Menurut Greenberg 2004 yang mengutip pendapat Yerkes Dodson bahwa stres dibedakan atas 3 tingkatan yaitu : 1 stres rendah, 2 stres sedang dan 3 stres
tinggi. Sedangkan menurut National Safety Council stres dibedakan atas : 1 stres kerja rendah, 2 stres kerja menengah, 3 stres kerja tinggi, dan stres kerja sangat
tinggi.
2.3 Karakteristik Organisasi
Hampir disetiap kondisi pekerjaan bisa menyebabkan stres, bagi sebagian orang sulit memisahkan antara pekerjaan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Stres
kerja yang dialami oleh seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain individu itu sendiri, organisasi tempat bekerja dan faktor-faktor lainnya. Salah satu
pekerjaan yang berpotensi mengalami stres kerja adalah profesi perawat. Organisasi tempat bekerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya stres kerja
diantara perawat. Menurut Wursanto 2005 karakteristik organisasi merupakan kondisi internal
yang terdapat di dalam suatu organisasi, meliputi : 1 Sumber daya terdiri dari : a Sumber Daya Manusia b Sumber daya lainnya :
yaitu berupa sumber daya materi, barang atau benda, misalnya : mesin-mesin, sumber daya keuangan finansial, dan sarana sarana kerja. Organisasi Modern
terdiri dari unsur-unsur : a Manusia, b Kerjasama, c Tujuan bersama, d Peralatan, yang terdiri dari : sarana, mesin-mesin, uang dan barang modal
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
lainnya; e Lingkungan, antara lain : kondisi atau situasi yang berpengaruh terhadap kehidupan organisasi, tempat atau lokasi.
2 Struktur organisasi merupakan susunan hubungan-hubungan antara satuan-satuan organisasi, jabatan-jabatan, tugas tugas, wewenang, pertanggungjawaban-
pertanggungjawaban dalam organisasi. Dalam organisasi formal masalah status, prestise prestige, gaji pay, kedudukan atau pangkat rank dan penghasilan
diatur dan diawasi dengan baik Wursanto, 2005. Perawat sebagai sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit dalam
melaksanakan pekerjaannya dihadapkan pada kondisi-kondisi karakteristik organisasi yang dapat menimbulkan stres kerja.
Menurut Bambang 2006 perawat yang bekerja di rumah sakit memiliki kapasitas yang masih rendah sehingga penerapan pelayanan kesehatan yang makin
canggih dapat menimbulkan kesulitan bagi perawat. Keterbatasan dalam pengoperasian alat-alat modern dapat menimbulkan stres kerja bagi perawat. Di sisi
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi perawat di rumah sakit pemerintah masih belum mencukupi.
Dengan demikian masih banyak perawat yang belum dapat memenuhi standar gizi dan kesehatan secara memadai, akibatnya mereka sulit bekerja secara produktif
dan cenderung menimbulkan masalah kesehatan kerja. Dengan gaji yang belum mencukupi, banyak perawat yang melakukan kerja tambahan secara berlebihan
seperti perawat seringkali bekerja di tempat lain, hal ini menyebabkan perawat
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
memiliki kondisi fisik menjadi cepat lelah dan lemah, sehingga cenderung menurunkan produktifitas kerja bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Menurut Cox 1996 yang mengutip pendapat Dewe bahwa stres kerja perawat, berhubungan dengan kejadian-kejadian yang mereka alami dalam pekerjaan rutin
mereka sehari hari termasuk : suasana kerja, tekanan waktu, kebisingan atau kesunyian yang tidak diinginkan, tugas tugas yang tiba-tiba, tidak ada kesempatan
kedua, pemandangan dan bunyi yang tidak menyenangkan, dan berdiri pada waktu yang lama.
