Ruang Lingkup Konsep Pendidikan

14 berdasarkan ajaran Islam sebagai sumber acuan utamanya. 9 sedangkan kalau di lihat dari tujuan pendidikan menurut Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi dalam pemikirannya tentang tujuan pendidikan kedua tokoh ini memadukan antara tugas manusia sebagai makhluk sosial dan tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Oleh karena itu tujuan pendidikan yang telah di jelaskan di atas sama dengan tujuan pendidikan yang terlah di usungkan oleh Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi, bahwa tugas manusia tidak hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT tetapi juga harus memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial semua dalam cakupan menyembah kepada Allah SWT sebagai insan kamil. b. Materi Pendidikan Secara garis besar materi pembelajaran dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang diterapkan Salah satu kompenen operasional pendidikan Islam adalah kuriulum, ia mengandung arti yang diajarkan secara sistematik dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dan materi yang diuraikan dalam al- Qur’an menjadi bahan-bahan pokok pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan Islam, formal maupun non formal. Oleh karena itu, materi pendidikan Islam yang bersumber dri al- Qur’an harus dipahami, dihayati, diyakini, dan diamalkan dalam kehidupan umat Islam. 10 Dan jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1 Konsep, segala sesuatu yang berwujud pengertian baru yang bisa timbul sebagaihasil pemikiran yang meliputi definisi, pengertian, dan lain-lain. 2 Sikap atau nilai, merupakan hasil belajar yang berupa nilai kejujuran, kasih sayang, tolong menolong dan lain sebagainya. 9 Abuddin Nata , Filsafat Pendidikan Islam, Pamulang : Gaya Media Pratama,2005,h. 45-58 10 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,h. 50 15 3 Fakta segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, yang meliputi nama objek, peristiwa sejarah, nama dan tempat dan sebagainya. 4 Pinsip, yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting serta mempunyai hubungan antara konsep yang mengambarkan implikasi sebab akibat. 5 Prosedur, yaitu merupakan langkah yang sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktifitas dan kronologi didalam suatu sistem. 11 Dan cakupan materi pembelajaran atau pendidikan harus memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut : 1 Aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik, karena sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda 2 Keluasan cakupan materi berarti mengambarkan seberapa banyak materi yang dimasukan ke dalam materi menyangkut kedalam rincian konsep yang terkandung didalamnya. 3 Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan, misalnya saja jika dalam pembelajaran dimasukkan untuk materi mencakupnya. 12 Setelah mengamati semua uraian diatas sebenarnya materi yang di terapkan Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi semua hampir sama yaitu setiap penilaian materi pendidikan maka peserta didik diharuskan selalu memperhatikan aspek kognitif,afektif dan psikomotoriknya agar peserta didik bisa mencapai standar kompetensinya. c. Metode Pendidikan Metode berarti jalan yang dilewati untuk mencapai tujuan. Maka metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu 11 Rusman effendi, materi pendidikan,2010 http:info-makalah.blogspot.com 12 Rusman effendi, materi pendidikan,2010 http:info-makalah.blogspot.com 16 pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan yang dikehendaki 13 . Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Sementara itu pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka yang di maksud dengan metode pendidikan adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Secara garis besar metode pendidikan Islam terdiri dari lima , yaitu: 1 Metode keteladanan Metode keteladanan adalah metode yang lebih unggul dibandingkan dengan metode yang lain. Dengan metode keteladanan para orang tua, pendidik atau da’i harus memberi contoh atau teladan terhadap anak atau peserta didik bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dan sebagainya. 2 Metode Pembiasaan Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban secara benar dan rutin terhadap anak atau peserta didik harus dibiasakan dididik sejak masih kecil. Misalnya, agar anak atau peserta didik dpat melaksanakan shalat secara benar dan rutin maka mereka perlu dibiasakan shlat sejak kecil, dari waktu ke waktu supaya tidak keberatan ketika sudah dewasa. Dalam melaksanakan metode ini diperlukan pengertian, kesabaran, dan ketelatean orang tua, pendidik dan da’I terhadap anak atau peserta didik. 3 Metode Nasihat Metode nasihat adalah metode yang paling sering dgunakan oleh para orang tua, penddik atau da’I terhadapa anak atau peserta didik dalam 13 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2007, Edisi ke-3, Cet. IV, h. 740 17 proses pendidikannya. Memberi nasehat merupakan kewajiban orang muslim, sebagaimana tertera dalam al- Qur’an surah al-Ashr ayat 3, agar kita senantiasa member nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. 4 Metode member perhatiaan Metode ini biasanya berupa pujian dan penghargaan.jarang orang tua, pendidik atau da’i memuji atau menghargai anak atau peserta didiknya. Sebenarnya tidak sukar untuk memuji anak atau orang lain, ada pribahasa mengatakan “ucapan atau perkatan itu tidak dibeli” hanya ada keengganan atau gengsi yang ada di dalam hati. 5 Metode hukuman Metode hukuman berhubungan dengan pujian dan penghargaan imbalan atau tanggapan orang lain terdiri dari dua, yaitu penghargaan dan hukuman. Hukuman dapat diambil sebagai metode pendidikan apabila terpaksa atau tiak ada alternatif lain. Islam memberi arahan dalam member hukuman terhadap anak atau peserta didik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a Tidak menghukum anak ketika marah, karena terbawa emosional yang dipengaruhi nafsu syetan. b Tidak menyakiti perasaan dan harga diri anak. c Tidak merendahkan derajat dan martabat yang dihukum. d Tidak menyakiti secara fisik. e Bertujuan mengubah perilaku yang tidak atau kurang baik. 14

