4. Pola asuh Penelantar
Tipe seperti ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka,
seperti bekerja dan juga kadang kala biaya pun dihemat untuk keperluan anak mereka.
Pola asuh ini menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem harga diri
yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman. Dari berbagai penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pola asuh yang
diterapkan atau pola asuh yang diberikan kepada anak-anak asuh adalah pola asuh yang bersifat otoriter. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku atau sikap yang
ditunjukkan oleh pekerja sosial yang ada di Panti dalam memerintah anak asuh. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pekerja sosial tidak terlihat seperti
sikap-sikap pekerja sosial yang sebenarnya, tidak jarang terlihat anak-anak dipukul baik menggunakan tangan ataupun dengan benda lain. Bahkan sering juga
terdengar kata- kata yang tidak layak dikatakan kepada anak http:www.pewarta- kabarindonesia.blogspot.com diakses tanggal 12042009 pukul 16.00.
II.6 Perilaku Anak
Perilaku adalah setiap cara, reaksi atau respon manusia, mahluk hidup terhadap lingkungannya Gunarsa, 1993:4. Perilaku diwujudkan dalam perbuatan
baik atau buruk oleh setiap manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia berada. Reaksi atau cara tersebut timbul disebabkan adanya
berbagai kepentingan dan kebutuhan hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia, baik secara umum maupun khusus dalam interaksi sosial terhadap motif dan sikap
sebagai pengertian-pengertian utama Gerungan, 1987:140. Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap anak membutuhkan orang
lain. Orang lain yang terutama bertanggung jawab adalah orangtua sendiri. Pada dasarnya anak sangat membutuhkan lingkungan keluarga, rasa aman yang
diperoleh dari orangtua. Rasa aman dalam keluarga merupakan salah satu syarat bagi kelancaran perkembangan anak Gunarsa, 1993:26.
Menurut Woodworth, pada dasarnya terdapat 4 jenis hubungan antara individu dengan lingkungan. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan,
menggunakan lingkungan, berpartisipasi dengan lingkungan, individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya Gerungan, 1987:55.
Demikian halnya dengan kondisi dari anak asuh yang berada di Panti Asuhan. Semakin bertambahnya usia mereka, pertumbuhan dan perkembangan
jiwanya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana mereka bersosialisasi dan berinteraksi. Perilaku anak tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana sikap orang-
orang yang berada di tempat tinggalnya, melainkan juga bagaimana sikap-sikap mereka dan bagaimana pula mereka berhubungan dengan orang-orang yang
berada di dalam maupun di luar lingkungan tempat tinggal mereka misalnya lingkungan sekolah, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan dan perilaku anak remaja merupakan suatu masa dimana anak dipengaruhi lingkungan yang memberikan banyak rangsangan-rangsangan dimana
anak tidak dapat menolaknya. Masa remaja adalah suatu periode yang sering dikatakan sebagai ”badai”
dan ”tekanan’ yaitu sebagai suatu masa dimana terjadi ketegangan emosi yang tinggai yang diakibatkan adanya perubahan fisik dan kelenjar. Di masa ini remaja
mengalami ketidakstabilan dari waktu-ke waktu,karena mereka ada dalam masa peralihan dan mereka berusaha menyesuaikan perilaku baru dari fase-fase
perkembangan sebelumnyaHurlock, 1993:212. Menurut Mappiare 1982, masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi
pria Asrori, 2004:9. Pada masa remaja ada 4 tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku, yaitu
tingginya emosi, minat dan peran, minat dan perilaku serta menginginkan dan menuntut kebebasan Hurlock, 1993:207.
Ketika anak mulai menginjak masa remaja ia mulai meninggalkan dunia keluarga dan mulai memasuki ruang lingkup kehidupan yang lebih luas, yaitu
dunia luar, lingkungan sosial, lingkungan pergaulan. Dalam memasuki ruang lingkup yang lebih luas anak tidak bisa dilepas begitu saja untuk menjelajahi
dunianya tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang lain Gunarsa, 1993:112.
Masa remaja merupakan masa yang rentan karena dalam masa remaja seorang anak meninggalkan masa kanak-kanak menuju tahap yang selanjutnya.
Dimana masa remaja sering disebut sebagai masa krisis, karena anak belum memiliki pegangan atau pendirian yang tetap. Kondisi dan situasi seperti ini dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan perilaku anak menjadi tidak terawasi dan melakukan hal-hal yang tidak diharapkan, misalnya kenakalan remaja.
Kenakalan atau sifat-sifat asosial pada anak remaja disebabkan adanya rasa mencari-cari atau memilih nilai-nilai yang cocok untuk dirinya, sehingga bila
terdapat nilai yang dianggap kurang sesuai selalu ditentang dengan mencoba norma-normanya sendiri Partolisastro, 1983:41.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa kenakalan pada anak remaja disebabkan karena keinginan mencari atau memilih nilai-nilai yang sesuai
bagi dirinya. Nilai-nilai tersebut bisa saja diperoleh dari lingkungan sekolah atau kelompok bermain. Seringkali anak tidak menyadari bahwa nilai tersebut tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
II.7 Kerangka Pemikiran