketika sang
induk sedang beristirahat, terutama apabila sedang beristirahat di atas sarang. Wati sudah mencapai tahap usia kanak-kanak sehingga kategori pergerakannya
sangat dimungkinkan jauh berbeda dengan Sumi. Dari ketiga kategori pergerakan, persentase terbesar Wati adalah MB yaitu 48,84 lalu dikut i MT Wati yaitu 44,19
dan yang terkecil adalah MW yaitu 6,98. Jika dilihat dari hasil uji Mann-Whitney, maka didapat perbedaan sangat nyata untuk MB P = 0,001 dan tidak terdapat
perbedaan nyata untuk MT P = 0,077 dan MW P = 0,150. Lebih bervariasinya spesifikasi kategori pergerakan Wati dibandingkan dengan Sumi adalah karena Wati
sudah tergolong anak-anak juvenille sedangkan Sumi masih tergolong bayi infant yang hampir selalu bergerak dalam gendongan induknya. Untuk lebih jelasnya
mengenai aktivitas Move Treesway dan Move Bridging dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.5 Aktivitas Move Treesway pada Anak Orangutan Wati
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Aktivitas Move Bridging pada Anak Orangutan Wati
Anak orangutan jantan dan betina yang umur 0-4 tahun biasanya berpegang pada induknya saat bergelantungan di pohon dan masih menyusui pada induknya,
sedangkan pada umur 4-7 tahun anak orangutan akan berpindah bersama induk dari satu pohon ke pohon lainnya tetapi sudah mulai terlepas dari induk saat berpindah dan
benar-benar akan bebas dari induk pada umur 7-12 tahun walaupun kadang-kadang akan bergerak pindah juga bersama induk dalam satuan lain betina Galdikas, 1986.
4.2.2 Perilaku Makan