Seppuku di Era Tokugawa

muncul benih-benih loyalitas di kalangan samurai. Majikan menjadi segalanya, karena tanpa majikan seorang samurai dan keluarganya akan kehilangan seseorang yang memberikan kesejahteraan. Pada masa ini lahir semangat keksatriaan Jepang, bushido. Kondisi sosial semacam ini ikut melatarbelakangi dilakukannya seppuku . Kesetiaan yang besar dari seorang pengikut kepada tuannya mendorong seseorang untuk melakukan seppuku. Seppuku yang dilakukan Shirai, seorang pengikut Shimizu Munehara, misalnya. Saat itu pasukan yang berada dibawah pimpinan Shimizu Munehara berhasil ditundukkan oleh pasukan Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi menawarkan pembebasan bagi pasukan Shimizu dengan syarat ia melakukan seppuku sebagai tanda dari kemenangannya. Mendengar tuntutan itu Shirai secara diam-diam meminta tuannya untuk datang kekamarnya. Ketika didatangi, Shirai ternyata sedang melakukan seppuku sambil mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang sulit. Pada masa ini seppuku yang dilakukan kaum samurai memiliki beberapa motivasi, namun umumnya motivasi-motivasi itu menunjukkan kesetian seorang samurai kepada tuan atau klannya. Sehingga sering kali jika seorang tuan mengalami kekalahan dimedan perang atau tewas, maka pengikutnya akan melakukan seppuku sebagai tanda kesetiaan terhadap tuannya yang tewas. 37

4. Seppuku di Era Tokugawa

37 mengenai motivasi-motivasi seppuku akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya. Pada masa ini seluruh Jepang berhasil dipersatukan oleh Ieyasu Tokugawa. Hal ini menandakan berdirinya dinasti klan Tokugawa yang memerintah Jepang selama lebih dari 260 tahun. Pada masa ini sistem kepemilikan tanah mengalami penyempurnaan. Hanya mereka yang memiliki tanah seluas 10.000 haku yang dapat disebut daimyo. Dengan adanya sistem seperti itu secara tidak langsung menumbuhkan kesadaran kelompok di berbagai klan daimyo tentang hubungan antara kerai bawahansamurai pengikut dengan shukun atasandaimyo bahwa seorang bawahan haruslah menunjukkan kesetiaannya. Kesetiaan inilah yang ditunjukkan salah satunya melalui seppuku . Pada masa ini bushido menjadi semangat yang begitu dipegang erat oleh kaum samurai sehingga dengan kesadaran sendiri, seorang samurai akan melakukan seppuku untuk menghindari aib pada dirinya maupun klannya. Pada masa Tokugawa, seppuku sebenarnya sempat dilarang secara institusional. Melakukan seppuku karena ingin mengikuti majikannya yang mati, menurut Ieyasu Tokugawa adalah perbuatan bodoh. Pemerintah juga menyebarkan aturan mengenai hal ini dan mengancam mereka yang tetap melakukannya untuk dihukum dengan cara menghukum keluarga pelaku seppuku . Namun karena adat kesetiaan dikalangan samurai sudah mengakar maka praktek seppuku tetaplah dilakukan dikalangan samurai, bahkan jika seorang anggota keluarga melakukan seppuku dan keluarga lainnya mendapatkan hukuman dari pemerintah, maka anggota keluarga itu pun memilih hukuman seppuku bagi diri mereka. Meskipun dilarang secara institusi pemerintahan, seppuku sebenarnya tidak hilang dari Jepang. Pemerintahan bakufu menjadikan seppuku sebagai salah satu hukuman bagi kaum samurai. Hukum ini berbeda dengan yang diperuntukkan kepada rakyat biasa yang biasanya berupa hukum gantung atau pancung. Jadi yang dilarang adalah seppuku yang dilakukan seseorang karena keinginan pribadi untuk mengikuti kematian tuannya, sementara seppuku sebagai bentuk hukuman justru dijadikan sebagai hukuman resmi negara. Ini berbeda dengan era-era sebelumnya dimana seppuku hanya merupakan kesadaran pribadi untuk menjaga nama baik diri dan klannya. Pada masa ini jugalah seppuku mengalami penyempurnaan bentuk. Pelaku seppuku didampingi seorang kaishakunin yang bertugas untuk memenggal kepalanya dan mempercepat kematian pelaku seppuku. Begitu juga dengan pelaksanaan seppuku. Pada era ini, pelaksanaan seppuku dilakukan melalui sebuah upacara yang baku yang harus dilalui oleh terhukum.

5. Seppuku Era Restorasi Meiji-Sekarang