Pengertian, Rukun, dan Syarat Murabahah

23 menjadi titik beratnya adalah pada prinsip, akad yang digunakan, dan tidak adanya unsur maysir, gharar, dan riba.

4. Akad Murabahah

a. Pengertian, Rukun, dan Syarat Murabahah

Pengertian Murabahah secara bahasa حبر - حبري – احبر yang berarti berlaba atau beruntung. 13 Sedangkan dalam istilah perbankan syariah, Murabahah diartikan sebagai berikut: “Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah ”. 14 “Akad jual beli suatu barang dimana penjual menyebutkan harga jual yang terdiri atas harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang, dimana harga jual tersebut disetujui oleh pembeli .” 15 Sedangkan menurut Fikih Islam, murabahah berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan margin yang diinginkan. 16 13 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990, h. 136 14 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, cet. I, Yogyakarta: EKONISIA FE UII, 2003, h. 62 15 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, h. 76 16 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, ed. I, h. 81-82 24 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Murabahah sebagaimana umumnya digunakan oleh perbankan syariah, pada prinsipnya didasarkan atas dua elemen pokok, yaitu: harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas laba keuntungan. 17 Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh dalam melakukan kegiatan bisnis atau usaha, Murabahah termasuk kedalam Natural Certainty Contracts dimana kontrak atau akad bisnis tersebut dapat memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah amount maupun waktu timing-nya. 18 Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu: 1 Pelaku akad, yaitu ba’i penjual adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang. 2 Objek akad, yaitu mabi’ barang dagangan dan tsaman harga. 3 Shighah, yaitu Ijab dan Qabul. Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun demikian, bentuk 17 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 120 18 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 279 25 jual beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. 19 Beberapa syarat pokok murabahah menurut Usmani 1999. Antara lain sebagai berikut: 1 Murabahah merupakan salah satu bentu jual beli ketika penjual secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan yang diinginkan. 2 Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk persentase tertentu dari biaya. 3 Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga agregat. 4 Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang dapat ditentukan secara pasti. 20 Prinsip Murabahah dalam perbankan syariah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan dari nasabah. Dalam Murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah akan melakukan pembelian barang setelah adanya pesanan dari nasabah, baik yang bersifat mengikat atau tidak mengikat 19 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 82 20 Ibid, h. 83-84 26 nasabah untuk membeli barang pesanannya. 21 Sedangkan mekanisme pembayaran Murabahah yang lazim dilakukan perbankan syariah adalah dengan cara pembayaran cicilan bitsaman ajil yang dicirikan dengan penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian, walaupun demikian pembayaran Murabahah dengan cara tunai dapat juga dilakukan.

b. Dasar Hukum Akad Murabahah