Menurut Cox 1996 yang mengutip pendapat Highley, perawat secara alamiah merupakan profesi yang penuh dengan stres, berdasarkan hasil observasinya sebagai
berikut : Setiap hari perawat berhadapan dengan penderita yang kaku, duka cita dan kematian, banyak tugas-tugas perawat tidak diberi penghargaan, tidak meyenangkan
dan penuh tekanan, sering diremehkan, menakutkan. Menurut Cox 1996, ciri-ciri situasi kerja perawat yang penuh dengan stres,
antara lain : 1 bekerja dengan kebutuhan-kebutuhan yang menimbulkan ancaman : pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang tidak sesuai untuk mengatasi
masalah keperawatan, 2 pekerjaan tidak sesuai dengan kebutuhan, 3 situasi dimana perawat memiliki sedikit kontrol terhadap pekerjaan berlebih, 4 situasi
dimana perawat menerima sedikit dukungan dalam pekerjaan dan diluar pekerjaan. Banyak hasil penelitian membuktikan bahwa stressor kerja pada perawat sangat
bervariasi, antara lain seperti tersebut di bawah ini :
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Menurut Ilmi 2005, stresor kerja pada perawat sesuai urutannya adalah beban kerja berlebih sebesar 82, pemberian upah yang tidak adil 58, kondisi kerja 52,
tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan 45. Menurut Berry 1998 yang mengutip pendapat Mickler dan Rosen determinan
yang paling penting untuk terjadinya stres kerja pada perawat adalah hubungan dengan pasien, pengalaman dengan pasien berdampak bagi terjadinya kelelahan yang
dialami oleh perawat. Menurut Cox 1996 yang mengutip laporan studi yang dilakukan oleh Dewe
terhadap 1800 perawat di 29 rumah sakit di Selandia Baru, mengidentifikasi 5 sumber stress kerja yaitu ; beban kerja, kesulitan berhubungan dengan staf lain, kesulitan
menjadi perawat di unit perawatan kritis, ketentuan pengobatan pasien, dan kesulitan dalam menghadapi pasien yang tidak ada harapan.
Studi yang dilakukan oleh Carson 1995, menunjukkan bahwa perawat kesehatan jiwa merupakan profesi yang penuh stres. Studi ini menemukan bahwa
lebih dari 40 perawat jiwa mengalami stres tingkat tinggi dan kelelahan mental. Studi menyimpulkan bahwa stres mental yang dialami perawat menyebabkan tingkat
absensi yang tinggi, konsep diri yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 648 perawat kesehatan mental, dengan
memperhatikan stress mereka, koping dan kelelahan, ditemukan bahwa sumber stress berhubungan dengan jumlah staf kurang, perubahan dalam pelayanan kesehatan,
moral yang rendah, perubahan tempat kerja yang tidak dapat diramalkan dan mekanisme koping yang tidak adekuat Fagin, 1996.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Studi yang lain juga menemukan pembatasan organisasi dan tuntutan administrasi merupakan sumber stress yang nyata dibandingkan tuntutan langsung
dari perawatan pasien Carson, 1995 . Penelitian Suryani 2003 menunjukkan bahwa kelelahan mental terjadi pada
perawat kesehatan jiwa, disebabkan oleh faktor keuangan pendapatan yang rendah, kepedulian kepada pasien belum baik, dan peluang untuk peningkatan karir yang
rendah. Graytoft dan Anderson 1981 mengidentifikasi 7 sumber stress pada perawat
yang bekerja di rumah sakit yaitu : 1 Menghadapi kematian, 2 Konflik dengan dokter, 3 Persiapan yang tidak memadai untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan
emosional pasien dan keluarganya, 4 Kurangnya dukungan terhadap staf, 5 Konflik dengan perawat yang lain dan supervisor, 6 Beban kerja berlebih, 7
Ketentuan pengobatan. Bailey 1980 mengatakan sumber stress kerja perawat antara lain : kesulitan
manajemen, hubungan antar pribadi dengan perawat yang lain, dan staf medis, isu
perawatan pasien, pendidikan teknis dan ketrampilan , beban kerja dan isu karir.
Menurut Rice 1987 yang mengutip pendapat Beehr dan Newman, ada 3 dampak negatif yang terjadi pada individu sehubungan dengan stres kerja yaitu :
gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku seperti berikut ini : 1.
Gejala Psikologis yaitu : a cemas, tegang, bingung dan mudah tersinggung, b perasaan frustrasi, marah c sensitif dan reaktif, d perasaan tertindas, e
penurunan efektivitas komunikasi, f kemunduran dan depresi, g terisolasi dan
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
terasing, h kebosanan dan ketidakpuasan kerja, i kelelahan mental dan penurunan fungsi intelektual, j kehilangan konsentrasi, k kehilangan
spontanitas dan kreatifitas, l harga diri rendah. motivasi yang rendah untuk pergi bekerja.
