Perdagangan Manusia dan Deklarasi Universal tentang HAM DUHAM Perdagangan Manusia dan Konvensi Internasional tentang Hak-hak

BAB IV Pengaturan Hukum Tindak Pidana Trafiking dalam Perspektif

Hukum Internasional

A. Trafiking dalam konvensi-konvensi International

Sebagaimana diketahui bahwa perdagangan manusia ini merupakan pelanggaran terhadap hak yang mendasar dari diri manusia. Banyak kerentanan terkait trafiking manusia dapat dijelaskan akibat ketidak-berhasilan dalam menegakkan dan melindungi hak-hak dasar ini, yang meliputi hak hidup, martabat, dan keamanan, hak atas kewarganegaraan dan seterusnya yang memiliki relevansi khusus dengan upaya penegakan hukum, yaitu masalah pelanggaran hak asasi manusia dalam menghadapi trafiking manusia. Sebagai korban tindak kejahatan, orang-orang yang mengalami tarfiking manusia memiliki sejumlah hak fundamental, termasuk perlindungan dari ancaman terhadap keamanan pribadi, bantuan proses hukum dan akses untuk memperoleh pemulihan yang memadai dan efektif. Walaupun biasanya trafiking manusia tidak langsung melibatkan Negara, menurut hukum internasional, pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin dihormati dan dilindunginya hak-hak tersebut dalam yurisdiksi mereka. Dalam konteks sekarang, ini berarti bahwa, Negara-negara harus bertindak dengan sunguh-sungguh due diligence dalam mencegah, mengadili dan meghukum pelaku tindak pidana trafking manusia serta menyediakan bantuan memulihkan para korban. Berikut adalah beberapa hukum internasional yang mengharuskan pemerintah untuk bertanggung jawab dalam perdagangan manusia yaitu:

1. Perdagangan Manusia dan Deklarasi Universal tentang HAM DUHAM

1948-1998 Di dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia DUHAM ditetapkan hak- hak dasar manusia yang dituangkan dalam sejumlah ketentuan-ketentuan tersebut, bahkan dengan sengaja melanggarnya. Ketentuanketentuan yang memuat hak asasi manusia itu antara lain dapat dijumpai di dalam pasal-pasal berikut seperti dalam pasal 1 dikatakan bahwa: 108

2. Perdagangan Manusia dan Konvensi Internasional tentang Hak-hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya ICESCR 1977 “ Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan”. Dalam deklarasi ini terdapat pasal yang secara jelas dan tegas melarang adanya perbudakan ataupun diperdagangkan yaitu Pasal 4 yang berbunyi: “ Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan, penghambaan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun harus dilarang”. Dan masih banyak dari deklarasi ini yang berkaitan dengan tindak perdagngan manusia. Hak ekonomi, sosial dan budaya diakui dan dilindungi oleh banyak instrumen hukum internasional. Hak-hak tersebut meliputi: a. Hak untuk bekerja dan hak terhadap kondisi yang nyaman b. Hak untuk berorganisasi dan melakukan langkah kolektif perburuhan c. Hak atas perlindungan keluarga mencakup perlindungan ibu dan anak d. Hak atas standar hidup yang layak termasuk cukup pangan, sandang dan papan e. Hak untuk menikamti standar kesehatan tertinggi dan f. Hak untuk memperoleh pendidikan 108 US DOJ- ICITAP, opcit, hal 60. Sejumlah pelanggaran hak-hak ekonomi dan sosial, seperti hak memilki dan mewarisi harta benda milik, hak untuk memperoleh pendidikan dan hak atas kesempatan untuk memperoleh penghasilan melalui pekerjaan yang bebas dipilih atau diterima, semuanya tampaknya telah menyumbangkan bertambahnya kerentanan individual dan kelompok terhadap trafiking manusia dan eksploitasi terkait lainnya. Kemiskinan, suatu pelanggaran hak itu sendiri maupun sebagai sebuah manifestasi dari rangkaian pelanggaran yang kompleks, telah berulang kali dihubungkan dengan trafiking manusia sebagai penyebab dan faktor yang mengganggu. Diskriminasi atas dasar ras dan gender dalam pengakuan dan penerapan hak-hak sosial dan ekonomi juga menjadi sebuah faktor penting yang menyebabkan sejumlah orang tertentu lebih rentan terhadap trafiking manusia dibandingkan orang lainnya. Dalam kedua kasus ini, dampak diskriminasi mengakibatkan pilihan hidup yang lebih sedikit dan lebih buruk. Tidak ada pilihan yang sejati yang selanjutnya mengakibatkan kaum perempuan dan anak-anak perempuan lebih rentan dibandingkan kaum lelaki, dan beberapa kebangsaan serta ras tertentu lebih rentan dibandingkan lainnya terhadap tindak pemaksaan, penipuan serta kekerasan yang menjadi tanda trafiking manusia. Selama proses perdagangan manusia itu terjadi, berlangsung pula tindakan yang merugikan hak ekonomi dan sosial. Orang-orang yang mengalami perdagangan manusia hampir senantiasa tidak mendapat hak atas kesehatan, hak memperoleh pendidikan, hak untuk bekerja secara bebas sesuai pilihannya, dan hak untuk memperoleh upah yang adil dan penghasilan yang sesuai atas pekerjaannya.

3. Trafiking Manusia dan Konvensi Internasioanl tentang Hak-Hak Sipil dan