Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank adalah suatu lembaga perantara keuangan yang dikenal dengan sebutan financial Intermediary. Financial Intermediary adalah lembaga yang aktifitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang memerlukannya. Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. 1 Pengelolan dana bank syariah harus didasarkan pada nilai, prinsip dan konsep syariah. 2 “Syariat Islam merupakan ajaran yang mengatur hubungan antara sesama manusia maupun hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Tujuan utama syariat adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan harta benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindungnya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki.” Menurut Ibnu Qayyim “ Basis syariat adalah hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Kemaslahatan ini terletak pada keadilan sempurna, 1 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, h. 259 2 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, edisi I Yogyakarta: Ekonisia, 2004, h. 1 2 rahmat, kesejahteran dan hikmah. Apa saja yang membuat keadilan menjadi aniaya, rahmat menjadi kekerasan , kemudahan menjadi kesulitan, dan hikmah menjadi kebodohan, maka hal itu tidak ada kaitannya dengan syariat” . 3 Perekonomian merupakan salah satu tulang punggung kehidupan masyarakat, karena itulah Islam sangat melarang segala sesuatu yang dapat merusak kehidupan perekonomian bangsa seperti riba pembungaan uang pada pinjaman. 4 Terkait dengan hal itu, Majelis Ulama Indonesia MUI mengeluarkan fatwanya tentang pengharaman riba, dan sejak dikeluarkannya fatwa Dewan Syariah Nasional DSN MUI tentang pengaharaman riba tersebut, banyak masyarakat mulai merubah pola kegiatan ekonomi khususnya di bidang perbankan dengan beralih dari perbankan konvensional menuju perbankan syariah. Dunia perbankan sudah cukup lama berkembang di Indonesia, akan tetapi sempat mengalami goncangan ketika terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997. Ketika banyaknya bank-bank konvensional yang berbasis bunga mengalami depresi hebat dan bahkan tidak sedikit bank konvensional tutup akibat dilikuiditasi hingga mencapai 55 bank pada bulan juli 1997 sampai dengan 13 3 Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Terjemahan, Jakarta: GIP-Tzakia Institute 2000 h. 45 4 M. A. Mannan, Ekonomi Islam : Teori dan Praktek Dasar-dasar Ekonomi Islam, Penerjemah Muhammad Nastagin, Jakarta, PT. Inter Masa, 1992,Cet. Ke-1, h. 164 3 maret 1999, 5 karena disebabkan krisis ekonomi tersebut. Sehingga akan berdampak pada lambannya proses pemulihan ekonomi di Indonesia dan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional sempat menurun. Berangkat dari pemikiran itulah, diperlukan alternatif-alternatif pemikiran yang dapat menyempurnakan konsep pengembangan perbankan syariah di masa depan. Dalam rangka pemulihan perekonomian Indonesia, dibutuhkan peran intermedasi dari perbankan sebagai penggerak perekonomian nasional. Peran ini hanya dilaksanakan jika perbankan beroperasi dalam kondisi yang sehat dan dalam lingkungan bisnis yang kondusif. 6 Adapun persoalan kemiskinan pada saat ini tetap menjadi problematika mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia. Beberapa Indikator kesejahteraan masyarakat memperlihatkan bahwa tingkat kemiskinan diri sendiri adalah dengan cara mengambil langkah berani mulai berusaha dan hal itu dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Jika mengalami kegagalan, maka hendaknya mencoba kembali. Pada pokoknya, keperluan akan pinjaman timbul karena kebutuhan seseorang akan dana modal. Syarat kehidupan yang semakin lama akan semakin rumit menjadi individu-individu dalam masyarakat cenderung saling 5 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek, Jakarta: Al Fabet, 1999, Edisi Pertama, Cet.Ke-1, h. 7 6 Ir. Imam Hilman dkk, Perbankan Syariah Masa Depan, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2003 h. 3-4 4 membutuhkan dan saling membantu dengan cara tertentu dalam mengatasi masalah-masalah mereka dan salah satu jenis bantuannya adalah pinjaman. Pertumbuhan dan perkembangan kota dalam perjalanannya telah memunculkan berbagai persoalan. Salah satunya adalah persoalan pertanahan, ketidakseimbangan laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan tanah untuk memenuhi kebutuhan perumahan, pertanian dan kegiatan usaha serta penyediaan infrastruktur lingkungannya. Kondisi ini mengakibatkan munculnya permukiman- permukiman kumuh terutama di pinggiran perkotaan yang sangat minim dengan sarana dan prasarana lingkungan permukiman. Hal seperti ini dapat dihindari apabila dari awal perencanaan dan menata kota berpihak pada kepentingan masa datang dengan tetap memperhatikan keberlanjutan dan kelestarian lingkungannya. 