B. Konsep Pendidikan Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi

1. Konsep Pendidikan Mahmud Yunus

a. Tujuan dan kurikulum

Berkaitan dengan tujuan dan kurikulum pendidikan Islam para ahli atau tokoh pendidikan Islam merumuskannya dengan beragam argumentasi 14 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005, Cet.1, h. 18-22 18 sesuai dengan persepsi dan pengalaman masing-masing tetapi dalam pembahasan ini penulis tidak bermaksud menguraikan rumusan-rumusan atau konteks zamanya para ahli tersebut, mengingat bahasan ini secara konsen akan merumuskan yang menjadi pemikiran Mahmud Yunus tentang pendidikan Islam sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dalam dunia pendidikan, tujuan merupakan salah satu faktor pendidikan yang harus dicanangkan terlebih dahulu. Sedangkan faktor-faktor yang lain disusun sedemikian rupa dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan itu. Sedangkan menurut Mahmud Yunus tujuan pokok pendidikan Islam tergambar dalam orientasi atau kurikulum pendidikan yang meliputi dua tujuan atau orientasi yaitu pertama untuk membangun kecerdasan pribadi anak didik akhlak dan kedua memberikan keahlian, 15 kecakapan atau keterampilan profesional anak didik dalam mengerjakan pekerjaanya. Rumusan ini sekaligus menyempurnakan pendapat para Ulama tradisional sebelumnya pada saat itu yang merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan sangat sederhana bahkan menurut Mahmud Yunus terlalu sempit dan kurang sempurna dimana merekaUlama tradisional mengatakan tujuan pendidikan Islam hanyalah untuk beribadah atau untuk sekedar mempelajari agama Islam atau pendalaman ilmu-ilmu ke-Islaman. 16 Lebih jauh Mahmud Yunus berpandangan bahwa beribadah merupakan perintah agama Islam, sedangkan setiap amaliyah atau pekerjaan duniawi yang berkaitan erat dan menguatkan pengabdian kepada Allah SWT, juga merupakan agama Islam, ini berarti termasuk juga tujuan pendidikan Islam, tegasnya tujuan pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus adalah menyiapkan anak didik agar kelak para lulsan mempunyai keterampilan profesional baik untuk mengerjakan amalan-amalan duniawi maupun amalan ukhrowi, sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang. 17 15 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h.46 16 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta :PT. Hidakarya Agung, Jakarta, 1978, h. 15 17 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h.47 19 Untuk kepentingan amaliyah akhirat atau supaya anak didik mempunyai kecakapan dalam mengerjakan amalan-amalan akhirat maka harus diajarkan pelajaran tauhid, akhlak, ibadah, sejarah islam dan pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam Al- Qur’an mengenai hukum halal, haram, karena pada dasarnya manusia mempunyai banyak kecenderungan, pada garis basarnya kecenderungan manusia itu ada dua yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan kecenderungan menjadi orang yang jahat, sedangkan kecenderungan beragama termasuk kecenderungan manusia yang baik, 18 dan menjalankan kewajiban dan sunnah dan lain sebagainya. Dan agar anak didik mempunyai keahlian dan keterampilan yang profesional dalam bidang amalan duniawi maka harus diajarkan macam keilmuan yang secara khusus dan langsung menciptakan profesi dan keahlian seperti bertani, berdagang, berkebun, bertukang, menjadi guru, pegawai negeri, pekerja atau buruh dan lain sebagainya sesuai bakat dan potensi masing anak didik. 19 Meski demikian, dari kesemua meteri pelajaran yang diberikan kepada anak didik. Mahmud Yunus sangat menekankan pentingnya pendidikan akhlak, mengingat diutusnya Rasul SAW ke dunia untuk menyempurnakan akhlak manusia 20 maka menurut Mahmud Yunus tugas pertama dan utama para Ulama’, guru-guru agama Islam, pemimpin-pemimpin Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi, calon penerus generasi bangsa dan masyarakat umumnya supaya mereka berakhlak mulia dan bebudi pekerti luhur. Hal ini bukan berarti mengabaikan pendidikan lainya pendidikan jasmani, aqali, dan amali. Semuanya penting hanya menurut Mahmud Yunus pendidikan akhlak lebih penting dari semuanya terutama sebagai tugas dari ulama dan guru-guru agama Islam. 