Seppuku Era Perang Saudara

menemui ajal maka ia segera memotong pusat saraf yang ada dibagian atas punggungnya dan menemui ajal. Ditangkap dan ditawan musuh merupakan suatu hal yang sangat buruk sekali dalam pandangan kaum samurai oleh sebab itu mempercepat kematian dianggap lebih baik. Pada pertempuran Awazu tahun 1184 Imai Kanehira yang terlanjur tertangkap musuh bahkan rela menjatuhkan diri, dengan posisi kepala lebih dulu, dari kuda dengan pedang berada dalam mulutnya. 36 Meskipun belum sempurna, namun praktek seppuku pada masa ini sudah mulai membentuk pola yang dikenal hingga sekarang. Bentuk seppuku pada masa inilah yang kemudian disebut dengan pola seppuku Genkei atau pola seppuku asli.

3. Seppuku Era Perang Saudara

Jaman perang saudara adalah kelanjutan dari Era Heian. Kaum samurai yang muncul pada akhir Era Heian semakin lama semakin kuat kedudukannya. Kaum bangsawan semakin lama semakin dibatasi kekuasaannya. Kaisar dibatasi hanya mengurusi masalah kebudayaan. Samurai-samurai yang memiliki tanah luas kemudian menjadi myoshu tuan tanah dan memiliki pengikut. Pada zaman perang saudara inilah para myoshu berperang untuk menjadi penguasa Jepang. Dalam konteks perang ini, myoshu kemudian menjalin hubungan yang erat dengan setiap pengikutnya dengan cara memberikan kesejahteraan hidup bagi pengikut beserta semua keluarganya. Dari sinilah 36 Stephen Turnbull, Samurai : The World of the Warior, Great Britain : Osprey Publishing, 2003, p. 75. muncul benih-benih loyalitas di kalangan samurai. Majikan menjadi segalanya, karena tanpa majikan seorang samurai dan keluarganya akan kehilangan seseorang yang memberikan kesejahteraan. Pada masa ini lahir semangat keksatriaan Jepang, bushido. Kondisi sosial semacam ini ikut melatarbelakangi dilakukannya seppuku . Kesetiaan yang besar dari seorang pengikut kepada tuannya mendorong seseorang untuk melakukan seppuku. Seppuku yang dilakukan Shirai, seorang pengikut Shimizu Munehara, misalnya. Saat itu pasukan yang berada dibawah pimpinan Shimizu Munehara berhasil ditundukkan oleh pasukan Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi menawarkan pembebasan bagi pasukan Shimizu dengan syarat ia melakukan seppuku sebagai tanda dari kemenangannya. Mendengar tuntutan itu Shirai secara diam-diam meminta tuannya untuk datang kekamarnya. Ketika didatangi, Shirai ternyata sedang melakukan seppuku sambil mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang sulit. Pada masa ini seppuku yang dilakukan kaum samurai memiliki beberapa motivasi, namun umumnya motivasi-motivasi itu menunjukkan kesetian seorang samurai kepada tuan atau klannya. Sehingga sering kali jika seorang tuan mengalami kekalahan dimedan perang atau tewas, maka pengikutnya akan melakukan seppuku sebagai tanda kesetiaan terhadap tuannya yang tewas. 37

4. Seppuku di Era Tokugawa