74
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi
Setiap tambahan satu variabel independen, maka R
2
pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu, pada penelitian ini R Square yang digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan atau Adjusted R
Square Adjusted R
2
karena disesuaikan dengan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Nilai Adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi.
Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.690
a
.476 .433
2.126
a. Predictors: Constant, Pengalaman Audit , Etika, Profesionalisme
b. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini Sumber: Data Primer yang diolah
Tabel 4.17 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,433 atau 43,3, ini menunjukkan bahwa variabel ketepatan pemberian
opini yang dapat dijelaskan oleh variabel etika, profesionalisme, dan pengalaman audit adalah sebesar 43,3, sedangkan sisanya sebesar
0,567 atau 56,7 1-0,433 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, seperti: Independensi,
Situasi Audit, Kompetensi dan lain-lain.
75
b. Uji Signifikansi Parsial Uji Statistik t
Uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara individu memiliki dampak yang signifikan terhadap variabel
dependen, serta untuk membuktikan variabel mana yang paling dominan. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H
a
diterima dan menolak H
. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H diterima dan menolak H
a
. Tabel 4.18 dibawah ini menunjukkan bahwa variabel etika,
profesionalisme, dan pengalaman audit berpengaruh terhadap variabel k e t e p a t a n
p e m b e r i a n o p i n i
a u d i t . Variabel
etika, profesionalisme, dan pengalaman audit mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,095; 0,004; 0,002. Hasil Uji Statistik t dapat dilihat dalam tabel 4.18 berikut ini:
Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
.223 4.929
.045 .964
Etika
.179 .104
.210 1.715 .095
Profesionalisme
.550 .177
.397 3.111 .004
Pengalaman Audit
.315 .093
.442 3.380 .002
a. Dependent Variable: Ketepatan Pemberian Opini Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS
76
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh etika terhadap ketepatan pemberian opini
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel etika mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,095. Hal ini berarti
menolak H
1
, maka dapat disimpulkan bahwa variabel etika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel etika lebih besar dari 0,05.
Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh Etika Profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia, agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi
akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Dengan menjunjung tinggi
Etika Profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara para akuntan publik, sehingga dapat memberikan pendapat auditan yang
benar-benar sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan Mayasari, 2011.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Gusti dan Ali 2008 dan Suraida 2005 yang menyatakan bahwa etika
mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Seorang auditor diharapkan akan lebih
beretika professional dalam melakukan proses audit. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor yang beretika maka akan cenderung
77
lebih bersikap skeptic dibandingkan dengan auditor yang tidak beretikan namun hal ini tidak menentukan keputusan pemberian opini
auditor akan lebih baik. Hal ini disebabkan karena ada factor lain yang mempengaruhi sikap auditor diantaranya adalah fee audit. Ketika
kenyataan laporan keuangan disajikan tidak wajar namun klien memberikan fee audit yang tinggi maka auditor cenderung mengikuti
keinginan kliem dalam memberikan opini Gusti dan Ali, 2008. Berbeda dengan hasil penelitian Herawaty dan Susanto 2009 dan
Kusuma 2012 yang menyatakan bahwa etika berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti
berpengaruh dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh profesionalisme terhadap ketepatan pemberian opini
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel profesionalisme mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,004. Hal
ini berarti menerima H
2
, maka dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel profesionalisme lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian semakin tinggi profesionalisme auditor maka semakin tinggi juga ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mayasari 2011 dan Gunawan 2012 yang menyatakan
78
bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit oleh auditor. Hal ini dapat
disebabkan karena auditor yang professional memiliki tanggung jawab yang penuh atas pekerjaannya dalam memberikan opini suatu
laporan audit. Semakin professional seorang auditor maka semakin tinggi pula rasa tanggung jawabnya terhadap klien, pemerintah dan
masyarakat sehingga pemberian opini audit akan lebih tepat . Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Ikhsan 2007 dan Herawaty dan Susanto 2009 yang
menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dimana berarti berpengaruh
dalam ketepatan pemberian opini audit oleh auditor.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.18, variabel pengetahuan akuntansi dan auditing mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0,002. Hal ini berarti menerima H
3
, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman audit berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman audit lebih kecil dari
0,05.
79
Hasil ini menunjukkan pengaruh yang positif. Jadi, semakin tinggi tingkat pengalaman auditor maka semakin besar ketepatan
pemberian opini audit, sesuai dengan teorinya bahwa semakin banyak pengalaman auditor maka semakin tepat dalam memberikan
penjelasan dari berbagai macam temuan audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sari 2011 dan Suraida
2005 yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan aspek penting dalam pemberian opini audit. Pengalaman seorang auditor
dalam melakukan audit dipengaruhi baik dari segi waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick
1990 dalam Suraida 2005 menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakiin dapat menghasilkan berbagai macam
dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
c. Hasil Uji Statistik F