10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Basis Teori
Konsep yang mendasari teori tentang ketepatan pemberian opini merujuk kepada teori akuntansi keprilakuan khususnya teori
atribusi. Teori atribusi merupakan teori yang dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh kombinasi antara kekuatan internal internal forces, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan
atau usaha, dan kekuatan eksternal eksternal forces, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan Ikhsan, et al., 2005. Sedangkan dalam kompasiana.com
disebutkan bahwa atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang
upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya
untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri.
Teori lain yang juga mendukung penelitian ini adalah teori peran role theory. Teori peran membahas bagaimana orang memposisikan
dirinya dan bagaimana tindakan yang dipilih saat melakukan interaksi dengan orang lain dalam suatu organisasi Praptapa, 2009. Teori peran
11
merupakan interaksi antara peran sosial social role, norma norms, dan identitas identity atas orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi.
Peran sosial adalah kaitan dari hak, tugas dan tanggungjawab, dan perilaku yang tepat dari orang-orang yang memiliki posisi tertentu dalam
konteks sosial. Norma adalah perilaku yang dianggap tepat dan diharapkan dalam suatu peran tertentu. Sedangkan identitas adalah berkaitan dengan
bagaimana seseorang menetapkan siapa dirinya dan bagaimana ia akan bertindak pada suatu situasi tertentu Praptapa, 2009.
2. Teori Audit
a. Definisi Audit
Hakekat mengenai auditing menurut Arens et. al. 2010 adalah sebagai berikut:
“The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between
information and established criteria. Auditing should be done by a competent and independent person
”. “Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau
pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria
yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen
”. Menurut Mulyadi 2010 auditing dijelaskan sebagai berikut:
”Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan
”.
12
Menurut Sukrisno Agoes 2009, pengertian auditing adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
” Menurut Rahayu dan Suhayati 2010, pengertian auditing
adalah: “Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan oleh orang yang kompeten
dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut Singgih dan Bawono, 2010. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah
suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
13
b. Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas
laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pula pertimbangan atas kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi,
persyaratan pelaporan serta bukti audit. Standar auditing menurut Ikatan Akuntan Indonesia IAI dalam
SA Seksi 150 berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan
“standar” berkaitan dengan kriteria atau tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing yang berbeda
dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Berikut standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia IAI adalah Standar Umum, Standar Pekerja Lapangan dan Standar Pelaporan Arens, et. al., 2008 sebagai
berikut: 1
Standar Umum a
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
14
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan. c
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
15
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d Laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan keuangan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.
c. Jenis-Jenis Audit
Menurut Arens, et.al. 2008 akuntan publik melakukan tiga jenis utama audit, Audit Operasional, Audit Ketaatan dan Audit Laporan
Keuangan.
1 Audit Operasional Operational audit
Audit operasional operational audit mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi
organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam
audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak
16
terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur
organisasi, operasi
komputer, metode
produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.
2 Audit Ketaatan Compliance audit
Audit ketaatan compliance audit dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan,
atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada
manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena menajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan
terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini seringkali dilakukan oleh auditor
yang telah bekerja pada unit organisasi itu. 3
Audit Laporan Keuangan Financial statement audit Audit Laporan Keuangan financial statement audit
dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan informasi yang diverifikasi telah dinyatakan sesuai dengan kreteria tertentu.
Biasanya, kriteria yang berlaku adalah Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum Generally Accepted Accounting Principal-
GAAP. Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai GAAP, auditor mengumpulkan
bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.
