Pola dan Teknik Seppuku

“Saya, dan saya sendirilah, yang memberi perintah yang tidak bertanggung jawab untuk menyerang orang-orang asing di Kôbé, terus menerus hingga mereka keluar dari sana. Atas kejahatan ini saya akan membelah perut saya sendiri, dan saya mohon kepada semua hadirin untuk menjadi saksi yang terhormat bagi saya untuk melakukan ini.” d. Munen-bara Dikenal juga sebagai Funshi, seppuku yang dilakukan karena kemarahan. e. Jigai : Seppuku yang dilakukan oleh wanita. Biasa dilakukan karena tidak mampu menahan aib atau untuk menunjukkan kesetiaan kepada orang yang dicintainya.

D. Pola dan Teknik Seppuku

Dilihat dari cara pelaksanaan, seppuku dapat dibedakan menjadi dua pola, Genkei dan Teikei. Genkei adalah model seppuku yang asli. Seppuku Genkei dilakukan dengan cara merobek dinding perut kemudian mengeluarkan isi perut yang bertujuan untuk menunjukkan pengorbanan kepada dewa. Cara ini kemudian dianggap kurang efektif karena pelaku seppuku tidak langsung menemui ajal. Pelaku seppuku akan sekarat terlebih dahulu dan tersiksa terkadang hingga esok hari sebelum akhirnya menemui ajal. Atas dasar inilah seppuku kemudian disempurnakan. Cara seppuku yang disempurnakan itulah yang disebut dengan Seppuku Teikei. Pada Seppuku Teikei diadakanlah seorang kaishakunin 41 baca : kee-sha- kunin yang bertugas untuk memenggal kepala pelaku seppuku. Tujuannya adalah 41 Secara harfiah berarti menghadiri, menjaga atau melayani. Sesuai dengan namanya, Kaishakunin bertugas untuk memenggal kepala pelaku seppuku. Tujuannya adalah untuk membantu mengurangi penderitaan yang dialami pelaku seppuku. Lihat Jack Seward, Hara-Kiri, p. 46. untuk membantu mengurangi penderitaan yang dialami pelaku seppuku. Peran ini resmi diadakan pada era Tokugawa oleh Shogun Tokugawa Ietsuna. Alasan diadakannya kaishakunin adalah untuk tidak membiarkan pelaku seppuku menderita lebih lama. Selain itu juga untuk mencegah ditangkap musuh dalam keadaan sekarat setelah melakukan seppuku. Dalam perang, para samurai menganggap mati lebih baik dibandingkan harus ditangkap oleh musuh oleh sebab itu kehadiran kaishakunin sangatlah penting untuk mempercepat kematian. Kehadiran kaishakunin juga diperlukan dalam upacara seppuku sebagai hukuman. Hal ini disebabkan upacara seppuku sering hanya dijadikan simbol sebuah kebesaran dan keagungan sementara si terhukum belum tentu benar-benar merobekkan perutnya. Ini terjadi karena terhuum melakukan perbuatan yang tercela menurut tradisi bushido semisal lari dari tugas sehingga ia seharusnya tidak mendapat kehormatan untuk melakukan seppuku namun statusnya sebagai seorang samurai menuntutnya untuk melakukan seppuku. Pada kasus seperti ini kaishakunin akan langsung memenggal kepala terhukum sesaat si terhukum menusukkan pisau ke perutnya. Dalam beberapa kasus lainnya kaishakunin bahkan langsung memenggal kepala terhukum ketika ia baru saja mengambil tanto dan bersiap melakukan seppuku. Pelaksanaan seppuku Genkei memiliki pola potongan yang lebih panjang karena pelaku seppuku biasanya mengeluarkan isi perutnya sebagai persembahan. Namun dalam seppuku Teikei potongan perut menjadi lebih pendek karena pelaku seppuku dibantu kaishakunin untuk menemui ajalnya. Sementara itu ada beberapa teknik perobekan perut yang dikenal untuk melakukan seppuku. Pertama teknik Ichimonji atau teknik memotong perut dengan satu kali potong. Teknik ini juga memiliki beberapa variasi yaitu vertikal, horizontal atau diagonal. Dalam melakukan teknik ini, pisau ditusukkan diperut sebelah kiri bisa dibawah atau diatas pusar lalu secara perlahan pisau ditarik ke kanan hingga merobek perut. Untuk model vertikal pisau ditusukkan dari bawah tulang dada dan kemudian ditarik kebawah hingga pusar atau melewatinya. Sedangkan untuk model diagonal, pisau ditusukkan dari bawah tulang rusuk sebelah kiri atau kanan dan ditarik secara diagonal kebawah pusar. Kedua adalah teknik Ichimonji Rigi-Rigi. Teknik ini memiliki model vertikal dan horizontal. Tekniknya pun hampir sama dengan teknik Ichimonji namun proses pemotongannya membentuk gerigi seperti mata gergaji. Ketiga teknik Jumonji yaitu teknik seppuku yang dilakukan dengan dua kali pemotongan membentuk salib. Teknik ini merupakan penggabungan antara teknik Ichimonji vertikal dan horizontal.

E. Tata Cara dan Formalitas Pelaksanaan Seppuku