keadaan tersebut dapat menyebabkan seseorang sakit atau bahkan sampai meninggal dunia.
81
Dari penjelasan mengenai pengaruh konflik sebagaimana
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh konflik dapat dibedakan menjadi pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh
positif tentu akan sangat membantu dalam kehidupan umat manusia dan juga dapat membantu dalam dalam mengembangkan dan memperbaiki
internal suatu organisasi. Dan sebaliknya, pengaruh negatif tentu akan menciptakan sebuah hal negatif yang akan mengganggu kehidupan
manusia terlebih apabila konflik telah berubah mejadi konflik destruktif yang juga akan merugikan perkembangan sebuah organisasi apabila tidak
di manajemeni dengan baik.
C. Manajemen Konflik
1. Pengertian Manajemen Konflik
Setelah sebelumnya membahas mengenai manajemen dan konflik secara umum, selanjutnya dapat mengerucut kedalam pembahasan
mengenai manajemen konflik. Menurut Wirawan, “manajemen konflik didefinisikan sebagai
proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan”.
82
Sedangkan Abi Sujak menjelaskan bahwa
“manajemen konflik mengacu kepada suatu intervensi yang didisain untuk mengurangi konflik yang meledak atau
untuk meningkatkan konflik dengan harapan dapat mengatasi kelesuan organisasi”.
83
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik merupakan proses menyusun strategi yang akan diterapkan dalam
81
Ibid.
82
Ibid., h. 129.
83
Abi Sujak, Op. Cit., h. 150.
mengatasi sebuah konflik yang sedang terjadi dan mengendalikan konflik tersebut untuk menghasilkan sebuah harapan yang diinginkan bersama
dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya penangan yang tepat konflik tidak akan terselesaikan dan mungkin akan menjadi konflik yang lebih
luas yang mana semua pihak yang terlibat konflik akan memfokuskan fikiran, tenaga, dan fikiran mereka bukan untuk mengembangkan
produktivitas mereka dalam sebuah organisasi melainkan mereka akan terus terlibat konflik dan akan saling menghancurkan lawan konflik yang
mereka hadapi, disanalah peran manajemen konflik digunakan untuk menyelesaikannya.
2. Tujuan Manajemen Konflik
Konflik merupakan hal yang akan dapat menghambat tujuan yang diinginkan dalam sebuah organisasi. Seperti contoh di sekolah yang ingin
meningkatkan akreditasi sekolah tersebut, dalam hal ini tentu butuh kerja sama yang baik dari semua aspek terkait dalam sebuah sekolah tersebut
mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan sampai dengan staff sekolah dan aspek lainnya yang
terkait. Namun apabila terdapat sebuah konflik antara pihak-pihak yang akan membantu dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan
akreditasi sekolah tentu tujuan tersebut akan sulit untuk di wujudkan sebelum konflik yang terjadi itu terselesaikan.
Berikut ini adalah beberapa tujuan dari manajemen konflik menurut Wirawan dalam bukunya Konflik dan Manjemen konflik :
a. Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan diri pada visi, misi dan tujuan organisasi
Organisasi yang mapan tentunya memiliki visi, misi, dan tujuan yang strategis. Dan ketiganya harus dicapai atau direalisasikan dengan cara
yang sistematis dan dalam suatu kurun waktu yang direncanakan. Dan
konflik akan mengganggu perhatian anggota organisasi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan yang strategis.
84
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik apabila dapat di konsep secara matang tentu akan dapat
mencegah terjadinya konflik yang akan mengganggu para anggota dalam mencapai visi, misi dan tujuan dari organisasi yang akan
mereka capai.
b. Memahami orang lain dan menghormati keberagaman Seorang anggota organisasi tidak mungkin menyelesaikan tugasnya
sendiri, tentu membutuhkan bantuan dari rekan kerjanya. Ia harus dapat berkomunikasi dengan baik. Ia harus memahami bahwa rekan
kerjanya memiliki berbagai perbedaan, seperti suku, agama, bahasa, perilaku, pola fikir, dan sebagainya.
85
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa seorang angota organisasi tentu butuh bantuan dari rekan kerja atau anggota organisasi lain
dalam menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu seorang anggota organisasi diharuskan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan
dapat memahami berbagai macam karakter sifat rekan anggota organisasi lain yang tentunya berbeda-beda mulai dari suku sampai
pola fikirnya. Manajemen konflik cukup bereperan dalam membantu mencegah terjadinya konflik yang mungkin akan timbul karena
terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam organisasi tergantung bagaimana seorang manajer mengolah manajemen konflik tersebut.
c. Meningkatkan kreativitas Menurut Sy. Landrau, Barbara Landau, dan Daryl Landau 2001
sebagaimana dikutip oleh Wirawan yang mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi di tempat kerja dapat dapat di manajemeni untuk
84
Wirawan, Op. Cit., h. 132.
85
Ibid.
menciptakan kreativitas dan inovasi. Ketiga praktisi manajemen konflik ini mengemukakan pula jika di manajemeni dengan baik
konflik dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan pihak-pihak yang terlibat konflik.
86
Dari pendapat ketiga praktisi manajemen konflik tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila suatu konflik dapat dimanajemeni dengan
baik tentu akan menciptakan sebuah kreativitas. Dan hal tersebut kembali lagi tergantung kepada sosok manajer bagaimana ia dapat
mengolah manajemen konflik tersebut dalam mengembangkan kreativitas yang timbul dalam organisasi.
d. Menciptakan prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik Organisasi yang mapan dapat belajar dari berbagai situasi konflik
yang dihadapi. Dari pembelajaran tersebut, prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik dikembangkan. Jika prosedur dan
mekanisme berhasil menyelesaikan konflik secara berulang-ulang, hal ini akan menjadi norma budaya organisasi. Namun jika tidak
dimenajemeni
dengan baik,
konflik akan
menyebabkan disfungsional organisasi.
87
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah organisasi dapat belajar ketika sedang menghadapi konflik. Disanalah
mereka akan sama-sama memikirkan prosedur dan mekanisme seperti apa yang dapat menyelesaikan sebuah konflik. Ketika hal tersebut
telah didapat melalui prosedur dan mekanisme yang dilakukan secara berulang-ulang dalam menyelesaikan konflik, maka hal tersebut akan
menjadi norma budaya organisasai sebagaimana yang telah dikatakan oleh wirawan diatas. Semua itu tergantung dari proses manajemen
konflik berlangsung dalam organisasi dan bagaimana seorang manajer dalam menyelesaikan sebuah konflik.
Dari tujuan-tujuan manajemen konflik yang telah di jelaskan diatas, dapat disimpulkan pula bahwa tujuan dari manajemen konflik
86
Ibid.
87
Ibid., h. 133.
adalah sebuah cara yang dilakukan untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya sebuah konflik dalam organisasi yang mana tentunya akan
mengganggu kinerja dari para anggota atau pihak-pihak yang berada dalam suatu organisasi.
3. Gaya Manajemen Konflik