Pendahuluan, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan Sejarah singkat Jepang. Bab III. Seppuku dalam masyarakat Jepang, meliputi pengertian Nilai-nilai agama pada upacara seppuku, meliputi pandangan Penutup, berupa kesimpulan dari ra

Untuk memahami makna yang terkandung dari instrumen-instrumen seppuku , saya menggunakan pendekatan fenomenologi-simbolik yang dianggap baik untuk mengungkap keterkaitan agama pada seppuku yang banyak diwakili dan diperlihatkan oleh simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol yang muncul dalam pelaksanaan seppuku dicari pemaknaannya pada agama dan kepercayaan yang berkembang di Jepang. Untuk itu dilakukanlah penelusuran literatur yang menjelaskan makna dari simbol yang muncul tersebut. Oleh sebab itu, studi ini juga menggunakan semiotika 16 dalam prakteknya.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu :

Bab I. Pendahuluan, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penulisan, kajian konsep dan teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Sejarah singkat Jepang. Bab III. Seppuku dalam masyarakat Jepang, meliputi pengertian

seppuku , sejarah seppuku, jenis dan makna seppuku, pola dan teknik seppuku, tata cara dan formalitas pelaksanaan seppuku.

Bab IV. Nilai-nilai agama pada upacara seppuku, meliputi pandangan

agama terhadap perilaku bunuh diri serta nilai Shinto, Buddhisme Zen dan Konfusianisme serta Tao yang terdapat disekitar seppuku dan makna dari instrumen upacaranya. 16 Semiotika, berasal dari kata semeion yun yang berarti tanda, adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda seperti sitem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda. Lihat Aart Van Zoes, Semiotika:TentangTanda, Cara Kerjanya Dan Apa Yang Kita Lakukan Dengannya, Jakarta : Yayasan Sumber Agung, 1993, hal. 1.

Bab V. Penutup, berupa kesimpulan dari rangkaian penelitian. Kemudian

sebagai akhir dari keseluruhan penelitian ini dicantumkan daftar kepustakaan yang digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini.

