Pola Asuh Pengaruh Pelayanan Sosial Terhadap Perilaku Anak Asuh Di Panti Asuhan Bait Allah Medan

Bentuk pelayanan dan usaha kesejahteraan sosial dapat dilihat dalam pelayanan sosial di Panti Asuhan. Dimana pelayanan yang diberikan pada anak asuh ditujukan agar mereka dapat melakukan segala aktivitasnya sebagaimana yang dilakukan oleh anak-anak lain yang tinggal bersama keluarga, khususnya orangtua mereka. Intervensi atau pelayanan sosial dalam Panti Asuhan juga ditujukan untuk membantu anak-anak terlantar agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Jika kebutuhannya terpenuhi maka mereka akan dapat melakukan fungsi sosialnya dalam hidup bermasyarakat, yaitu wujud perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diharapkan, baik dalam Panti Asuhan maupun dalam masyarakat luar setelah mereka keluar nantinya.

II.5 Pola Asuh

Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, baik dari segi positif maupun negatif. Menurut Baumrind 1967, terdapat 4 macam pola asuh, yaitu:

1. Pola asuh Demokratis

Dimana pola asuh ini memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh seperti ini merupakan tipe yang bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua dengan tipe ini juga akan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Universitas Sumatera Utara Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain.

2. Pola asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan, maka orang tua dengan tipe seperti ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasinya bersifat satu arah. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, suka menentang atau melawan, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan cenderung menarik diri.

3. Pola asuh Permisif

Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Pola asuh seperti ini akan menghasilkan karakteristik anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, dan kurang matang secara sosial. Universitas Sumatera Utara

4. Pola asuh Penelantar

Tipe seperti ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga kadang kala biaya pun dihemat untuk keperluan anak mereka. Pola asuh ini menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem harga diri yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman. Dari berbagai penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pola asuh yang diterapkan atau pola asuh yang diberikan kepada anak-anak asuh adalah pola asuh yang bersifat otoriter. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku atau sikap yang ditunjukkan oleh pekerja sosial yang ada di Panti dalam memerintah anak asuh. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pekerja sosial tidak terlihat seperti sikap-sikap pekerja sosial yang sebenarnya, tidak jarang terlihat anak-anak dipukul baik menggunakan tangan ataupun dengan benda lain. Bahkan sering juga terdengar kata- kata yang tidak layak dikatakan kepada anak http:www.pewarta- kabarindonesia.blogspot.com diakses tanggal 12042009 pukul 16.00.

II.6 Perilaku Anak