Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22,5 perawat merasakan bahwa resiko kerja selalu menjadi penyebab stres. Berdasarkan alasan jawaban yang ditulis
responden diketahui bahwa risiko kerja perawat juga merupakan sumber stres, karena perawat harus berhadapan dengan orang sakit dan keluarga pasien setiap hari, tidak
adanya ruang isolasi atau perlakuan khusus bagi pasien-pasien yang menderita penyakit menular dirasakan perawat juga menjadi sumber stres kerja bagi perawat,
karena perawat mengetahui bahwa makin sering terpapar dengan kuman penyakit maka kemungkinan untuk tertular semakin besar. Disamping itu perawat juga
berisiko untuk menjadi sasaran kemarahan pasien dan keluarganya yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Perawat juga mengemukakan bahwa setiap
pekerjaannya berisiko untuk mencederai dirinya sendiri apabila dilakukan kurang hati-hati.
Berdasarkan alasan jawaban yang dituliskan responden juga diketahui bahwa untuk mengurangi risiko kerja perawat, hal-hal yang dapat dilakukan, antara lain :
penyediaan alat perlindungan diri bagi perawat, pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi perawat, pemenuhan asupan gizi yang cukup sehingga perawat memiliki
daya tahan tubuh yang tinggi.
5.4. Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Stres Kerja Perawat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengembangan karir menjadi stressor kategori rendah dan sedang adalah sama masing-masing 30,5, sedangkan
stressor dari pengembangan karir yang sangat tinggi hanya 5,3.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Indikator pengembangan karir menunjukkan bahwa rumah sakit dalam mempekerjakan perawat kadang-kadang tidak sesuai dengan kompetensi yang
dimilikinya, sehingga terkadang menjadi stressor kerja, dalam penelitian ditemukan 49,0 perawat menyatakan kadang-kadang kompetensi tidak sesuai dengan
pekerjaan menjadi stressor kerja. Selain itu 24,5 responden mengatakan bahwa proses kenaikan pangkat sering menjadi stressor kerja. Hal ini disebabkan kenaikan
pangkat merupakan suatu kebutuhan bagi perawat berstatus Pegawai Negeri Sipil, tetapi proses pengurusan kepangkatan tersebut membutuhkan waktu yang lama
sehingga menjadi penyebab stres kerja perawat. Tingkat stressor dari pengembangan karir, memberikan kontribusi terhadap
proses terjadinya stress kerja perawat. Hal ini didukung oleh uji regresi linear berganda bahwa ada pengaruh pengembangan karir dengan stress kerja perawat di
RSU dr. pirngadi dengan besarnya pengaruh sebesar 0,180, artinya bila stressor pengembangan karir dinaikkan sebanyak 1 point maka stres kerja akan meningkat
sebesar 0,180. Meskipun secara statistik persentase kontribusi tersebut kecil, namun dalam waktu yang lama akan berdampak besar terhadap terjadinya stress kerja
perawat. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Suryani 2003 yaitu
peluang peningkatan karir yang rendah dirasakan menyebabkan kelelahan mental bagi perawat. Demikian juga dengan penelitian Bailey 1980, yang mengatakan
bahwa isu karir merupakan sumber stres kerja bagi perawat.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Selain itu pertimbangan angka kredit perawat juga menjadi faktor penting mencetus terjadinya stress kerja, karena dengan angka kredit sulit untuk memenuhi
persyaratannya, karena seluruh kegiatan perawat harus tercatat, sementara itu perawat kurang menyenangi pekerjaan tulis menulis. Disamping itu dalam
pengurusan kenaikan pangkat perawat harus mengeluarkan biaya walaupun sudah mempersiapkan angka kredit dengan baik.
Untuk peningkatan keahlian dirasakan menjadi sumber stres karena kesempatan untuk mengikuti pelatihan hanya didapatkan oleh sebagian perawat,
jumlah pelatihan yang dilakukan sedikit. Kesempatan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi terbuka
bagi setiap perawat, namun demikian kesempatan ini tidak dapat dimanfaatkan oleh sebagian perawat karena biaya pendidikan harus ditanggung oleh masing-masing
perawat, sehingga keinginan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang lebih tinggi dirasakan sebagai sumber stres karena tidak dapat diwujudkan sebagian perawat
berhubung keterbatasan dana yang dimiliki. Perawat juga merasakan bahwa kesempatan untuk mengikuti pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi menjadi beban karena perawat yang mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan biaya sendiri dituntut juga harus bekerja seperti
biasa di rumah sakit. Hal ini menyebabkan perawat memikul beban kerja yang sangat tinggi karena disamping beban kerja yang ada di rumah sakit, perawat juga harus
dibebani dengan tugas-tugas kuliah.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Informasi karir kurang terbuka dan bila perawat akan naik pangkat harus mendatangi bagian personalia. Kenaikan pangkat juga tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku bagi pegawai fungsional karena kenaikan pangkat perawat paling cepat 3 tahun sekali, sedangkan menurut ketentuan kenaikan pangkat pegawai fungsional 1
kali 2 tahun. 5.5. Pengaruh Tim Kerja terhadap Stres Kerja Perawat
Hasil penelitian menunjukkan 51,7 responden mengatakan bahwa tim kerja termasuk stressor kategori rendah. Hal ini tercermin dari 47,0 responden
mengatakan bahwa kadang-kadang hubungan dengan rekan kerja menjadi stressor kerja. Selain itu juga terdapat 51,7 hubungan dengan atasan kadang-kadang juga
memberikan kontribusi terhadap stress kerja perawat. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa tim kerja mempunyai
pengaruh signifikan terhadap stress kerja perawat di Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan, dan dilihat dari nilai = 0,229, menunjukkan bahwa bila stressor tim kerja
dinaikkan sebanyak satu point maka stres kerja akan meningkat sebesar 0,229. Hasil penelitian ini selaras dengan pendapat ahli antara lain Bailey 1980,
Graytoft dan Anderson 1981, yang menyatakan bahwa konflik dengan dokter, kurangnya dukungan terhadap staf, konflik dengan perawat lain, kesulitan
berhubungan dengan perawat lain, dan staf medis merupakan sumber stres bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya.
Asyiah Simanjorang : Pengaruh Karakteristik Organisasi Terhadap Stress Kerja Perawat Di RSU Dr. Pirngadi Medan, 2008
USU Repository © 2008
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dalam melaksanakan pekerjaanya, terutama pada saat pasien dalam keadaan kritis perawat selalu merasa tertekan bila
tim kesehatan lain terutama dokter tidak ada di tempat, sulitnya menghubungi dokter juga dirasakan sebagai tekanan oleh perawat. Hubungan perawat dengan rekan kerja
baik, hubungan dengan atasan sangat baik dan perawat merasa sangat didukung oleh atasan dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.
5.6. Pengaruh Aspek Tugas terhadap Stres Kerja Perawat