Perdagangan Manusia dan Konvensi PBB untuk Melawan Kejahatan

Menurut konvensi ini, mengelompokkan hak-hak anak atas 4 bagian yaitu: 114 a. Hak terhadap kelangsungan hidup survival rights, yaitu hak-hak anak dalam konvensi hak anak yang meliputi hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup the rights if life serta hak untuk memperoleh standar kesehatan yang tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. b. Hak terhadap perlindungan protection rights, yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak KHA yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan, dan keterlantaran bagi anak yang telah mempunyai keluarga dan bagi anak-anak pengungsi. c. Hak untuk tumbuh kembang development rights, yaitu hak-hak anak dalam KHA yang meliputi segala bentuk pendidikan formal dan nonformal dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental spiritual, moral dan fisik anak. d. Hak untuk berpartisipasi participation rights, yaitu hak-hak anak dalam KHA yang meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hak yang mempengaruhi anak.

7. Perdagangan Manusia dan Konvensi PBB untuk Melawan Kejahatan

Transnational Yang Terorganisir CATOC 2000 beserta Protokol PBB untuk Mencegah, Menindak dan Menghukum Trafiking manusia Khususnya Perempuan dan Anak-anak Protokol ini dikenal luas dengan sebutan Protokol Palermo yang mana Protokol PBB untuk Mencegah, Menindak dan Menghukum Trafiking manusia Khususnya Perempuan dan Anak-anak ini merupakan untuk melengkapi Konvensi PBB untuk Melawan Kejahatan Transnational Yang Terorganisir CATOC 2000. Protocol 114 US DOJ- ICITAP, opcit, hal 66 tentang trafiking manusia disahkan dan digunakan oleh Majelis Umum PBB pada bulan Desember 2000. Ada dua hal yang dimaksudkan oleh protokol trafiking manusia tersebut: a. Mencegah dan memerangi trafiking manusia, memberikan perhatian khusus pada perlindungan perempuan dan anak-anak b. Meningkatkan dan menunjang kerja sama antar Negara untuk maksud ini. Penerapan protocol terbatas pada situasi trafiking manusia internasional yang melibatkan suatu kelompok kejahatan yang terorganisir. Secara khusus pada protokol ini akan dibahas bagaimana pengaturan tentang trafiking manusia. 115 a. Tujuan, ruang lingkup dan sanksi pidana Pasal 1-3 Pasal 1 dan 2 menyatakan tujuan pokok dan ruang lingkup dari Protokol ini. Pada hakikatnya, protocol tersebut dimaksudkan untuk mencegah dan memerangi trafiking manusia dan menunjang kerjasama internasional untuk melawan para pelaku trafiking manusia. Disajikan pula sejumlah langkah untuk melindungi dan mendampingi para korban. Perdagangan manusia mencakup sejumlah kasus, dimana manusia dieksploitasi oleh kelompok-kelompok kejahatan terorganisir, dimana terdapat suatu unsure paksaan danatau penipuan, dan suatu aspek lintas Negara, seperti kegiatan orang yang menyeberangi tapal batas atau eksploitasi mereka di dalam sebuah Negara oleh sebuah kelompok kejahatan transnasional yang terorganisir. Trafiking manusia merupakan “..perekrutan. pengiriman, ke suatu tempat, pemindahan, penampungan atau penerimaan” melalui sarana yang tidak benar seperti kekerasan, penculikan, penipuan, pemaksaan, untuk tujuan yang tidak benar, 115 US DOJ- ICITAP, loccit hal 67. seperti kerja paksa, penghambaan, perbudakan atau eksploitasi seksual. 116 a. Perlindungan bagi Orang-orang yang Mengalami Trafiking Manusia Pasal 6- 8 Maka Negara-negara yang meratifikasi protokol tersebut berkewajiban memberlakukan hukum di dalam negerinya yang menganggap kegiatan-kegiatan ini sebagai kejahtan yang melanggar hukum pidana, jika belum ada undang-undang mengenai hal ini. Indonesia sendiri telah meratifikasi Protokol ini dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 2009. Pada dasarnya hal ini menjadi suatu langkah yang sulit dalam pembuatan rancangan dan negosiasi karena banyaknya kegiatan yang berusaha dikendalikan oleh Negara. Beberapa Negara tertentu telah melakukan hal ini yang karena kebanyakan pelanggaran trafiking manusia melibatkan kaum perempuan dan anak- anak yang sangat memerlukan perlindungan, maka protocol ini juga harus memfokuskan diri pada upaya-upaya yang dilakukan di dalam negeri. Beberapa Negara lain menganggap perlu dicantumkannya bahwa pelanggaran tersebut adalah pelanggaran terhadap setiap orang. Sebagaimana pernyataan yang sekarang ini protocol tersebut diterapkan untuk semua orang namun biasanya merujuk pada sejumlah orang yang khususnya pada perempuan dan anak-anak. Selain mengambil tindakan terhadap para pelaku trafiking manusia, protocol menghendaki agar Negara-negara yang meratifikasi protocol ini melakukan sejumlah langkah untuk melindungi dan mendampingi orang-orang yang mengalami trafiking manusia. Orang-orang yang mengalami trafiking manusia secara umum berhak dirahasiakan dan memperoleh perlindungan terhadap para pelaku trafiking manusia dan pada saat mereka mengajukan bukti atau memberikan bantuan bagi penegakan hukum atau pada saat bersaksi di pengadilan atau laporan serupa. 