2. Gejala fisik yaitu : a peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, b penyakit
jantung, c peningkatan sekresi adrenalin dan noradrenalin, d gangguan gastrointestinal : ulkus lambung, e masalah pernafasan, f peningkatan keringat,
g kelainan kulit, h sakit kepala, i kelelahan fisik, j ketegangan otot, k gangguan tidur, l kematian
3. Gejala Perilaku yaitu : a kinerja dan produktifitas rendah, b peningkatan
penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat, c sabotase pekerjaan, d peningkatan kunjungan ke dokter, e makan berlebihan dan kegemukan, f tidak
ada nafsu makan, kombinasi gejala depresi, g kehilangan berat badan yang tiba- tiba, h perilaku berisiko : judi dan ngebut, h agresi, pengrusakan, dan
merampok, i hubungan yang buruk dengan keluarga dan teman, j bunuh diri atau percobaan bunuh diri.
Cooper dan Sutherland 1995 mengemukakan gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi : 1 kepuasan kerja rendah, 2 kinerja yang menurun, 3 semangat
dan energi menjadi hilang, 4 komunikasi tidak lancar, 5 pengambilan keputusan jelek, 6 kreatifitas dan inovasi kurang, 7 bergulat pada tugas-tugas yang tidak
produktif.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Menurut Greenberg 2004 stres kerja merupakan kombinasi dari sumber- sumber stress pada pekerjaan, faktor individu, dan sumber stress ekstra organisasi.
satu alur yang menggambarkan kompleksitas dari stress kerja diperlihatkan pada gambar 2.1 berikut.
SUMBER STRES KERJA KARAKTERISTIK
INDIVIDU
GEJALA PENYAKIT
KONDISI INSTRINSIK PEKERJAAN:
• Kondisi fisik pekerjaan
• Beban kerja
• Tekanan waktu
• Bahaya fisik
Penyakit jantung
koroner
PERANAN INDIVIDU DI ORGANISASI
• Ambiguitas peran
• Konflik peran
• Tanggung jawab thd orang
lain •
Konflik reorganisasi PENGEMBANGAN KARIR
• Promosi berlebihan
• Promosi yang kurang
• Ketidakpastian pekerjaan
• Ambisi yang terhalang
INDIVIDUAL : •
Tingkat kecemasan •
Tingkat penyakit saraf
• Toleransi ambiguitas
• Pola perilaku tipe A
Sakit mental
TD sistolik TD diastolik
Tingkat kolesterol Merokok
Depresi Minum alkohol
Sakit kepala Kelelahan
Absensi Penurunan aspirasi
HUBUNGAN KERJA •
Hubungan yang buruk dengan atasan, sesama
karyawan atau kolega •
Kesulitan mendelegasikan tanggung jawab
STRUKTUR DAN IKLIM ORGANISASI
• Partisipasi yang rendah
atau tidak ada dalam pengambilan keputusan
• Pembatasan perilaku
penghasilan dll •
Kebijaksanaan perusahaan •
Efektifitas konsultasi yang buruk
SUMBER STRES
DILUAR ORGANISASI :
Masalah Keluarga Krisis
Kesulitan keuangan dll
S umber : Greenberg, 2004
Gambar 2.1 Model stress kerja
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Menurut Greenberg 2004, stress pada pekerja dapat disebabkan sumber stress di tempat kerja, karakteristik individu dan sumber stress di luar organisasi
menimbulkan gejala-gejala masalah kesehatan kerja dan dapat berkembang menjadi penyakit. Karakteristik organisasi terdiri dari Sumber Daya yaitu Sumber Daya
Manusia perawat yang bekerja di rumah sakit dan sumber daya lainnya yaitu : 1
Aspek Keuangan Aspek keuangan yang berkaitan dengan pemberian imbalan jasa. salah satu
bagian penting dalam proses pengelolaan SDM adalah tercipta dan terpeliharanya sistem imbalan yang baik, di organisasi pemerintahan imbalan jasa yang diterima
PNS meliputi : gaji dan kesejahteraan pegawai, setiap PNS berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. Setiap pegawai
berhak memperoleh gaji yang adil dan layak yaitu gaji yang dapat memenuhi kebutuhan hidup pegawai bersama keluarganya. Disamping gaji pokok, kepada
Pegawai Negeri Sipil juga diberikan tunjangan yaitu : 1 tunjangan keluarga 2 tunjangan jabatan structuralfungsional 3 tunjangan pangan. Suradji, 2006.
