BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN
A. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia
1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaanperburuhan merupakan spesies dari genus hukum pada umumnya. Sebagai bagian dari hukum pada umumnya memberikan batasan pengertian
hukum ketenagakerjaanperburuhan tidak terlepas dari pengertian hukum pada umumnya. Berbicara tentang batasan hukum, para ahli pada saat ini belum menemukan
batasan yang baku serta memuaskan semua pihak tentang hukum. Hal ini disebabkan karena hukum memiliki bentuk dan cakupan yang sangat luas. Bentuk dan cakupan
yang luas ini menjadikan hukum dapat diartikan dari berbagai sudut pandang yang berbeda
5
5
Lalu Husni, 2003, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT.Raja Grafindo Persadi, Jakarta, h.20.
. Untuk memberikan pengertian dari hukum ketenagakerjaan, kita harus kembali
kepada pendapat para sarjana. Imam Soepomo dalam bukunya “Pengantar Hukum Perburuhan” mengemukakan pendapat beberapa ahli mengenai hukum ketenagakerjaan,
yaitu: 1.
Menurut Moleenaar: Hukum Ketenagakerjaan arbeidsrecht adalah bagian dari hukum yang berlaku
yang pada pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dengan tenaga kerja dan antara tenaga kerja dengan
pemerintah.
2. Menurut M.G.Levenbach:
Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana pekerjaan itu dilakukan dibawah pimpinan dan dengan keadaan
penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja itu. 3.
Menurut N.E.H.Van Esveld: Hukum Ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja dimana pekerjaan
dilakukan dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swa-pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung-jawab dan resiko sendiri
6
“Imam Soepomo sendiri memberikan pengertian Hukum Perburuhan Ketenagakerjaaan adalah himpunan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana seorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah
.
7
Dari unsur diatas terlihat bahwa substansi hukum perburuhan hanya menyangkut peraturan yang mengatur hubungan hukum seorang yang disebut buruh dan bekerja
pada orang lain disebut majikan bersifat keperdataan, dimana tidak ada diatur hubungan hukum diluar hubungan kerja. Konsep ini sesuai dengan pengertian buruh
didalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan .
Mengkaji pengertian yang diberikan Imam Soepomo tampak jelas bahwa hukum perburuhan setidak-tidaknya mengandung unsur:
1. Himpunan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis; 2. Berkenaan dengan suatu kejadianperistiwa;
3. Seseorang bekerja pada orang lain; 4. Upah.
6
. Sendjun H.Manulang, 1988, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h.1.
7
. Imam Soepomo, 1999, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, h.3.
Perburuhan. Dalam undang-undang ini buruh diartikan sebagai barang siapa yang bekerja pada majikan dengan menerima upah. Sedangkan majikan adalah orangatau
badan hukum yang mempekerjakan buruh. Jika kita meneliti Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, maka kita tidak akan mendapati 1 Pasal pun yang memberikan defenisi mengenai hukum ketenagakerjaanperburuhan. Tetapi dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Berdasarkan pengertian ketenagakerjaan ini dapat kita ambil batasan bahwa hukum ketenagakerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga
kerja baik sebelum bekerja pre employment, pada saat bekerja during employment dan sesudah bekerja post employment.
pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan yang selama ini kita kenal ruang lingkupnya hanya berkenaan
dengan hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam hubungan kerja saja
8
8
. Lalu Husni, 2003, Op.Cit, h.23-24.
.
2. Asas dan Tujuan Hukum Ketenagakerjaan