7 Ketika seseorang itu dianggap sudah mapan, seberapa besar pun uang yang dimilikinya akan terasa belum lengkap jika belum memiliki tanah sendiri. Artinya, tanah sudah menjadi prioritas utama bagi semua orang. Terlebih bila orang tersebut sudah berkeluarga atau sudah sekian lama mengontrak di atas tanah milik orang lain. Entah itu dengan tujuan untuk dibangun rumah pribadi, membuka usaha atau sekadar berinvestasi . 8 Melihat permasalahan yang terjadi, maka dirasakan perlu adanya lembaga keuangan non bank yang dapat menjangkau kebutuhan masyarakat. Pada kondisi 7 http:eleveners.wordpress.com20100120dir-konsolidasi-tanah-kt 8 http:id.shvoong.comlifestylefashion-and-beauty2126485-jual-beli-tanah-tips-membeli 5 demikianlah, BMT memosisikan diri, dengan tujuan untuk membantu masyarakat ekonomi lemah baik itu dalam bentuk simpanan maupun dalam bentuk pinjaman tanpa harus memberatkan masyarakat. Kehadiran Baitul Mall Wat Tamwil yang disingkat BMT, dalam pedoman bahasa Indonesia adalah Balai Usaha Mandiri Terpadu, merupakan lembaga keuangan syariah yang tumbuh seiring dengan perkembangan lembaga keuangan maupun keuangan syariah lainnya di Indonesia. BMT adalah salah satu lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan landasan sistem syariah. 9 Pada sisi birokrasi, BMT berupaya menyederhanakan, demikian pula pada aspek jaminan. Jaminan bukan syarat pokok seseorang memperoleh pembiayaan pinjaman akan tetapi kepercayaan yang sudah dijalani, menjadi syarat pokok bekerjasama dengan BMT. Selain itu, BMT juga dilengkapi dengan kegiatan Baitul Mall yang lebih bersifat sosial. Ini berarti secara kelembagaan BMT merupakan lembaga sosial dan komersial. Sebagai lembaga sosial BMT menghimpun dana dari zakat, infaq, shadaqah ZIS, hibah dan sebagainya, yang kemudian disalurkan kepada mereka yang dananya berasal dari simpanan, khususnya simpanan kavling tanah. Yang mana simpanan ini merupakan simpanan bagi masyarakat untuk mempermudah dalam melaksanakan pembelian lahan tanah. Dimana setiap keluarga membutuhkan tempat tinggal yang permanen dengan fasilitas simpanan ini kita bisa memiliki sebuah kavling tanah yang bisa dibangun atau sebagai investasi masa depan. 9 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: LSAF, 1999. 6 Disinilah letak keunggulan dari BMT dalam hubungannya dengan simpanan kavling tanah. Selain membantu masyarakat yang ekonominya lemah dalam menyimpan sebagian hartanya dalam bentuk simpanan kavling tanah yang berada di BMT juga bisa untuk mempermudahkan masyarakat dalam membeli sebidang tanah. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa BMT adalah merupakan lembaga keuangan yang bertugas mengumpulkan dan mengelola dana milik umat yang berdasarkan prinsip syariah Islam yang dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian. Untuk melihat sampai sejauh mana produk kavling tanah untuk menarik minat masyarakat pada umumnya serta keunggulan apa saja yang dimilikinya, maka digunakan analisa Strengths Kekuatan, Weakness Kelemahan, Opportunity Peluang, Threats Ancaman. Teknik SWOT pada dasarnya merupakan salah satu teknik menganalisa berbagai kondisi yang mempengaruhi proses kekuatan produk kavling tanah ini. Tujuan analisa ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang jelas mengenai suatu permasalahan nyata, sehingga dapat memformulasikan tindakan yang nyata dan konkrit. 10 Dengan melihat keterangan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang simpanan kavling tanah di BMT Al-Kautsar. Dan 10 Freddy Rangkuti, Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, h.19 7 menuangkan dalam skripsi yang berjudul “Produk Kavling Tanah Pada BMT Al- Kautsar”

B. Perumusan Masalah