Gaya Manajemen Konflik Manajemen Konflik

adalah sebuah cara yang dilakukan untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya sebuah konflik dalam organisasi yang mana tentunya akan mengganggu kinerja dari para anggota atau pihak-pihak yang berada dalam suatu organisasi.

3. Gaya Manajemen Konflik

Menurut Wirawan, “gaya manajemen konflik adalah pola perilaku orang dalam menghadapi situasi dalam konflik”. 88 a. Gaya penghindaran avoidance Dengan gaya ini pihak yang menghadapi konflik cenderung menarik diri dari situasi konflik atau bersikap netral. Dan jika tidak terpecahkannya suatu konflik akan berpengaruh pada tugas-tugas manajerial. Maka dengan gaya menghindari konflik ini akan dapat mengarah pada hasil organisasi yang negatif. 89 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Konflik, gaya manajemen konflik penghindaran adalah “bersikap tidak kooperatif, dan tidak aseratif; menarik diri dari situasi yang berkembang, dan atau bersikap netral dalam segala macam “cuaca””. 90 b. Gaya penghalusan Smoothing Gaya penghalusan adalah kecenderungan untuk meminimalkan perbedaan yang terjadi, dengan menekankan dapat diterimanya ide bagi khalayak dalam situasi konflik. Ketika manajer menggunakan gaya penghalusan, manajer bertindak seolah-olah akan hilang bila sampai pada waktunya, maka cenderung untuk kerjasama. 91 Sedangkan menurut Wirawan, “Perhatian seorang manajer yang rendah terhadap produksi, sedangkan tinggi perhatiannya terhadap 88 Ibid., h. 134. 89 Abi Sujak, Op, Cit., h. 166-168. 90 Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 18. 91 Abi Sujak, Op. Cit., h. 168. bawahannya cenderung memberikan akomodasi jika menghadapi konflik”. 92 c. Gaya pemaksaan forcing Menurut Abi Sujak, “Gaya ini mempunyai kecenderungan menggunakan kekuasaan untuk mendominasi orang lain dan memaksa orang lain untuk menyetujui atas dasar posisinya”. 93 Sedangkan menurut Wirawan yang menyatakan bahwa perhatian seorang manajer yang tinggi terhadap produksi, sedangkan rendah perhatiannya terhadaap orang yang dipimpinnya bawahannya cenderung akan menggunakan gaya manajemen konflik ketika memanajemeni konflik. Ia berupaya memaksakan kehendaknya untuk meningkatkan produksi dengan mengabaikan orang lain jika menghadapi situasi konflik. 94 d. Gaya kompromi Compromise Menurut Abi Sujak, “gaya kompromi adalah gaya yang mempunyai kecenderungan untuk mengorbankan minat dengan mengambil kesepakatan untuk mencapai suatu persetujuan”. 95 Sedangkan menurut Wirawan, perhatian seorang manajer yang sedang tidak tinggi atau tidak rendah terhadap produksi dan bawahannya cenderung berkompromi jika memanajemeni konflik. Ia mau untuk berkompromi mengenai tingkat produksi organisasi demi memenuhi kesejahteraan bawahannya. 96 e. Gaya kolaboratif Collaborative Menurut Abi Sujak, gaya kolaboratif adalah keinginan untuk mengidentifikasi sebab-sebab yang melatarbelakangi konflik, membagi informasi secara terbuka, dan mencari jalan pemecahan dengan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan yang akan 92 Wirawan, Op. Cit., h. 139. 93 Abi Sujak, Op. Cit., h. 169. 94 Wirawan, Op. Cit., h. 138. 95 Abi Sujak, Op. Cit., h. 170. 96 Wirawan. Loc. Cit. diperoleh. 97 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik, bersikap kooperatif, maupun aseratif; berupaya untuk mencapai kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada; mencari dan memecahkan masalah demikian rupa, hingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai hasilnya. 98 f. Gaya Decoupling Melepaskan Kaitan Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi, sesuatu organisasi mungkin didesain demikian rupa hingga ia secara langsung mengurangi interdependensi antara departemen-departemen yang ada. 99 Lebih lanjut dijelaskan oleh Winardi, dengan jalan menyediakan bagi departemen-departemen sumber-sumber daya dan persediaan- persediaan yang terlepas dari sumber-sumber daya dan persediaan- persediaan bagi departemen-departemen lainnya akan menyebabkan terlepasnya ikatan Decouple departemen- departemen tersebut hingga dengan demikian dapat dikurangi kecenderungan terjadinya konflik interdepartemental. 100

4. Strategi dalam Penyelesaian Konflik