Pola Hubungan Kerjasama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi

99 perekrutan pegawai juga diumumkan di Koran. Sehingga perekrutan pegawai tersebut juga terbuka secara umum bagi seluruh masyarakat. PDAM Tirtanadi juga telah melakukan persiapan di bidang pelayanan publik yang juga merupakan langkah untuk mewujudkan visi PDAM Tirtanadi, seperti yang dikatakan oleh Bapak Ir. Hamdani Siregar, yaitu : “Dari awal PDAM Tirtanadi sudah menyiapkan diri apabila sewaktu-waktu dilakukan privatisasi air seperti yang selama ini terdengar di beberapa Negara, misalnya PDAM Tirtanadi telah menyiapkan diri dengan adanya penerapan standar ISO untuk mutu pelayanan,…” Dengan penerapan standar mutu ISO 9001 : 2001 untuk sertifikasi instalasi pelayanan pada beberapa wilayah pelayanan PDAM Tirtanadi. Ini berarti bahwa PDAM Tirtanadi telah menerapkan standar internasional untuk mutu pelayanan publiknya. Dan melalui penerapan standar mutu ISO 9001 : 2001 ini, PDAM Tirtanadi telah mendapatkan 2 dua kali penghargaan untuk kualitas pelayanan publiknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PDAM Tirtanadi telah melakukan persiapan awal untuk menghadapi Privatisasi Air dengan berbagai kebijakan dalam pelayanan publik yang telah diterapkan oleh PDAM Tirtanadi dalam visi dan misi yang menjadi koridor kegiatan operasional PDAM Tirtanadi. Sehingga dengan inovasi-inovasi dibidang pelayanan publik tersebut serta penerapan standar internasional dalam mutu pelayanan mereka, maka PDAM Tirtanadi dapat dikatakan siap menghadapi Privatisasi Air.

V.2 Pola Hubungan Kerjasama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi

