Lembur dan Cuti DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI :

Dan bilamana karena keadaan tertentu pekerja harus melakukan pekerjaan di luar jam kerja, maka pengusaha wajib membayar upah di luar jam kerja atau upah kerja lembur, seperti tersebut pada Pasal 78 ayat 1 dan 2, yaitu: 1. Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi batas waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 2 harus memenuhi syarat: a. ada persetujuan pekerjaburuh yang bersangkutan; dan b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 tiga jam dalam 1 satu hari dan 14 empat belas jam dalam 1 satu minggu. 2. Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib membayar upah kerja lembur. Yang mana pada Pasal 77 ayat 2 menyebutkan mengenai waktu kerja, yaitu: a. 7 tujuh jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu; atau b. 8 delapan jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu.

3. Lembur dan Cuti

Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. Oleh undang- undang ditetapkan waktu kerja tujuh jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau delapan jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk lima hari kerja dalam satu minggu. Ketentuan kerja ini dikecualikan bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu, misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, supir angkutan arak jauh, pekerjaan di kapal laut, atau penebangan hutan. Pekerja diminta sedapat mungkin menghindari untuk mempekerjakan pekerja lebih dari waktu kerja, karena pekerja perlu mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat dan memulihkan kebugarannya. Namun dalam hal-hal tertentu, apabila terdapat kebutuhan yang mendesak yang harus diselesaikan segera, sehingga pekerja harus melebihi waktu kerja, diperbolehkan. Bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja lembur, hal ini juga berarti penambahan biaya produksi, karena upah kerja lembur jelas lebih besar dari upah kerja biasa. Yang dimaksud upah kerja lembur ialah upah yang diberikan oleh pengusaha sebagai imbalan kepada pekerja karena telah melakukan pekerjaan atas permintaan pengusaha yang melebihi dari jam dan hari kerjanya yang diperjanjikan atau pada hari istirahat minggu, atau pada hari-hari besar yang telah ditentukan Pemerintah. Perusahaan yang mempekerjakan pekerja selama waktu kerja lembur, berkewajiban untuk: 1 membayar upah kerja lembur, 2 memberikan kesempatan untuk istirahat secukupnya, dan 3 memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama tiga jam atau lebih, yang tidak boleh diganti dengan uang. Cara perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan. Cara perhitungan upah kerja lembur adalah sebagai berikut: 1 Apabila upah kerja lembur dilakukan pada hari kerja, untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar satu setengah kali upah sejam, dan untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar dua kali upah sejam. 2 Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan danatau hari libur resmi untuk waktu kerja enam hari kerja 40 jam seminggu perhitungan upah kerja lembur untuk tujuh jam pertama dibayar dua kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar tiga kali upah sejam dan upah lembur kesembilan dan kesepuluh empat kali upah sejam. 3 Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah lembur lima jam pertama dibayar dua kali upah sejam, jam keenam, tiga kali upah sejam dan upah lembur ketujuh dan kedelapan empat kali upah sejam. 4 Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan danatau hari libur resmi untuk waktu kerja lima hari kerja dan 40 jam seminggu, perhitungan upah kerja lembur untuk delapan jam pertama dibayar dua kali upah sejam, jam kesembilan dibayar tiga kali upah sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas empat kali upah sejam. Bagi perusahaan yang telah melaksanakan dasar perhitungan upah lembur yang nilainya lebih baik dari ketentuan diatas, perhitungan upah lembur tersebut tetap berlaku. Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan tentang besarnya upah lembur, yang berwenang menetapkan besarnya upah kerja lembur adalah pegawai pengawas ketenagakerjaan KabupatenKota. Dan disamping lembur pekerjaburuh juga memiliki hak cuti. Tujuan utama diterapkannya waktu istirahatcuti adalah ingin mempertinggi derajat kehidupan dan kecerdasan pekerja. Dengan pemberian istirahat yang cukup secara berkala dan teratur, pekerja diharapkan akan memiliki waktu yang lapang dan kehidupan yang teratur untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohaninya. Dengan jiwa raga yang sehat, diharapkan pekerja dapat mengembangkan dirinya melalui pendidikan dan latihan melalui pergaulan dalam masyarakat. Selain itu pekerja akan mempunyai waktu yang cukup pula untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya, sehingga dapat mengembangkan dirinya menjadi orang yang berkualitas. Dengan kecerdasan yang dimiliki pekerja, akan dapat meningkatkan mutu kerjanya di perusahaan yang sekaligus juga akan meningkatkan kualitas kehidupannya ditengah-tengah masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja sesuai dengan peraturan perundang- undangan, disamping adanya kesepakatan dengan pekerja tentang waktu kerja dan waktu istirahat. Dengan adanya waktu kerja dan waktu istirahat akan menjadi jelas pula kapan saatnya bekerja dan kapan saatnya istirahat. Waktu kerja adalah waktu dimana pekerja melaksanakan kewajibanya yaitu bekerja, sedangkan waktu istirahat adalah adalah hak pekerja untuk berhenti sementara dari kegiatan pekerjaan. Waktu istirahat ini penting bagi pekerja untuk memulihkan tenaga setelah beberapa saat melaksanaan pekerjaan dan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk melakukan sesuatu di luar pekerjaannya seperti makanminum, melaksanakan ibadah serta kegiatan lainnya. Waktu istirahat bermacam-macam, ada waktu istirahat antara jam kerja, waktu istirahat mingguan, cuti tahunan dan istirahat panjang. Pada Pasal 79 ayat 2 Undang- Undang Nomor 13 tahun 2003 mengatur tentang waktu istirahat, yang berbunyi : a. istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 empat jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; b. istirahat mingguan 1 satu minggu atau 2 dua hari untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu; c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 dua belas hari kerja setelah pekerjaburuh yang bersangkutan bekerja selama 12 dua belas bulan secara terus menerus; dan d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 satu bulan bagi pekerjaburuh yang telah bekerja selama 6 enam tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerjaburuh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 dua tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 enam tahun. Ditinjau dari segi kewajiban pekerja, maka istirahat beberapa hari atau cuti artinya pekerja tidak melaksanakan kewajiban yaitu melakukan pekerjaan. Akan tetapi karena istirahat beberapa hari itu juga hak pekerja setelah memenuhi syarat-syarat tertentu untuk mendapatkannya, maka hak pekerja pula untuk tetap menerima upah selama menjalankan waktu cuti tersebut. Karena pada dasarnya selama mengambil hak ‚cuti, pekerja tersebut bukan tidak mau bekerja atau akan memutuskan hubungan kerjanya, tetapi setelah menjalankan hak cuti ia akan kembali melaksanakan kewajibannya. Dengan demikian tidak ada alasan bagi pengusaha untuk tidak membayar upah atau mengurangi upah yang seharusnya diterima pekerja yang menjalankan hak cuti. Dan didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 85 menyebutkan: Ayat1; Pekerjaburuh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi, 2; Pengusaha dapat mempekerjakan pekerjaburuh untuk bekrja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerjaburuh dengan pengusaha, 3; Pengusaha yang mempekerjakan pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib membayar upah kerja lembur, 4; Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Keputusan Menteri. Sesuai Undang-Undang No.13 Tahun 2003 jelas bahwa SKB telah melanggar UU tersebut karena pada Pasal 85 menjelaskan pada hari libur resmi buruh tidak wajib bekerja, dan apabila terpaksa maka harus adanya kesepakatan antara buruh dan pengusaha, tetapi SKB tidak melalui kesepakatan yang jelas apakah menerima upah lembur atau tidak karena di dalam Pasal 85 ayat 4 menyebutkan pekerjaburuh yang bekerja pada hari libur resmi wajib membayar upah kerja lembur.

4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja