Larangan terhadap Kerja Paksa Larangan terhadap Jeratan Utang Larangan terhadap Kawin Paksa

dipertukarkan; dan secara umum, setiap tindakan perdagangan atau pengangkutan atas budak dengan sarana angkut apapun juga. 118

b. Larangan terhadap Kerja Paksa

Kerja paksa merupakan suatu jenis perdagangan manusia yang tujuan akhirnya juga sama, yakni eksploitasi. Hukum internasional melarang kerja paksa kecuali dalam keadaan yang sangat ketat hukum militer atau kewajiban sipil yang normal. Kerja paksa di definisikan sebagai: “Kerja paksa atau kerja wajib ialah semua pekerjaan atau layanan yang dilakukan oleh seseorang dengan ancaman hukuman dan tidak pernah ditawarkan kepada orang tersebut untuk melakukan pekerjaan secara sukarela”.

c. Larangan terhadap Jeratan Utang

Jeratan utang biasanya dipakai sebagai sarana untuk memaksa orang-orang yang menjalani trafiking manusia untuk tetap berada dalam situasi eksploitatif dan situasi kerja yang kejam. Jeratan utang didefinisikan pada tahun 1957 dalam konvensi tentang Perbudakan sebagai “ status atau keadaan yang timbul dari sebuah janji seseorang yang berutang atas jasa pribadinya atau dari orang yang dalam kendalinya, sebagai jaminan dari suatu utang, jika nilai layanan tersebut tidak dinilai layak sebagaimana penilaian yang diterapkan pada suatu likuidasi utang atau jika jangka waktu dan sifat layanan yang diberikan itu tidak terbatas dan tidak tertentu”. Dalam pendek kata suatu jeratan utang ialah dimana seseorang terus dianggap masih belum dapat memenuhi nilai hutangnya dengan jasanya atau dengan adanya utang yang sebenarnya tidak ada namun direkayasa.

d. Larangan terhadap Kawin Paksa

Kawin paksa merupakan suatu jenis trafiking manusia yang tujuan akhirnya terselebung. Larangan bentuk-bentuk kawin paksa dan kawin tanpa kedudukan setara 118 US DOJ- ICITAP, Loccit, hal 71. ditetapkan dalam hukum Internasional. Protocol dari Konvensi tentang Penghapusan Perbudakan tahun 1956, Perdagangan Budak, Kebiasaan dan Praktek yang serupa Perbudakan melarang setiap kebiasaan atau praktek dimana seorang wanita, tanpa hak untuk menolak, dalam sebuah perkawinan, dijanjikan atau memperoleh pembayaran dalam bentuk uang atau sejenisnya untuk orang tuanya, wali, keluarga atau orang atau kelompok lain. Konvensi ini juga melarang pengalihan seorang wanita kepada orang lain atas harga yang telah dibayar atau sebaliknya. Larangan kawin paksa tercantum dalam Konvensi tentang Persetujuan untuk Kawin, Usia Kawin Minimum dan Pencatatan Pernikahan tahun1962. Pasal yang relevan menunjukkan bahwa “Perkawinan akan tidak sah tanpa persetujuan penuh dan bebas dari kedua belah pihak; persetujuan tersebut harus dinyatakan sendiri secara umum dengan kehadiran pihak yang memilki wewenang untuk mengesahkan perkawinan tersebut dan di hadapan saksi-saksi lainnya”. 119

B. Trafiking Manusia sebagai Transnational Crime

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya dalam bab terdahulu, trafiking adalah merupakan kejahatan yang mana hampir seluruh Negara di dunia terkena imbas atau terdapat perdagangan manusia di dalamnya. Selama ini antara Trafiking manusia dan smuggling dianggap sama oleh banyak orang. Hal ini tentulah berbeda antara satu sama lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa trafiking ialah perekrutan, pengiriman ke suatau tempat, pemindahan, penampungan atau penerimaan melalui ancaman, atau pemaksaan dengan kekerasan atau dengan cara-cara kekerasan lain, penculikan, penipuan, pengaiayaan, penjualan, atau tindakan penyewaan untuk mendapatkan keuntungan atau pembayaran tertentu untuk tujuan eksploitasi. Sedangkan yang dimaksud dengan smuggling atau penyelundupan migrant ialah pengadaan, secara langsung maupun tidak langsung, guna 119 http:www.elsam.or.id, Protokol Opsional dari Konvensi Hak-hak Anak atas Penjualan Anak-anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak, Diakses tanggal 6 Juni 2010