116 Lihat pasal 3 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Protokol untuk mencegah, menindak, dan menghukum Perdagangan orang, terutama perempuan dan anak. Sejumlah tunjangan social, seperti perumahan, perawatan kesehatan dan bantuan hukum legal atau pendampingan lainnya juga disediakan. Status hukum orang-orang yang mengalami trafiking manusia dan apakah mereka pada akhirnya akan dipulangkan ke negeri asal mereka banyak menjadi bahan pembicaraan. Di dalam protocol untuk menangani mereka, terjadi pembahasan serupa mengenai kembalinya para migran yang diselundupkan. Pada umumnya, Negara-negara maju yang warganya mengalami trafiking manusia menginginkan agar adanya sebanyak mungkin perlindungan dan status hukum bagi orang-orang yang mengalami trafiking. 117 b. Pencegahan, kerjasama dan langkah-langkah lain Pasal 9-13 Dalam hal ini Negara-negara sepakat untuk memfasilitasi menerima dan mempermudah para warga yang mengalami trafiking. Lembaga penegakan hukum dari sejumlah Negara yang meratifikasi protokol perlu menjalin kerjasama dengan hal-hal seperti mengidentifikasi pelaku dan orang- orang yang mengalami trafking manusia, berbagi informasi mengenai cara-cara yang digunakan pelaku, dan pelatihan bagi para penyidik, penegak hukum pada umumnya dan petugas pendamping korban pasal 10 . Negara-negara juga diminta untuk menjaga keamanan dan kontrol perbatasan guna mendeteksi dan mencegah terjadinya perdagangan manusia. Hal ini meliputi upaya memperketat kontrol perbatasan sendiri, menentukan persyaratan bagi pengangkut komersial untuk melakukan pemeriksaan paspor dan visa Pasal 11, menetapkan standar untuk kualitas teknis paspor maupun dokumen perjalanan lainnyaPasal 12, dan kerjasama untuk menetapkan validitas dokumen mereka sendiri ketika digunakan diluar negeriPasal 13. 117 Lihat pasal 6 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Protokol untuk mencegah, menindak, dan menghukum Perdagangan orang, terutama perempuan dan anak. Kerjasama antar Negara yang meratifikasi protokol ini biasanya merupakan hal wajib karena perdagangan manusia sendiri merupakan tindak pidana transnational crime yang mana perlu jaringan antar Negara pula untuk dapat menjangkau jaringan kejahatan yang bersifat lintas Negara ini. Dan sesuai dengan Pasal 9 ayat 3, cara- cara sosial seperti penelitian, pemasangan iklan dan dukungan sosial atau ekonomi juga diperlukan, baik oleh pemerintah sendiri maupun melalui kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat. Beberapa kewajiban pokok terhadap Negara-negara yang menyetujui protocol trafiking manusia adalah sebagai berikut: a. Menganggap trafiking terhadap manusia merupakan tindak kejahatan; b. Bagi Negara asal, menunjang dan menerima, secara langsung atau tanpa penundaan yang tidak semestinya, kepulangan secara sukarela para warga Negara yang mengalami trafiking manusia dan mereka yang memilki hak tinggal tetap dalam wilayah mereka demi keselamatan orang-orang tersebut; c. Bagi Negara tujuan, menjamin bahwa kepulangan adalah demi keselamatan orang yang mengalami perdagangan manusia dan status proses hukum yang berhubungan dengan kenyataan bahwa telah menjadi korban trafiking manusia; d. Melakukan kerjasama lewat pertukaran informasi yang bertujuan untuk mengindentifikasi pelaku atau korban perdagangan manusia, serta cara- cara dan sarana yang digunakan oleh para pelaku trafiking; e. Memberikan atau memperkuat pelatihan bagi aparat penegak hukum, petugas imigrasi dan petugas terkait lainnya yang bertujuan untuk mencegah trafiking manusia maupun memperkuat peradilan terhadap pelaku dan perlindungan terhadap korban dan hak-haknya. f. Memperketat control perbatasan yang perlu untuk mendeteksi dan mencegah trafiking manusia; g. Menetapkan kebijakan, program, dan langkah-langkah lain yang bertujuan untuk mencegah trafiking manusia dan melindungi orang-orang yang mengalami trafiking manusia agar tidak ada jatuhnya korban lagi; h. Berupaya melakukan langkah-langkah lain termasuk kampanye informasi dan prakarsa social dan ekonomi guna mencegah trafiking manusia.

8. Perdagangan Manusia dan Protokol Opsional dari Konvensi Hak-hak Anak