Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

61 dewasa kelak mereka anggup dan pandai melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercapa kebahagiaan bersama dunia akhirat. 1 Agar supaya peserta didik mampu mengerjakan amalan akhirat mereka harus dididik dengan mengajarkan ilmu agama seperti : keislaman, akhlak, ibadah dan isi al- Qur’an yang berhubungan dengan yang wajib dilaksanakan dan yang haram untuk ditinggalkan, maka dengan begitu anak didik akan teguh dan beramal shaleh. Dan agar supaya peserta didik mampu mengerjakan amalan pekerjaan dunia, maka mereka harus dididik untuk mengajarkan salah satu dari masing-masing perusahaan, seperti bertani, berdagang, beternak, bertukang, menjadi guru, pegawai negeri dan lain-lain seperti bakat bawaan anak didik. 2 Mahmud Yunus kemudian merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut : Pertama, untuk mencerdaskan perseorangan, kedua, kecakapan mengerjakan pekarjaan. Dalam hal ini Mahmud Yunus menilai pendapat ulama tradisional yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam hanyalah untuk beribadah dan sekedar untuk memperlajari Islam itu terlalu sempit, karena ibadah itu merupakan salah satu perintah Islam. Sedangkan pekerjaan duniawi yang menguatkan pengabdian kepada Allah juga merupakan perintah Islam. Dengan demikian, pekerjaan duniawi termasuk juga tujuan pendidikan Islam. Selain itu, Mahmud Yunus menilai bahwa tujuan pendidikan yang lebih penting dan utama adalah pendidikan akhlak, karena Rasulullah SAW, diutus adalah untuk memperbaiki akhlak daan budi pekerti umat manusia. Atas dasar pemikiran terebut, menurut Mahmud Yunus tugas yang utama dan pertama yang menjadi beban para ulama, guru-guru agama dan pemimpin-pemimpin Islam adalah mendidik anak-anak, para pemuda, putra-putri, orang dewasa dan masyarakat umu, agar mereka memiliki akhlak yang mulia dan berbud pekerti yang mulia. Yang demikian bukan berarti bahwa pendidikan jasmani, adil dan 1 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, h. 9 2 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, h. 10 62 amal tidak dipentingkan sama sekali, bahkan semuanya dipentingkan, tapi yang terpenting menurut Mahmud Yunus adalah pendidikan akhlak. 3 Dengan uraian di atas penulis dapat menganalisa bahwa tujuan pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus adalah mendorong seseorang agar mengamalkan ajaran Islam secara sempurna, yaitu ajaran yang menyeluruh seseorang tidak hanya menguasai pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ukhrawi, tetapi pekerjaan yang bersifat duniawi dengan dihiasi akhlak yang mulia, sehingga tercapai kebahagian hidup yang seimbang, untuk itu harus mengajarkan kurikulum dalam pendidikan tidak hanya kurikulum pendidikan agama semata tetapi juga di barengi pendidikan umum. Mahmud Yunus adalah orang yang pertama kali mempelopori kurikulum yang bersifat integrated, yaitu kurikulum yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum di lembaga pendidikan Islam, khususnya dalam mengembangkan bahasa Arab. Pada mulanya pengajaran bahasa Arab lebih banyak menekankan aspek gramatika tanpa dimbangi kemampuan menggunakannya dalam bentuk percakapan sehari-hari. Mahmud Yunus menawarkan kurikulum pengajaran bahasa Arab yang integrated antara satu cabang lainnya dalam bahasa Arab. Seorang anak dididik diberikan cabang-cabang ilmu bahasa Arab yang dipadukan dengan menerapkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari. Menurut Mahmud Yunus, jika di sekolah-sekolah swasta Belanda, bahwa bahasa Belanda dijadikan sebagai bahasa pengantar, maka tidaklah salah jika di madrasah bahasa Arab bias dijadikan bahasa pengantar dalam mempelajari ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu lainnya. 4 Sedangkan tujuan pendidikan yang diperbaharui Imam zarkasyi adalah menerapkan dan menginginkan agar supaya mencetak para santri yang memiliki panca jiwa pondok pesantren yaitu, jiwa keiklasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari mandiri, jiwa ukhuwwah diniyyah dan jiwa bebas. Imam Zarkasyi menekankan pada tujuan pendidikan yang diarahkan 3 Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam, h. 63 4 Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam, h. 5 63 untuk mempersiapkan peserta didik agar siap dan mampu hidup bermasyarakat sesuai dengan bidang keahliannya. Hal demikian antara lain karena pengaruh hadits Nabi Muhammad Saw yang sering dikutipnya “Khair al- nas anfa’uhum li al-nas” manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang banyak. 5 Pola pikir dan kebebasan, ini terutama menyangkut diri santri. Setiap santri diberi arahan melalui pembiasaan, keteladanan, dan pengkondisian lingkungan. Dengan konsep ini diharapkan santri memiliki jiwa berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari, santri bebas untuk menentukan masa depannya, memiliki jiwa keikhlasn dan jiwa kesederhanaan dalam hidup. 6 Sedangkan kurikulum yang di terapkan Imam Zarkasyi adalah 100 umum dan 100 agama. Kurikulum pada pesantren tradisonal lebih memfokuskan pada materi agama yang tertera dalam kitab-kitab klasik kuning. Imam Zarkasyi tetap mempertahankan materi-materi agama tersebut, selain itu juga menambahkan materi pengetahuan umum ke dalam kurikulum lembaga pendidikan yang diasuhnya. Materi dan kurikulum pondok pesantren gontor pada dasarnya adalah totalitas dari kehidupan pondok itu sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Tidak ada perbedaan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Semua santri mendapat dua pengetahuan tersebut sekaligus sesuai dengan tingkatan kelas mereka masing-masing. Materi dan kurikulum yang dikembangkan dibagi menjadi dua bagian, yaitu materi kurikulum yang bersifat intrakurikuler akademik, dan bersifat ekstrakurikuler nonakademik. Kurikulum intrakurikuler dilakukan oleh Kulliyat Al- Mu’allimin Al-Islamiyah KMI, sedangkan kurikulum ekstrakurikuler ditangani oleh Organisasi Pelajar Pondok Pesantren OPPM dan Gerakan Pramuka. 7 Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa antara Mahmud Yunus dan Imam Zarkasyi sama sama mementingkan pendidikan akhlak pada 5 Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam, h. 155 6 Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, h. 146 7 Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, h. 143