terpenuhi mencakup semua kalangan usia, karena dalam alat musik keyboard memungkinkan untuk memainkan berbagai selera kalangan ini.
Grup-grup keyboard yang pertama dikenal di daerah Kecamatan BP Mandoge adalah Lafendos, Heviss, Pelangi, Bumi Ayu dan lain sebagainya yang semuanya
berasal dari kota Kisaran, ini terjadi kira-kira pada tahun 1995. Sedangkan grup keyboard pertama yang ada di Kecamatan BP Mandoge diantaranya : Horas Sinaga,
Citra Electone, dan juga Try Jaya yang rata-rata mulai berdiri kira-kira tahun 2001.
23
Ketika pertama berdiri grup Riny Jaya keyboard tampil alakadarnya, yaitu dengan peralatan musik yang seadanya saja, seperti satu buah alat musik keyboard
KN 2000 Technic, Sound sistem 600 watt, dengan dua orang biduan pemula. Acara- acara yang memanggil mereka itupun tidak tergolong besar. Biasanya mereka dipakai
3.2 Sejarah grup Riny Jaya Keyboard
Kebiasaan masyarakat untuk mengadakan pesta merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi munculnya grup-grup keyboard yang ada di Kabupaten
Asahan. Pada tahun 1997-an mulailah dibentuk grup keyboard Riny Jaya. Pendiri grup keyboard ini adalah bapak M. Yusuf dan anak pertamanya yang bernama
Mariny. Grup Riny Jaya keyboard beralamat di Jl. Besar Sei Silau Desa Somba Huta Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Nama Riny Jaya diambil dari nama anak
pendiri grup keyboard ini yaitu ”Mariny” diambil kata Riny-nya saja. Sedangkan jaya adalah suatu kalimat yang mencerminkan suatu harapan akan kesuksesan.
23
Informasi didapatkan dari wawancara dengan bapak Manimbul Sirait, pengusaha grup musik Lavendos.
Universitas Sumatera Utara
oleh para kerabat-kerabat bapak M.Yusuf sendiri, dan juga masyarakat sekitar desa Somba Huta saja. Tarif yang mereka tawarkanpun relatif jauh lebih murah dibanding
dengan grup-grup keyboard yang telah lebih dahulu muncul, seperti Lafendos, Pelangi, Heviss, Bumi Ayu dan lain sebagainya yang ada di daerah Asahan.
Pada awalnya tarif untuk grup Riny Jaya sekali tampil adalah Rp.450.000 sampai tengah malam. Sedangkan untuk tarif grup keyboard yang lain berkisar antara
Rp 700.000-1.000.000 sekali tampil. Pada saat itu sering sekali ketika mereka tampil sedikit penonton yang hadir, padahal pada saat itu pertunjukan keyboard sangat
digemari oleh masyarakat. Tidak jarang juga grup Riny Jaya diremehkan oleh masyarakat. Memang pada masa itu, pada saat ada pertunjukan keyboard selalu
banyak pengunjung yang datang, tetapi ketika Riny Jaya yang tampil orang-orang banyak yang datang tadi kurang meminati dan mereka kebanyakan tidak menonton
pertunjukan yang disajikan itu, melainkan mencari objek-objek lain yang dianggap bisa menghibur.
Pertunjukan keyboard tidak pernah lepas dari adanya acara hajatan atau pesta. Biasanya untuk keluarga dari golongan menengah ke atas akan selalu membuat
hiburan pada acara hajatan yang dibuatnya. Banyaknya grup-grup keyboard yang muncul nampaknya merupakan pemicu untuk berbuat yang terbaik untuk
mendapatkan ”job” sebanyak-banyaknya. Awalnya berbagai pembenahan dibuat, mulai dari melengkapi peralatan-peralatan yang ada, diantaranya mengganti keyboard
yang lama dengan keyboard keluaran terbaru KN 2000 dengan KN 3000, 6000,6500 dan juga KN terbaru yaitu KN 7000. Ada juga dengan cara memanggil biduan-
Universitas Sumatera Utara
biduan yang lebih berpengalaman sebagai bintang tamu dari grup keyboard lain dengan bayaran yang lebih hal ini dikenal dengan istilah di cartercarteran
24
Entah siapa yang memulai dan ide siapa, grup Riny Jaya sudah mulai berani tampil beda, yaitu berani menampilkan satu pertunjukan keyboard yang erotis.
