Strategi dalam Penyelesaian Konflik

diperoleh. 97 Sedangkan menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Konflik, bersikap kooperatif, maupun aseratif; berupaya untuk mencapai kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada; mencari dan memecahkan masalah demikian rupa, hingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai hasilnya. 98 f. Gaya Decoupling Melepaskan Kaitan Menurut Winardi dalam bukunya Manajemen Perilaku Organisasi, sesuatu organisasi mungkin didesain demikian rupa hingga ia secara langsung mengurangi interdependensi antara departemen-departemen yang ada. 99 Lebih lanjut dijelaskan oleh Winardi, dengan jalan menyediakan bagi departemen-departemen sumber-sumber daya dan persediaan- persediaan yang terlepas dari sumber-sumber daya dan persediaan- persediaan bagi departemen-departemen lainnya akan menyebabkan terlepasnya ikatan Decouple departemen- departemen tersebut hingga dengan demikian dapat dikurangi kecenderungan terjadinya konflik interdepartemental. 100

4. Strategi dalam Penyelesaian Konflik

Terdapat beberapa strategi dalam menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi di dalam sebuah organisasi, di antaranya: a. Kompromis Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi, ia menyatakan bahwa “melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya menyelesaikan konflik dengan meyakinkan masing- masing pihak dalam perundingan bahwa mereka perlu mengorbankan sasaran-sasaran tertentu, agar dapat dicapai sasaran lain”. 101 97 Abi Sujak. Loc. Cit. 98 Winardi, Manajemen Konflik., Op, Cit., h. 19. 99 Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi., Op. Cit., h. 419. 100 Ibid. 101 Ibid., h. 453. Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kompromis merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mencoba meyakinkan salah satu pihak untuk mengorbankan tujuan yang diinginkan salah satu pihak tersebut demi tercapainya tujuan bersama. b. Meratakan Smoothing Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perilaku Organisasi, ia menyatakan bahwa “meratakan merupakan sebuah cara lebih diplomatik untuk menyelesaikan konflik di mana sang manajer meminimasi tingkat dan pentingnya tingkat ketidaksepakatan dan ia membujuk salah satu pihak untuk “mengalah””. 102 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa meratakan merupakan cara yang dilakukan manajer dengan cara meminimasi atau menekan tingkat ketidakspakatan yang terjadi diantara kedua belah pihak dan ia mencoba secara sepihak untuk membujuk salah satu pihak untuk mengikuti keinginan pihak lain mengalah. c. Suara Terbanyak Majority Rule Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Konflik, ia menyatakan bahwa suara terbanyak adalah upaya untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara, di mana suara terbanyak menang Majority vote dapat berjalan secara efektif , apabila para anggota menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai prosedur yang “fair”. 103 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa suara terbanyak merupakan cara yang diambil melalui pemungutan suara, yang mana suara terbanyak dalam pemungutan suara tersebutlah yang menang. Biasanya proses pemungutan suara ini dilakukan ketika strategi-strategi yang sebelumnya dilakukan tidak menemukan titik 102 Ibid., h. 452. 103 Winardi, Manajemen Konflik., Op. Cit., h. 86 terang dalam menyelesaikan konflik, barulah strategi pemungutan suara ini dilakukan.

D. Hasil Penelitian yang Relevan