Menurut Thoha 2005 gaji PNS ditetapkan sesuai dengan masa kerjanya, golonganpangkat, dan jumlah tanggungan.Gaji yang diterima PNS meliputi : 1 gaji
pokok, 2 tunjangan keluarga yaitu kompensasi yang diberikan kepada suamiistri PNS sebesar 10 dari gaji pokok dan tunjangan anak 2 dari gaji pokok, 3
tunjangan pangan yaitu kompensasi yang diberikan kepada PNS dan keluarganya berupa 10 kilogram beras, 4 tunjangan jabatan yaitu kompensasi yang diberikan
kepada PNS yang menjabat jabatan tertentu, tunjangan jabatan fungsional yaitu
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
tunjangan jabatan yang diberikan kepada PNS yang memangku jabatan fungsional tertentu.
Menurut Thoha 2005 selain menerima gaji pegawai juga menerima insentif yang berasal dari intansiunit kerja, besarnya insentif bagi tiap-tiap pegawai sesuai
dengan kontribusinya dalam suatu kegiatan tertentu. 2
Pengembangan Karir Menurut Siagian 2001 karier adalah sekuensi kedudukan atau jabatan yang
dipangku oleh seseorang dalam kehidupan kekaryaannya, dimulai sejak ia pertama kali diangkat sebagai PNS hingga ia mencapai usia pensiun. Setiap pegawai selalu
mendambakan kemajuan dalam pekerjaannya, artinya setiap orang ingin meniti karir sedemikian rupa sehingga selama masa kerjanya ia menduduki jabatan dan pangkat
yang lebih tinggi yang berarti memikul tanggung jawab yang lebih besar dan memiliki penghasilan yang lebih besar.
Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang Handoko, 2000. Dengan demikian karir
menunjukkan perkembangan para pegawai secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi.
Menurut Suradji 2006 Pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil berupa : kenaikan pangkat, mutasi jabatan, serta pengangkatan dalam jabatan. Pengembangan
karir PNS dilaksanakan melalui pembinaan karir, penilaian berupa kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat dengan beban angka kredit.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Penempatan PNS dalam jabatan didasarkan prinsip profesionalisme yaitu : kompetensi, prestasi kerja, disiplin dan loyalitas, jenjang pangkat yang ditetapkan
untuk jabatan itu, pendidikan dan pelatihan yang diikuti Thoha,2005. Kompetensi sesuai dengan jenjang pendidikan, kompeten yaitu
menggambarkan apa yang diperlukan karyawan agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik, sedangkan kompetensi merupakan dimensi perilaku yang
melatarbelakangi kinerja kompeten Sunarto, 2005 Perawat merupakan jabatan fungsional, sehingga penilaian prestasi yang telah
dicapai oleh setiap perawat dalam mengerjakan butir kegiatan dilakukan dengan menggunakan angka kredit. Angka kredit digunakan sebagai salah satu syarat untuk
pengangkatan dan kenaikan jabatanpangkat perawat Praptiningsih, 2006. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan perawat yang dititik
beratkan pada prestasi kerja dan untuk lebih meningkatkan pengabdiannya, maka apabila telah memenuhi jumlah angka kredit yang dipersyaratkan kenaikan pangkat
perawat ditetapkan setiap 2 tahun sekali Men.PAN RI, 2001. Pendidikan dan pelatihan : Pendidikan dan pelatihan PNS diatur dalam PP
No.101 tahun 2000, bertujuan untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan ketrampilan pegawai. Pendidikan dan pelatihan fungsional dilaksanakan untuk
memenuhi peryaratan yang sesuai dengan jenis dan jabatan fungsional yang diemban pegawai. Dasar pertimbangan intansi untuk melaksanakan diklat untuk para
pegawainya adalah pembinaan dan pengembangan karir pegawai yang bersangkutan,
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
kepentingan promosi, tersedianya anggaran, dan syarat-syarat yang dipenuhi oleh pegawai untuk mengikuti diklat Thoha, 2005.
