Sedangkan untuk Wati, aktivitas makan dari sampah kemungkinan disebabkan meniru sikap induknya yang juga mengambil pakan dari sampah. Pemilihan pakan sampah
yang dilakukan orangutan dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.
Gambar 4.14 Pemilihan Pakan Sampah oleh Orangutan
Menurut Rumapea 2009, aktivitas manusia di dalam kawasan populasi orangutan Bukit Lawang menghasilkan sampah berupa sisa-sisa kulit buah yang
digunakan induk orangutan sebagai sumber pakan. Sisa kulit buah tersebut merupakan sisa makanan pengunjung ataupun sisa buah yang diberikan kepada orangutan baik
individu induk orangutan maupun orangutan lain dimana daging buah telah dimakan dan kulitnya dibuang, akan tetapi beberapa saat setelah melakukan beberapa aktivitas
bergerak, istirahat, sosial dan bersarang kulit buah dimakan kembali oleh individu induk orangutan.
4.2.3 Perilaku Sosial
Aktivitas sosial anak orangutan dapat dilakukan dengan sang induk, orangutan lain, pengunjung, ataupun dengan individu lain seperti Macaca fascicularis dan
Hylobates lar. Interaksi sosial yang terjadi antara sesama orangutan ataupun individu lain biasanya berupa sosial bermain, sosial mengutui ataupun sosial agonistik. Data
perilaku sosial anak orangutan yang teramati selama penelitian dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Persentase Perilaku Sosial Anak Orangutan di PPOS Bukit Lawang
Perilaku Sosial Sumi
Wati Sosial dengan Induk
83,33 42,88
Sosial dengan OU lain 11,33
53,42 Sosial dengan Individu Lain
3 Sosial Pengunjung
1 0,37
Keterangan: OU
: Orangutan
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas sosial anak orangutan paling banyak dilakukan dengan induk dan orangutan lain. Sumi yang masih bayi lebih
banyak berinteraksi dengan induknya 83,33. Persentase interaksi Wati dengan induknya juga cukup tinggi yaitu 42,88. Berdasarkan uji Mann-Whitney sosial
dengan induk Sumi dan Wati maka tidak terdapat perbedaan P = 0,009. Interaksi
sosial anatara anak dan induk orangutan dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini.
Gambar 4.15 Interaksi Sosial antara Anak-Induk Orangutan
Menurut Van Schaik 2006, dalam kenyataannya, hubungan antara induk dan anak orangutan sungguh-sungguh jauh lebih lama dan lebih erat daripada semua
mamalia lain di dunia. Koordinasi antara induk dan anak orangutan adalah sangat baik, di mana sang induk yang memegang peran utama dan mengantisipasi semua
gerakan anaknya. Dengan bertambahnya usia anak, ia akan bergerak semakin jauh dari induknya, terutama apabila pegangan pada induknya akan mengganggu sang
induk, seperti ketika ia sedang makan dan terutama ketika ia sedang membuat sarang. Persentase sosial dengan orangutan lain untuk Sumi adalah 11,33 dan 53,42 untuk
Universitas Sumatera Utara
Wati, dengan hasil uji Mann-Whitney terdapat perbedaan nyata antara keduanya P =
0,002. Interaksi sosial antara sesama orangutan dapat dilihat pada Gambar 4.16
berikut ini.
Gambar 4.16 Interaksi Sosial dengan Pasangan Induk-Anak Orangutan Lain
Selain dengan induk dan orangutan lain, Wati juga berinteraksi dengan individu lain 3, seperti dengan kera Macaca fascicularis, owa Hylobates lar
ataupun kedih Presbytis thomasii walaupun tidak sering. Sedangkan Sumi yang masih bayi belum melakukan interaksi dengan individu lain, namun karena seringnya
sang induk berinteraksi dengan pengunjung dan datang ke TPM, menyebabkan Sumi sesekali juga melakukan sedikit interaksi kecil dengan petugas, misalnya menerima
pakan. Interaksi sosial dengan individu lain dapat dilihat ada Gambar 4.17 berikut
ini.
Gambar 4.17 Interaksi Sosial dengan Macaca fascicularis
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya tidak ada pola hubungan sosial baku untuk kera ini, jika di dasarkan pada kondisi lingkungan tempat hidupnya. Jika ada pola umum atau pola
dasar dalam berbagai bentuk organisasi sosial Pongidae, maka pola ini lebih bersifat sebagai suatu masyarakat terbuka yang beranggotakan siapa saja yang ada di dalam
kisaran distribusi jenis ini, di mana individu-individunya maelakukan sosialisasi karena dalam kondisi yang ada, inilah yang paling mudah dilakukan Goodall, 1983.
Persentase interaksi sosial dengan pengunjung untuk Wati adalah 0,37 dan Sumi 1.
Berdasarkan uji Mann-Whitney maka tidak terdapat perbedaan untuk aktivitas dengan individu lain P = 0,073 dan sosial dengan pengunjung P = 0,630.
Orangutan semiliar seperti yang terdapat di Bukit Lawang, seringkali terlibat interaksi dengan manusia, misalnya pengunjung, guide, petugas ataupun penduduk yang
memiliki ladang di sekitar kawasan Bukit Lawang. Hal ini sangat berbeda dengan orangutan liar yang sangat menghindari manusia. Sebenarnya, hal ini tidak baik untuk
kelangsungan hidup orangutan karena dikhawatirkan terjadi transmisi parasit dari manusia ke orangutan ataupun sebaliknya.
Orangutan sangat rentan terhadap organisme patogen dari manusia, dan transmisi infeksi parasit memang telah terjadi Chitwood 1970; Hegner 1928; Orihel
1970; Ott- Joslin 1993. Sumber penting dari paparan parasit kepada kera besar peliharaan, bekas peliharaan ataupun kelompok bebas adalah wisatawan, peneliti,
pemandu, penjaga, penjaga hewan, dan dapat juga disengaja oleh kontak langsung dengan manusia seperti dari penduduk desa, pemburu gelap atau dari penebang kayu
Woodford et al, 2002. Interaksi sosial antara orangutan dengan manusia dapat dilihat
pada Gambar 4.18 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.18 Interaksi Sosial Orangutan dengan Manusia Pengunjung Rumapea Yuliarta, 2008
Wisatawan oleh sifatnya yang asing untuk daerah setempat, dapat membawa sejumlah patogen asing dimana orangutan ataupun penduduk sekitar tidak memiliki
kekebalan terhadap patogen tersebut Adams et al, 2001. Ditambahkan oleh Wolfe et al 1998 Quammen 2007, kontak sosial antara dua spesies yang berbeda oleh
manusia, dapat menyebabkan penularan penyakit kepada spesies yang tidak memiliki tingkat kekebalan.
4.2.4 Perilaku Istirahat