Bab II Sejarah singkat Jepang

Jepang, negara kepulauan yang terletak disebelah timur jazirah Asia dan sebelah barat samudera Pasifik. Terletak diantara 24 o LU – 46 o LU dan 128 o BT – 146 o BT. Terdiri dari empat pulau besar yaitu : Hokkaido, Honshu, Shikoku dan Kyushu, dan sekitar 3000 pulau kecil lainnya. Nama aslinya adalah Nippon-koku yang secara harfiah berarti negeri matahari, sementara itu nama Nihon-koku sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. 17 Jepang memiliki catatan sejarah yang panjang. Penggalian arkeologi mengantarkan kita ke abad 1300 SM - 300 SM. Kurun waktu ini biasa disebut era Jomon. Pada masa ini penduduk Jepang dikenal sebagai pemburu, penangkap ikan, pengumpul makanan food gatherer dan bersifat nomaden. Kurun waktu selanjutnya adalah sejak 300 SM – 300 M yang disebut juga era Yayoi. Pada masa ini mulai dikenal teknologi logam yang diimpor dari Korea. Pada masa ini jugalah kebudayaan menanam padi mulai diketahui. Kebudayaan agraris seperti ini mendorong pembentukan kelas di masyarakat dan penyatuan masyarakat pertama kali dibawah kekuasaan seorang tuan tanah. Pengembara Cina pada masa dinasti Han dan Wei menyebutkan keberadan seorang ratu Himiko yang berkuasa di Jepang saat itu. 18 17 Nipon-koku adalah cara pengucapan kanji dari cina, disebut on dan digunakan dalam kesempatan resmi seperti pidato kenegaraan dan dokumen-dokumen resmi. Sedangkan Nihon- koku adalah cara pengucapan kun yang biasa dipergunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari. 18 Laporan dari Cina ini sebenarnya menyebutkan bahwa pada pertengahan abad ketiga, di Jepang tidak ada sebuah negara tunggal namun ada banyak komunitas-komunitas kecil. Salah satunya diperintah oleh seorang ratu Himiko Pimiko. Ratu digambarkan sebagai dukun wanita. Jadi kekuasaannya bersifat penggabungan antara kekuasaan religi dan politik. Lihat R. H. P. Mason J. G. Caiger, A History of Japan, Tokya : Charles E. Tuttle Company, 1972, p. 10. Masa selanjutnya era Kofun 300 M – 538 M. Penamaan ini diambil dari komplek pemakaman kofun pemimpin politik saat itu. Pada masa ini pusat kekuasaan mulai terbentuk di daerah dataran Kinai. Pada 400 M terbentuklah persatuan di Jepang dibawah Yamato kini masuk prefektur Nara. Persatuan ini terbentang dari Kyushu hingga dataran Kinai, namun tidak termasuk Kanto, Tohoku dan Hokaido. 19 Pada periode Yamato, Kaisar menempati perannya sebagai pemimpin politik sekaligus pemimpin spiritual. 20 Tahun 552 sebuah kerajaan kecil di Korea memperkenalkan Buddha kepada Kaisar secara diplomatis. Penasihat Kaisar, yang terdiri dari beberapa bangsawan, berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian dari mereka menolak kedatangan agama baru tersebut namun yang lain, seperti klan Soga, justru menerimanya. Kaisar akhirnya melakukan kompromi dengan mengizinkan klan Soga memeluk Buddha namun ia tetap pada keyakinan awalnya. Tidak lama setelah itu terjadilah wabah penyakit yang menyebabkan kematian orang banyak. Kejadian ini dipercaya sebagai akibat dari kedatangan agama baru tersebut. Hal ini menyebabkan konflik diantara masyarakat yang berakhir dengan kemenangan klan Soga dan para pengikut Buddha. Sejak itu kepemimpinan politik dikuasai oleh klan Soga meskipun Kaisar tetap berperan sebagai simbol pemersatu dan pemimpin spiritual. Peristiwa ini menandai dimulainya penyebaran Buddhisme di Jepang. 21 19 Lihat ”History of Japan” http:www.japan-guide.comee2124.html, artikel diakses pada tanggal 9 Februari 2008. 20 Lama sebelum itu telah berkembang kepercayaan terhadap roh-roh atau kekuatan yang menempati sebuah benda atau apa saja kenampakan di alam. Kekuatan ini disebut kami. Kepercayaan inilah yang kemudian dikenal sebagai Shinto. 21 R. H. P. Mason J. G. Caiger, A History of Japan, 21-22. Pada era ini dimulailah impor kebudayaan dari Cina daratan dan Korea ke Jepang. Hal ini dikarenakan kebijakan penguasa saat itu yang memerintahkan untuk mencontoh kebudayaan China demi kemajuan Jepang sendiri. Mulai dari sistem pemerintahan, bangunan, hingga Budhisme, etika Konfusian dan Taoisme mulai masuk ke Jepang, termasuk sistem penulisan. Setelah klan Soga jatuh, kepemimpinan politik kemudian dipegang oleh kalangan bangsawan dari klan Fujiwara hingga masa pemerintahan Nara dan berhasil bertahan hingga abad 11. Salah satu kebijakan dari pemerintah Fujiwara adalah pengadopsian sistem kepemilikan tanah dari China yaitu sistem Taika. Seluruh tanah saat itu dibeli oleh negara dan kemudian dibagikan secara rata kepada rakyat. Rakyat kemudian diwajibkan untuk membayar pajak dari kepemilikan tanahnya tersebut. Periode berikutnya adalah periode Nara 710-794. Berbeda dengan masa- masa sebelumnya dimana pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah, pada 710 M dibangunlah ibu kota permanen dan pusat pemerintahan di Nara. Kuil kuil Buddha juga banyak dibangun didalamnya. Pembangunan Nara sebagai sebuah kota meniru dari ibu kota dinasti Tang yang memerintah Cina daratan. Masa ini ditandai dengan semakin gencarnya impor kebudayaan dari Cina ke Jepang. Pada masa kaisar Kammu ibukota dipindahkan ke Heian 794 -1185 - nama kuno dari Kyoto yang berarti kota damai dan tentram- hal ini dilakukan karena kuil-kuil Buddha yang banyak dibangun di Nara semakin lama memiliki pengaruh yang luas di masyarakat. Maka untuk tetap menjaga posisi kaisar dan pemerintah, ibu kota dipindahkan. Pada masa inilah Jepang memasuki masa keemasannya. Kebudayaan nasional Jepang juga terbentuk pada masa ini. Segala hal yang telah diimpor dari China kemudian di Jepang-kan dan inilah yang menjadi ciri dari periode ini. Aksara China di Jepang-kan sehingga menjadi Kanji Jepang yang kita kenal sekarang. Bangunan kuil yang meniru kuil dari China dibuat dengan tetap menampilkan ciri Jepang yang kuat. Buddhisme dan Konfusianisme juga tidak luput dari proses adaptasi ini. Maka tidak heran jika Buddhisme, Konfusianisme dan kepercayaan lokal terhadap kami, yang kemudian disebut Shinto, berjalin kelindan sehingga sulit untuk dipilah lagi. D. T. Suzuki ketika mengomentari keterkaitan ini mengatakan bahwa seorang pendeta Zen dapat menjadi seorang pengembang Konfusian tanpa harus kehilangan status ke-Buddhis-annya. Lebih jauh ia bahkan menyebutkan bahwa seorang pengikut Buddhisme Zen itu sewaktu-waktu dapat menjadi seorang Konfusian dan sewaktu-waktu dapat menjadi Taois dan disaat yang sama ia juga menjadi seorang pengikut Shinto. 22 Sistem Taika yang diterapkan sejak awal pemerintahan Fujiwara mulai membawa masalah. Pemerintah menerapkan pajak tanah yang tinggi dari rakyat sementara kalangan bangsawan dan kuil tidak dikenai pajak sama sekali. Hal ini membuat petani-petani kecil memilih untuk menjual tanahnya dan memilih untuk bekerja menjadi petani bayaran pada tuan tanah. Kebijakan ini berdampak pada meningkatnya kemiskinan dan tumbuhnya feodalisme karena menggeser struktur sosial dan politik Jepang saat itu dari pemerintahan terpusat menjadi sistem tuan tanah yang independen. Secara sosial timbul hubungan yang kuat antara tuan tanah dengan para pekerja dan pengikutnya. Para pengikut menggantungkan kelangsungan hidupnya 22 D. T. Suzuki, Zen and the Culture of Japan, New York : Pantheon Books, 1959, p. 255. kepada tuan tanah tempatnya mengabdi. Sementara tuan tanah membutuhkan pengikut untuk mempertahankan posisi dan kekayaannya. Hubungan yang kuat ini lah yang melahirkan kesetiaan yang dijunjung tinggi dalam sebuah keluarga atau klan. Hubungan ini juga yang melahirkan kelas samurai, militer pengikut tuan tanah. Kepemimpinan klan Fujiwara berakhir 1068 ketika kaisar yang baru saat itu Go-Sanjo tak dapat dikontrol oleh klan Fujiwara dan memilih untuk menggunakan aturannya sendiri. Ketika ia turun takhta, Go-Sanjo tetap mempengaruhi pemerintahan dan politik dari belakang layar. Pemerintahan itu disebut dengan pemerintahan Insei dan bertahan hingga 1156 ketika Taira Kiyomori dari klan Taira memimpin Jepang. Abad ke-12 Jepang ditandai dengan pertentangan dua klan besar Minamoto Genji dan Taira Heike. Keduanya terlibat pertempuran Hogen 1156 dan Heiji 1160 yang berhasil dimenangkan klan Taira. Ketika menjadi penguasa Jepang, Taira