Seperti yang dikatakan teori perubahan kognitif kontemporer yaitu memandang manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi,
mengalihkan, informasi. Secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara
tertentu melalui struktur kognitif Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan Scnwable, 1990 ; Fiske dan Taylor, 1991. Ini berkaitan dengan perilaku sosial dalam
masyarakat dan sangat relevan dengan perilaku biduan di atas panggung yang sering menghadapi para penonton yang sering meneriakkan “buka-buka ” bisa saja tekanan
. Seiring dengan perkembangan jaman dan persaingan yang semakin ketat,
maka grup Riny Jaya juga ikut membuat berbagai pembenahan-pembenahan, seprti yang dikatakan di atas. Persaingan yang semakin ketat itu juga diikuti dengan
masuknya beberapa grup keyboard erotis dari luar Asahan, seperti dari Sei Rampah, Perbaungan dan Perdagangan. Lagipula banyak masyarakat yang begitu
menggemarinya. Hal ini juga akan semakin mempersempit ruang gerak dari grup- grup keyboard lokal yang sedang eksis. Tentu saja kebutuhan ekonomi masing-
masing grup harus dipenuhi, karena tidak ingin mati suri mau tidak mau tiap grup keyboard harus ikut bersaing untuk mendapatkan jatah tampil.
24
Carteran dapat saja dilakukan dengan alasan tidak bisa tampinya biduan tetap dengan berbagai alasan ataupun untuk memberkan nuansa baru yang lebih segar dalam pertunjukan Carteran dapat saja
dilakukan terhadap pemain keyboard, biduan, dan rodes.
Universitas Sumatera Utara
yang sering dihadapi ini membuat para biduan membuat perubahan perlahan-lahan ke arah kemaun para penonton yang begitu banyak, karena tidak jarang juga para biduan
merasa terancam ketika berada di atas panggung. Semenjak imej erotis melekat dalam grup Riny Jaya, grup ini cenderung
sangat digemari oleh masyarakat dengan banyaknya undangan-undangan yang datang kepada grup ini. Tentu saja pemberian label kepada Riny Jaya ini bukanlah suatu hal
yang biasa dalam masyarakat. Imej yang diberikan ini adalah suatu hal yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Edwin M. Lemert
dengan teorinya labeling theory, mengatakan “seseorang menjadi penyimpang karena adanya proses labeling pemberian julukan, cap, etiket, atau merek yang diberikan
masyarakat kepadanya. Proses labeling ini bisa membuat seseorang yang tadinya tidak memiliki kebiasaan menyimpang menjadi terbiasa”. Hal ini dapat dihubungkan
dengan prilaku pertunjukan yang disajikan oleh grup Riny Jaya yang sudah terbiasa tampil dengan keyboard erotisnya. Namun dengan keadaan yang seperti itu, grup
Riny jaya tidak lantas dibuang dari masyarakat. Justru banyak kalangan yang makin menggemarinya, tentu saja kebanyakan dari kalangan laki-laki.
Namun perlu diketahui bahwa pertunjukan berbau erotis itu bakan suatu hal yang baru. Nungki Kusumastuti, 2003 : “fenomena tarian erotis di Indonesia telah ada
sejak dahulu, seperti pada tarian ronggeng, ketuk tilu, ataupun tayub. Itu telah ada sejak dahulu dan tidak bisa dibuang karena banyak masyarakat yang
menggemarinya”. Menurut Usman Pelly, 2003 dalam Akhri aksi biduan keyboard porno “munculnya grup musik keyboard seperti ini erotis juga dipengaruhi oleh
media informasi dan komunikasi seperti televisi, radio, internet, majalah, serta
Universitas Sumatera Utara
banyaknya rekaman tentang pertunjukan musik di diskotik-diskotik, yang belakangan banyak menyerbu daerah-daerah di Indonesia”.
3.3 Deskripsi Pertunjukan Keyboard Erotis