Menurut Sulistiyani 2003 sistem pengembangan karir merupakan usaha secara formal dan terorganisir serta terencana untuk mencapai keseimbangan antara
kepentingan karir individu dan organisasi. Pegawai perlu mengetahui informasi dan gambaran peluang karir untuk merencanakan karirnya sendiri, untuk itu organisasi
seharusnya memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk perencanaan karirnya.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1239MenkesSK XI2001 tentang registrasi Keperawatan, bentuk jenjang pengembangan karir
perawat. Promosi tenaga keperawatan dilakukan dalam pengembangan sumber daya manusia keperawatan, seperti terlihat pada gambar berikut ini :
PK IV PM IV
PP IV PR IV
PK IV PM IV
PP IV PR IV
PK III PM III
PP III PR III
PK II PM II
PP II PR II
PK I PM I
PP I PR I
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Ditjen Yanmedik Depkes, 2006
Gambar 2.2 Skema Bentuk Promosi Tenaga Keperawatan
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Keterangan : 1.
PK = Perawat Klinik, PM = Perawat Manajer, PP = Perawat Pendidik, PR = Perawat Riset.
2. Kompetensi sebagai PK I sampai dengan PK V dimiliki oleh semua perawat
3. Masing-masing jalur promosi PK, PM, PP, PR mempunyai jenjang I sampai V
4. Jalur promosi ditentukan sebagai berikut :
a. Perawat Manajer PM I dimulai dari Perawat Klinik II
b. Perawat Pendidik PP I dimulai dari Perawat Klinik III
c. Perawat Riset PR I dimulai dari Perawat Klinik V.
3 Tim Kerja
Pengembangan organisasi saat ini menekankan pada pengembangan tim. Adanya kelompok-kelompok kerja diupayakan untuk dapat melaksanakan tugas yang
ada di organisasi secara bersama-sama. Seorang perawat akan dapat bekerja lebih efektif dan efisien dalam tim, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di rumah
sakit perawat tidak dapat bekerja sendiri-sendiri tetapi bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Winardi 2003, pembentukan tim team building merupakan sebuah upaya pengembangan organisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja
secara menyeluruh. Dalam manajemen kinerja tim diperlukan kesepakatan mengenai sasaran dan rencana tim dan tim secara-bersama sama melakukan evaluasi terhadap
kinerjanya, serta memutuskan tindakan yang perlu diambil.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
4 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja berupa tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan, vibrasi dan hygiene berpengaruh terhadap stress kerja perawat. Tuntutan fisik : kondisi fisik kerja
mempunyai pengaruh terhadap faal dan psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres stressor
Menurut Bambang 2000 lingkungan kerja di rumah sakit mengandung bahaya potensial yang dapat mempengaruhi kesehatan bagi perawat dalam 2 bentuk yaitu :
1. Kecelakaan kerja : mengangkat pasien, pekerjaan menyuntik, terpeleset terjatuh, 2. Penyakit akibat kerja : berhubungan dengan kuman yang berasal dari pasien,
antiseptik pada kulit, gas anestesi, cara mengangkat pasien yang salah, radiasi, ketegangan di kamar bedah, pasien gawat darurat dan lain-lain.
Menurut Jusuf 2000, kegiatan rumah sakit tidak saja memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga kemungkinan dampak negatif
berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah infeksius, bahan radioaktif, yang tidak dikelola dengan baik, berisiko terhadap penularan penyakit.
5 Aspek Tugas
Struktur organisasi meliputi aspek tugas, berpengaruh terhadap stress kerja yang dialami oleh perawat yang bekerja di rumah sakit terdiri dari : tuntutan tugas
mencakup: kerja malam, beban kerja, paparan terhadap resiko dan bahaya berpengaruh terhadap stress kerja perawat. Penelitian menunjukkan bahwa shift kerja
malam merupakan sumber utama dan stres bagi para pekerja Monk dan Tepas dalam Munandar, 2001. Aspek tugas perawat merupakan suatu peran yang sangat rumit
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
dan memerlukan suatu pendidikan formal khusus serta penerimaan resmi peran itu sumpah jabatan, perilaku peran perawat merupakan peran timbal balik dimana
dalam memainkan perannya perawat melibatkan interaksi dengan orang lain Maramis, 2006.
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu
setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat pada saat saat tertentu. Munandar, 2001.
Perawat pada saat-saat tertentu dihadapkan dengan desakan waktu yaitu pada saat menghadapi pasien kritis, perawat berinteraksi terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan penyelamatan hidup, hal ini menyebabkan perawat mengalami kombinasi kelelahan fisik, ketegangan otot, dan stress Cox, 1996.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik organisasi yaitu faktor imbalan jasa , lingkungan kerja , pengembangan karir , dan dukungan tim kerja
dan aspek tugas berpengaruh terhadap stres kerja perawat.
2.4. Landasan Teori