Kiyomori tetap memberikan kehormatan bagi bangsawan Fujiwara untuk menduduki pos-pos penting. Namun setelah Taira Kiyomori wafat kembali terjadi perebutan kekuasaan dan klan Minamoto berhasil memenangkan pertempuran tersebut. Pertempuran tersebut dikenal dengan Perang Gempei. Cerita Heike Monogatari Cerita rumah Taira 23 disusun untuk mengenang kebangkitan dan kejatuhan klan ini. Kemenangan klan Minamoto Yoritomo menandakan era baru dalam sejarah Jepang yaitu periode Kamakura. Setelah berhasil memenangkan perang 23 Ditulis pada tahun 1371 M. Heike Monogatari berisi kisah tentang pertarungan antara klan Minamoto dan Taira dalam menguasai Jepang di akhir abad ke 12. Gambaran tentang samurai dalam karya ini menjadi rujukan bagi para samurai dikemudian hari bagaimana menjadi samurai yang sesungguhnya. Gempei, Minamoto Yoritomo menghabisi segala sesuatu yang berpotensi untuk menjadi musuhnya dikemudian hari termasuk keluarga-keluarga terdekatnya sendiri dan memindahkan kontrol pemerintahan ke kota basis pertahanannya, Kamakura. 1192 Minamoto mengangkat dirinya menjadi shogun, perwira militer tertinggi. Oleh karena itulah pemerintahannya disebut pemerintahan bakufu militer. Sepeninggal Yoritomo tahun 1199, jabatan shogun dipegang oleh putranya. Pada tahun 1221 kembali terjadi perebutan kekuasaan antara klan Minamoto dan kekaisaran. Peristiwa yang dikenal perang Shokyu tersebut berhasil dimenangkan oleh tentara kekaisaran. Kekaisaran kemudian menunjuk klan Hojo sebagai pengawas di Kamakura. Sebagai pihak yang memenangkan perang, klan Hojo mendapatkan hak untuk menguasai tanah-tanah yang berhasil direbut pada saat perang Shokyu tersebut. Namun tanah yang didapat dari perang Shokyu tersebut dibagikan kembali oleh klan Hojo kepada masyarakat sehingga mereka mendapatkan kesetiaan dari berbagai kekuatan diseluruh penjuru negeri. Oleh sebab itu kekaisaran dan pemerintahan di Kyoto kembali kehilangan efektivitas kekuasaannya. Pada periode Kamakura ini muncul sekte Zen 1191 di Jepang yang banyak diikuti kelas samurai. Tahun 1253 muncul sekte Buddha Nichiren yang ajarannya dilandasi Lotus Sutra. 24 Tahun 1232 dikeluarkan Joei Shikimoku, undang-undang yang menekankan nilai-nilai Konfusian seperti pentingnya kesetian untuk menekan tingkat degradasi moral dan disiplin. 24 Dikenal di Indonesia dengan nama Saddharma Pundarika Sutra Sanskrit: सध्मपु्डरीकसूर . Di Jepang disebut dengan Myōhō Renge Kyō, salah satu kitab Buddha Mahayana yang popular dan berpengaruh. Tahun 1333 pemerintahan klan Hojo berakhir setelah pemerintah gagal memberikan penghargaan bagi para tentara yang ikut dalam perang melawan invasi Mongol tahun 1274. Perekonomian yang terpuruk karena perang membuat kaisar saat itu, Go-Daigo, menurunkan pemerintahan klan Hojo dan menunjuk Ashikaga Takauji pada tahun 1338 sebagai shogun. Sejak saat itu usaha penyatuan Jepang dilakukan oleh banyak tuan tanah daimyo . Beberapa yang terkenal misalnya Oda Nobunaga, daimyo wilayah Owari kini masuk prefektur Nagoya. Usahanya dilakukan dengan mengalahkan daimyo-daimyo lain yang memiliki keingingan serupa. Keinginannya tercapai ketika ia berhasil menguasai Kyoto pada 1568. Setelah berhasil menguasai Kyoto ia juga menyingkirkan musuh- musuhnya yang lain termasuk sekte Buddha Ikko sekte tanah suci yang militan. Nobunaga juga menghancurkan kuil Enryakuji dekat Kyoto dan terus memerangi sekte ini hingga 1580. Setelah Nobunaga wafat, usaha penyatuan Jepang juga dilakukan oleh Toyotomi Hideyoshi, panglima perang Nobunaga yang bahkan sampai menyerang Korea dan China meski gagal. Namun penyatuan seluruh wilayah Jepang baru berhasil dilakukan oleh klan Tokugawa yang dipimpin Ieyasu Tokugawa pada tahun 1603 yang menandai dimulainya periode Edo atau Tokugawa. 25 Pada periode ini keadaan Jepang cenderung stabil dibandingkan periode sebelumnya yang dikenal sebagai masa perang saudara. Pemerintahan Tokugawa berhasil bertahan hingga 1867 dan berakhir karena adanya Restorasi Meiji. 