17
d. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Arens et. al 2008 dalam profesi auditor digolongkan menjadi empat jenis, jenis-jenis tersebut adalah Kantor Akuntan
Publik, Auditor Kantor Pemerintahan, Auditor Pajak, dan Auditor Internal. Adapun pengertian dari setiap jenis auditor akan dijelaskan
berikut ini. 1
Kantor Akuntan Publik auditor eksternal Kantor akuntan publik seringkali disebut auditor eksternal
atau auditor independen untuk membedakan dirinya dengan auditor internal. Kantor akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas
laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang semua sahamnya diperdagangkan dengan maksud
untuk mengeluarkan pendapat atas kewajaran atas laporan keuangan. Disini akuntan berfungsi sebagai pihak yang independen
dan bertindak sebagai penyaksi terhadap penyajian manajemen itu. 2
Audit Kantor Pemerintahan Merupakan suatu badan netral yang berada dalam lingkup
legislative pemerintah. Seorang auditor pada pemerintahan General Accounting Office-GAO adalah seorang auditor bekerja
bagi GAO. Di Indonesia auditor pemerintah ini bekerja dibawah Departemen Keuangan khususnya di Badan Pengawas Keuangan
BPK. Auditor pemerintah biasanya bekerja untuk melakukan
18
pengawasan terhadap penggunaan uang negara oleh seluruh aparatur pemerintah.
3 Auditor Pajak
Auditor pajak adalah auditor yang bertanggung jawab untuk menegakkan undang-undang perpajakkan, tanggung jawab yang
diemban adalah mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah memetuhi undang-undang
perpajakkan yang berlaku. 4
Auditor Internal Auditor internal adalah mereka yang bekerja dibidang
akuntan disuatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib
memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan-pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
operasi perusahaan. Auditor bertanggung jawab langsung kepada presiden direktur, pimpinan tertinggi perusahaan, atau bahkan
komite audit dari dewan direksi.
e. Tujuan Audit
Tujuan audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha serta
arus kas apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti
kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan
19
menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan Boynton, et. al., 2006.
Tujuan spesifik audit ditentukan berdasarkan asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan meliputi asersi manajemen yang bersifat eskplisit maupun implisit. Auditing Standards Board ASB dalam SAS 31, Evidential
Matter AU 326.03 telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:
1 Keberadaan dan keterjadian existence and ocurance
2 Kelengkapan completeness
3 Hak dan kewajiban right and obligation
4 Penilaian dan pengalokasian valuation and allocation
5 Penyajian dan pengungkapan presentation and disclosure
3. Pemberian Opini Audit
Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit. Bagian yang terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan
audit adalah opini audit. Menurut standar professional akuntan public PSA 29 SA Seksi 508, ada lima 5 jenis opini auditor, yaitu Pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian, Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, Pendapat Wajar dengan Pengecualian, Pendapat Tidak
Wajar, dan tidak Memberikan Pendapat.
20
1 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapt diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar
auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu
yang memerlukan bahasa penjelas. Laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui SA 411 paragraf 04, apakah :
a Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku
umum b
Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan
c Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup
yang dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan penafsirannya.
d Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan
dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas.
e Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang
mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang rasional dan
praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.
21
2 Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
Unqualified Opinion with Explanatory Language Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau
diselesaikan sesuai dengan standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi
terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahsa penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas
tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : a
Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor indepanden lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam
paragraph untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.
b Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh
IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan.
3 Pendapat Wajar dengan Pengecualian Qualified Opinion
Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila :
a Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan
b Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material
22
tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapar berupa pengungkapan yang tidak
memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Bentuk dari penyimpangan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum yaitu menyangkut resiko atau ketidakpastian dan pertimbangan materialitas. Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia yang menyangkut resiko atau ketidakpastian umumnya dikelompokkan kedalam satu diantara tiga golongan :
a Pengungkapan yang tidak memadai, jika auditor berkesimpulan
bahwa hal yang berkaitan dengan resiko atau ketidakpastian tidak diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar. b
Ketidaktepatan prinsip akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan SAK yang berkaitan dengan kontijensi atau estimasi hasil
peristiwa masa dan tipe tertentu menjelaskan situasi yang disalamnya ketidakmampuan untul membuat estimasi yang dapat
menimbulkan pertanyaan tentang ketepatan prinsip akuntansi yang digunakan, dan jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi
yang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan secara material, ia harus menyatakan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar.
23
4 Pendapat tidak Wajar Adverse Opinion
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
sesuai denga prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alas an pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak
utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraph
terpisah sebelum paragrap pendapat. 5
Pernyataan tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion or No Opinion
Pernyataan auditor tidak memberiakan pendapat ini layak diberikan apabila :
a Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien
maupun karena kondisi tertentu. b
Auditor tidak independen terhadap klien.
4. Etika