2. Seppuku di Era Pertengahan
Perkembangan selanjutnya terjadi pada periode Heian yang merupakan era penting dalam sejarah Jepang. Pada masa inilah
kebudayaan nasional Jepang terbentuk. Pada masa ini pula seppuku mulai berubah ke bentuk yang kita kenal sekarang. Suatu bentuk bunuh diri
dengan merobek perut manusia. Pada masa ini Jepang ada dibawah kekuasaan kaum bangsawan,
namun kekuasaan yang dipegang oleh kaum bangsawan sering tidak berpihak kepada rakyat. Kebijakan-kebijakannya pun menambah
penderitaan rakyat. Pada masa itulah mulai terjadi pemberontakan- pemberontakan yang dilakukan beberapa kalangan. Kalangan inilah yang
dikemudian hari disebut sebagai kaum samurai. Pada masa ini seppuku mulai dilakukan dengan cara merobek perut
sendiri namun pelaku seppuku biasanya tidak langsung menemui ajalnya sehingga mereka mengalami kepedihan dan kesakitan yang luar biasa.
Untuk mempercepat kematian, setelah merobek perut, biasanya para pelaku seppuku memotong urat nadi mereka sendiri baik itu yang
dipergelangan tangan, punggung, atau leher. Kisah Minamoto no Tametomo dalam Hogen Monogatari kisah
tentang Perang Sipil Hogen pada tahun 1156 merupakan salah satu
seppuku yang terjadi pada periode ini. Minamoto no Tametomo melakukan
seppuku setelah ia merasa sudah dekat dengan kekalahan dalam sebuah
perang. Ia kemudian merobek perutnya. Namun karena belum juga
menemui ajal maka ia segera memotong pusat saraf yang ada dibagian atas punggungnya dan menemui ajal.
Ditangkap dan ditawan musuh merupakan suatu hal yang sangat buruk sekali dalam pandangan kaum samurai oleh sebab itu mempercepat
kematian dianggap lebih baik. Pada pertempuran Awazu tahun 1184 Imai Kanehira yang terlanjur tertangkap musuh bahkan rela menjatuhkan diri,
dengan posisi kepala lebih dulu, dari kuda dengan pedang berada dalam mulutnya.
36
Meskipun belum sempurna, namun praktek seppuku pada masa ini sudah mulai membentuk pola yang dikenal hingga sekarang. Bentuk
seppuku pada masa inilah yang kemudian disebut dengan pola seppuku
Genkei atau pola seppuku asli.
3. Seppuku Era Perang Saudara