25 Disebut periode Edo karena pusat pemerintahan dipindahkan ke Edo, sekarang Tokyo. Pemerintah menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat berdasarkan pekerjaan dan posisi seseorang dalam masyarakat. Pada masa ini pemerintah melakukan pengawasan yang ketat kepada masyarakat bawah maupun masyarakat kelas atas. Masyarakat kelas bawah adalah mereka yang berprofesi sebagai petani, tukang dan pedagang kecil, sedangkan para tuan tanah atau daimyo beserta para samurai kelas atas termasuk golongan masyarakat kelas atas. 26 Untuk mencegah pemberontakan, pemerintah mewajibkan setiap daimyo untuk tinggal di Edo beberapa bulan pada setiap tahunnya. Hal ini dilakukan guna mencegah konsolidasi kekuatan jika daimyo dibiarkan berada dekat pengikutnya di daerahnya masing-masing. Kebijakan ini disebut dengan sankin kotai. Selain memberikan hak kirisute gomen 27 bagi samurai pemerintah juga mengeluarkan Buke Shohatto 28 bagi para daimyo. Pada masa ini, selain mempelajari bela diri, para samurai semakin dalam mempelajari Zen, Konfusian, bahkan seni. Tahun 1867 menandakan dimulainya Restorasi Meiji. Kaisar memindahkan ibu kota dari Kyoto ke Tokyo dan memindahkan kekuasaan dari klan Tokugawa kepada sekelompok kecil samurai terkemuka dan bangsawan. Tujuan dari Restorasi Meiji sendiri adalah untuk mengangkat derajat Jepang agar setara dengan negara-negara Eropa dan Amerika. Oleh sebab itu kelompok kecil 26 Pada masa ini pemerintah membagi masyarakat Jepang menjadi empat golongan yaitu Bushi , militer ; Nomin, petani ; Kosakunin, tukang ; dan Shonin, pedagang. Pada masa itu kelas Bushi memegang peranan penting dalam negara karena pemerintahan dipimpin oleh seorang Shogun sementara Tenno atau kaisar hanya mengurusi masalah keagamaan dan budaya. 27 Kirisute gomen adalah hak memenggal kepala yang diberikan bagi seorang samurai untuk menggunakan pedangnya jika seseorang dinilai tidak sopan terhadap kelas samurai maupun pemerintah dan dilakukan spontan tanpa pengadilan terlebih dahulu 28 Buke Shohatto adalah 13 aturan yang dikeluarkan oleh tim bentukan Ieyasu Tokugawa bagi para daimyo. Tim ini diketuai oleh seorang pendeta Buddhisme Zen, Suden, dan seorang sarjana Konfusian, Hayashi Razan, pada tahun 1615. Lihat lampiran. Kodansha Encyclopedia, “Buke Shohatto”, Tokyo : Kodansha Int. ltd., 1983, p. 206-207. ini membawa Jepang menjadi negara demokrasi mengakui kesamaan hak setiap warga negaranya. Pembagian kelas masyarakat yang ada sejak periode Tokugawa dihapus dan tentu saja kelas samurai kehilangan hak-hak istimewanya. Pemerintah juga memberikan kebebasan beragama pada tahun 1873 dengan Shinto sebagai agama resmi dan pergantian sistem pendidikan mengikuti sistem Prancis dan Jerman Periode ini membawa awal baru bagi Jepang. Kemajuan diberbagai bidang khususnya industri membawa Jepang memiliki keinginan untuk menjadi negara berpengaruh dan berkuasa di Asia. Ajaran Shinto Hakko Ichi-u 29 mendorong Jepang untuk mulai melebarkan kekuasaannya dengan menyerang negara lain seperti Korea dan China 1894-1895. Jepang juga terlibat perang dengan Russia pada tahun 1904-1905 dan berhasil dimenangkan Jepang. Kekuatan militer Jepang yang dibangun pada masa itu diakui kekuatannya dan berhasil menguasai Asia Pasifik hingga tahun 1945. Kaisar Meiji sendiri wafat pada tahun 1912. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia ke II membawa dampak besar bagi Jepang. Melalui perjanjian San Fransisco Jepang dipaksa untuk tunduk pada pemerintah sekutu pimpinan AS. Konstitusi Jepang dirubah dengan memisahkan agama dengan negara karena ajaran Hakko Ichi-u dianggap memicu Perang Asia Timur Raya. Pemerintahannya pun berada dibawah pengawasan sekutu. Perang Asia Timur Raya ditutup dengan keluarnya Jepang sebagai pihak yang kalah dan menjadikan bangsa Jepang menjadi sangat malu terutama kalangan keturunan samurai yang banyak terlibat aktif di kemiliteran Jepang. 29 Berarti menyatukan delapan penjuru dunia dibawah satu atap. Merupakan ajaran yang dibawa kaisar pertama yang berarti membawa kedamaian dan mendirikan negara yang ideal. Sokyo Ono, Shinto The Kami Way, Tokyo : Charles E. Tuttle Comp, 1999, p. 81.

Bab III Temuan-Temuan Penelitian