21 Di sekolah Jami’ah Al Islamiyah dan Normal Islam selain diajarkan ilmu-ilmu keagamaan sebagaimana diterapkan dilembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional kala itu seperti : nahwu sharaf, fiqh, kalam, tafsir, 18 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001, h. 35 19 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, h.17 20 Rochidin Wahab, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, Bandung : Alfabeta, 2004, h.252 21 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, h. 20 20 hadits, tasawuf, tarikh dan balaghoh, bahasa arab juga kedua lembaga pendidikan tersebut diajarkan ilmu-ilmu umum seperti ilmu hayat, ilmu alam, ilmu pasti, ekonomi, sejarah, ilmu bumi, tata negara, bahasa inggris dan belanda, ilmu pendidikan, ilmu jiwa, ilmu kesehatan, olah raga, dan menggambar. Dari gambaran materi pelajaran yang di pelajari di kedua lembaga pendidikan tersebut tergambar suatau sistem pendidikan yang sangat modern di saat itu, meski prioritas pendidikan Islam kala itu tetap menempatkan pendidikan moral sebagai sentral pendidikan. Bagi Mahmud Yunus pendidikan adalah proses mempersiapkan anak didik untuk bisa mengembangkan ilmu pengetahuan secara mandiri, dan bahasa merupakan alat untuk memahami segala ilmu pengetahuan tersebut secara mandiri, karenanya pengajaran bahasa arab, bahasa inggris dan belanda menjadi penting di Normal Islam bahkan dijadikan bahasa percakapan sehari- hari. Dengan diajarkanya tiga bahasa tersebut terutama bahasa arab praktis kitab kuning menjadi rujukan para siswa untuk memperaktekkan bahasa arabnya, tidak menjadi menu utama sebagaimana terjadi di lembaga-lembaga Islam tradisional ini sekaligus merefleksikan keseimbangan antara ilmu pengetahuan kegamaan dan ilmu pengetahuan umum. Baik ilmu pengetahuan keagamaan maupun ilmu pengetahuan umum menurut Mahmud Yunus akan bermuara pada tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk Insan Kamil yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, cakap, terampil, tangkas dan kepribadian utama yang diridhai Allah SWT. Baik dalam konsep teori maupun prakteknya selalu menekankan keseimbangan pendidikan jasmani dan rohani. 22 Jadi tujuan pendidikan Islam, menurut Mahmud Yunus, adalah menyiapkan anak didik agar di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat. Sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia akhirat. Agar anak didik mampu melaksanakan amalan akhirat, anak- 22 Mahmud Yunus dan Kasim Bakri, Attarbiyah Wat Ta’lim, Gontor Ponorogo, 1986, h.12 21 anak harus diajarkan keimanan, akhlak, ibadah, dan isi-isi Al- Qur’an yang berhubungan yang wajib dikerjakan dan yang haram yang harus ditinggalkan. Kemudian agar anak didik cakap melaksanakan pekerjaan dunia, merek harus dididik untuk mengerjakan salah satu dari macam-macam profesi, seperti : bertani, berdagang, berkemah, bertukang, menjadi guru dan lain-lain sesuai dengan bakat dan bawaan masing-masing anak didik. 23 Sekalipun demikian, sebagai seorang pembaharuan pendidikan Islam yang modernis, Mahmud yunus tidak menolak sementara pendapat yang menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan adalah untuk mencari penghasilan. Namun Mahmud Yunus memperingatkan agar tujuan itu jangan dijadikan tujuan utama. Selanjutnya, secara rinci Mahmud Yunus merumuskan tujuan pendidikan agama di sekolah umum pada tiap tingkatannya sebagai berikut : 1 Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati anak-anak, yaitu dengan mengingatkan pada nikmat dan rahmat Allah yang tak terhitung banyaknya. 2 Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam hati anak-anak. 3 Mendidik anak agar tekun melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. 4 Membiasakan anak didik supaya berakhlak mulia. 5 Mendidik agar anak-anak mengetahui cara-cara melaksanakan ibadah sehari-hari dengan benar. 6 Membimbing anak supaya mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat. 7 Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik. 8 Membina dan mendidik anak supaya menjadi warga Negara yang baik, sehingga bisa hidup bergaul dengan baik di tengah-tengah masyarakat. 24 23 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, Jakarta : Suara ADI, 2009, Cet. I, h. 169 24 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta : PT. Hidakarya Agung,1992, h. 13