Cime Protocol untuk Mencegah, Menindak dan Menghukum Perdagangan Orang
Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasioanl Terorganisasi.
i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 Tentang Rencana
Aksi Nasional Perdagangn Perempuan dan Anak; j.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Eksploitasi Seksual;
k. Keputusan Menteri Nomor KEP-204MEN1999 tentang Penempatan Tenaga kerja
Indonesia di Luar Negeri; l.
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan perempuan dan Anak
B. Trafiking di dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 UUPTPPO
Setelah beberapa waktu menanti, kemudian lahirlah undang-undang yang khusus menangani dan memberantas maslah perdagangan orang di Indonesia, yakni Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2007 atau sering disebut dengan UUPTPPO. UU PTPPO ini merupakan sarana bagi Indonesia guna mengambil langkah tepat untuk memberantas perdagangan
manusia yang ada di Indonesia. Dalam UU PTPPO ini sendiri diuraikan secara jelas definisi dari perdagangan orang yang
terdapat dalam Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi:
107
Dari definisi ini, dapat kita tarik unsur dari tindak pidana perdagangan orang ini yang terdiri dari:
“Tindak Pidana Perdagangan Orang ialah setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan dan pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikkan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utangatau memberi
bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik
Indonesia”.
107
httpwww. indonesia.unfpa.org, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007, pdf. Diakses tanggal 3 Maret 2010.
a. Setiap orang
b. Tindakanproses yang berupa perekrutan, pengangkutan, penampungan dan
pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang. c.
Cara yang berupa ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikkan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain;
d. Tujuan yaitu eksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia.
Dengan adanya unsur-unsur tersebut diatas maka barulah dapat dikatakan sebagai perdagangan manusia.
Ruang lingkup berlakunya dari UU PTPPO ini ialah: a.
Tindak pidana perdagangan manusia yang dilakukan baik dalam wilayah Indonesia maupun keluar wilayah Indonesia. Hal ini terdapat dalam:
1. Pasal 2 ayat 1 : “Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan,
penampungan dan pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikkan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utangatau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga
tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.
600.000.000,00enam ratus juta rupiah”. 2.
Pasal 3 : Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayah Negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di wilayah Negara Republik Indonesia atau
dieksploitasi Negara lain dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00enam ratus juta rupiah”.
3. Pasal 4 : “ Setiap orang yang membawa warga Negara Indonesia ke luar wilayah
Negara republic Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah Negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan
paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00enam ratus juta
rupiah”. 4.
Pasal 6 : “ Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apapun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00enam ratus juta rupiah”. b.
Tindak pidana lainnya yang dilakukan berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang, seperti pemalsuan dokumen, kesaksian palsu, penyerangan saksi dan ataupun
petugas, merintangi berjalannya proses penegakan hukum, membantu pelaku tindak pidana dalam pelarian, dan ataupun membocorkan informasi tentang saksi diatur
lewat pasal: 1.
Pasal 19 : “ Setiap orang yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen Negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen atau
dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 7 tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 40.000.000,00 empat puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 280.000.000,00 dua ratus delapan puluh juta rupiah”.
2. Pasal 20 : “ Setiap orang yang memberikan kesaksian palsu, menyampaikan alat
bukti palsu, atau memperngaruhi saksi secara melawan hukum di siding pengadilan tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 tahun dan paling lama 7 tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp. 40.000.000,00 empat puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 280.000.000,00 dua ratus delapan puluh juta rupiah”.
3. Pasal 21 : “ Setiap orang yang melakukan penyerangan fisik terhadap saksi atau
petugas di persidangan dalam perkara tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp. 40.000.000,00 empat puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah”.
4. Pasal 22 : “ Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau
menggagalkan secara langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi dalam perkara
perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 40.000.000,00 empat
puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah”. 5.
Pasal 23 : “ Setiap orang yang membantu pelarian pelaku tindak pidana perddagangan orang dari proses peradilan pidana dengan:
a. Memberikan atau meminjamkan uang, barang, atau harta kekayaan lainnya
epada pelaku; b.
Menyediakan tempat tinggal bagi pelaku; c.
Menyembunyikan pelaku; d.
Menyembunyikan informasi keberadaan pelaku, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 40.000.000,00 empat puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah”
6. Pasal 24 : “ Setiap orang yang memberitahukan identitas saksi atau korban
padahal kepadanya telah diberitahukan, bahwa identitas saksi atau korban tersebut harus dirahasiakan dipidana dengan dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 tahun dan paling lama 7 tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp. 120.000.000,00 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 280.000.000,00 dua ratus delapan puluh juta rupiah”.
Masalah sanksi pidana yang diberlakukan kepada pelaku dan atau jaringannya oleh undang-undang ini tergolong berat karena ancaman pidana penjara dan pidana
bersifat kumulatif. Dapat kita lihat bahwa dari pasal-pasal yang tertera di atas, pada undang-undang ini mengklarifikasikan sanksi pidana atas:
a. Pidana Penjara
Pidana penjara pada UU PTPPO ini dianggap cukup kuat dengan adanya standar minimal dari pidana penjara ini yaitu minimal 1 tahun penjara.
b. Pidana Denda
Begitu pula dengan pidana denda dianggap cukup memberatkan dan menjerakan dengan adanya standar minimal yang mana dengan denda minimal Rp.
40.000.000,00 dan standar maksimal yang bervariasi pada tiap pasal yaitu paling tinggi sejumlah Rp. 15.000.000.000,00.
Namun, apabila pelaku tidak mampu memenuhi pidana denda tersebut, maka sesuai dengan pasal 25 UU PTPPO maka terpidana dapat dijatuhi pidana
kurungan selama 1 tahun. c.
Pidana Tambahan Pidana tambahan ini yang mana sebagai pemberatan terhadap pelaku juga diatur
oleh UU PTPPO ini dengan kualifikasi pelaku sebagai berikut: 1.
Pejabat pemerintahan yang menjadi pelaku perdagangan orang ini sesuai dengan pasal 8 ayat 2 UU PTPPO ini maka hukumannya ditambahkan denga
sanksi pemberhentian secara tidak hormat pemecatan.
2. Korporasi yang menjadi pelaku tindak pidana perdagangan orang sesuai
dengan pasal 15 ayat 2 UU PTPPO maka dikenakan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha, danatau perampasan kekayaan hasil tindak pidana,
danatau pencabutan status badan hukum, danatau pemecatan pengurus, danatau pelarangan kepada pengurus tersebut untuk mendirikan koorporasi
dalam bidang usaha yang sama. Pada UU PTPPO ini memuat bahwa tindak pidana perdagangan orang ini merupakan
bukan suatu delik aduan yang mana memungkinkan penegak hukum untuk melakukan penangkapan, penyidikan, pemerosesan dan pemidanaan tanpa perlu adanya pengaduan
terlebih dahulu. Tidak hanya itu, perdagangan manusia ini merupakan suatu delik formal yang mana memungkinkan diprosesnya tindak pidana ini dengan cukup dengan dengan
terpenuhinya unsur-unsur perbuatan sebagaiman yang telah dirumuskan dalam UU PTPPO ini.
BAB IV Pengaturan Hukum Tindak Pidana Trafiking dalam Perspektif
Hukum Internasional
A. Trafiking dalam konvensi-konvensi International