Privatisasi Air pada dasarnya telah dilakukan oleh PDAM Tirtanadi sejak tahun 1999 dengan adanya kerjasama yang mereka lakukan baik dengan Universitas Sumatera Utara 100 Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Tingkat II maupun kerjasama yang mereka lakukan dengan pihak swasta asing. Namun, pegawai PDAM Tirtanadi tidak menyadari bahkan tidak mengetahui bahwa Perusahaan tempat mereka bekerja selama ini telah melakukan Privatisasi Air. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket kepada 10 sepuluh orang pegawai PDAM Tirtanadi dimana 6 enam orang 60 responden tidak mengetahui bahwa PDAM Tirtanadi telah melakukan Privatisasi Air dengan alasan privatisasi belum dilaksanakan dan tidak mengetahui karena tidak bekerja di bagian tersebut. Sedangkan 3 tiga orang 30 responden menyatakan bahwa mereka mengetahui PDAM Tirtanadi telah melakukan Privatisasi Air dengan alasan telah melakukan kerjasama dengan pihak asing yaitu Prancis dan Belanda dengan pola BOT dan ROT dalam bentuk kerjasama penyediaan sarana air bersih. Sedangkan 1 orang 10 responden tidak menjawab dengan alasan Privatisasi Air belum ada dilaksanakan oleh PDAM Tirtanadi. Disamping itu pula, seperti yang dinyatakan oleh Bapak Ir. Hamdani Siregar yang merupakan Kepala Divisi Kerjasama pada PDAM Tirtanadi bahwa : “Privatisasi itu setahu Saya adalah penjualan saham milik Perusahaan Pemerintah kepada pihak swasta dan pemerintah dengan demikian telah lepas tangan, tetapi kalau PDAM Tirtanadi saham sepenuhnya masih dipegang oleh pemerintah, dimana Gubernur sebagai pemilik PDAM Tirtanadi. Jadi kalau dikatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk Privatisasi Air tampaknya tidak sesuai karena bagaimana pun pemilik dari PDAM tidak melakukan penjualan saham”. padahal pola kerjasama yang diterapkan oleh PDAM Tirtanadi merupakan bentuk Konsesi BOT Built – Operate – Transfer dan ROT Rehabilited – Operate – Transfer yang merupakan penerapan Privatisasi Air dengan model Perancis, dimana asset sepenuhnya tetap dimiliki oleh Negara disamping peran swasta Universitas Sumatera Utara 101 dalam bidang pembiayaan. Bentuk kontrak BOT sering dipergunakan karena bentuk ini mengoptimalkan kerja dari Perusahaan Publik yang menjadi operator air. Karena dalam BOT peran swasta disamping sebagai investor, juga dapat berperan mengoperasikan serta ikut serta dalam kegiatan operasional dan manajerial operator publik. Sehingga Perusahaan Operator Publik dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas pada masyarakat. . Hal itu dapat dilihat dari pola kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi yang juga dikuatkan dengan adanya Peraturan Pemerintah yang memperbolehkan Perusahaan Milik Pemerintah untuk melakukan swastanisasi dengan jalan membuka peluang investasi bagi investor asing melalui Kerjasama Manajerial KSM sehingga PDAM Tirtanadi yang kala itu mengalami kesulitan untuk membangun jaringan instalasi perpipaan untuk meningkatkan debit air di beberapa daerah yang belum terjangkau yang disebabkan karena dari sisi keuangan PDAM Tirtanadi tidak memiliki dana yang besar setelah krisis moneter melanda Indonesia dimana hutang PDAM Tirtanadi pada saat itu sudah cukup banyak sehingga tidak lagi diperbolehkan untuk melakukan pinjaman oleh Pemerintah Daerah sedangkan tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan menjangkau daerah terpencil semakin besar yang pada akhirnya PDAM Tirtanadi mengambil keputusan untuk menjangkau daerah terpencil dan mengoptimalkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan publik dengan cara membuka jalan bagi pihak investor. Kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dengan pihak Prancis menghasilkan PT. Tirta Lyonnaise dan dengan pihak Belanda menghasilkan PT. Tirta Sumut. Universitas Sumatera Utara 102 Selain membuka jalan bagi pihak investor, PDAM Tirtanadi juga melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota Tingkat II di beberapa wilayah di Sumatera Utara dengan pola Kerjasama Operasional KSO dimana kerjasama tersebut juga dilakukan atas dasar untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pada Perusahaan Daerah Air Minum milik Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota tingkat II tersebut, yang mana pada saat itu kondisi PDAM Tirtanadi adalah sebagai PDAM yang tergolong sehat sehingga dilakukan perjanjian kerjasama. Dengan demikian bentuk kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi adalah bentuk alternatif Privatisasi Air Kemitraan Negara – Umum PuPs. Adapun alasan dikatakan demikian adalah bahwa bentuk kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi terutama Kerjasama Manajerial yang selama ini berlangsung adalah karena adanya kesamaan karakteristik pelaksanaan Kerjasama Manajerial dan Kerjasama Operasional yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Kota Tingkat II maupun dengan pihak swasta asing yaitu Belanda dan Prancis dengan teoritis bentuk alternatif Privatisasi Air. Karakteristik tersebut secara teoritis adalah adanya kerjasama yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Milik Pemerintah Publik dengan pihak Perusahaan Umum Swasta Perusahaan lain selain Perusahaan Milik Pemerintah yang bersangkutan, kesamaan tersebut dapat dilihat pada pola kerjasama PDAM Tirtanadi di bawah : Universitas Sumatera Utara 103 Universitas Sumatera Utara 104 Adapun perbedaan dari Kerjasama Operasional KSO dan Kerjasama Manajerial KSM yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel V.1.1 Perbedaan Kerjasama Operasional KSO dengan Kerjasama Manajerial KSM. NO Kerjasama Operasional KSO Kerjasama Manajerial KSM 1 2. 3. 4. 5. 6. Dilakukan dengan Pemkab Pemko. Bentuk kerjasama ROT Rehabilited – Operate – Transfer Jangka waktu kerjasama 25 tahun. Berperan sebagai operator dan distributor. Sebagai pelaksana Operasional dan manajerial. Tidak ada pembagian saham. Dilakukan dengan swasta asing. Bentuk kerjasama BOT Built – Operate – Transfer dan ROT Rehabilited – Operate – Transfer. Jangka waktu kerjasama dengan pihak Prancis 25 tahun, dan dengan Belanda 15 tahun. Berperan sebagai distributor. Hanya sebagai pengawas. Terdapat pembagian saham. Disamping PDAM Tirtanadi melakukan bentuk alternatif Privatisasi Air Kemitraan Negara – Umum PuPs, PDAM Tirtandi juga telah menerapkan Manajemen Publik dengan Kontrol Keras dari Masyarakat dengan menyertakan Dewan pengawas dalam struktur organisasi mereka yang mana peran dari Dewan Universitas Sumatera Utara 105 Pengawas tersebut adalah untuk melakukan pengawasan setiap kegiatan operasional dan manajerial. Walaupun Dewan Pengawas yang ada pada struktur organisasi PDAM Tirtanadi merupakan wakil dari Pemerintah Daerah sebagai pemilik dalam hal ini adalah Gubernur dan adalah orang-orang yang dipilih oleh Gubernur sendiri sehingga tampaknya untuk pro kepada masyarakat tidak dapat terjadi dengan sangat ideal. Sehingga dapat dikatakan bahwa PDAM Tirtanadi telah siap menghadapi Privatisasi Air karena PDAM Tirtanadi telah melakukan langkah awal melalui alternatif Privatisasi Air dengan melakukan Kerjasama Operasional maupun Manajerial. Hal ini pun terbukti dengan keoptimisan pegawai PDAM Tirtanadi mengenai keberhasilan PDAM Tirtanadi melalui langkah kerjasama yang telah mereka lakukan selama kurang lebih 9 tahun yang menyatakan bahwa 9 orang 90 responden optimis pola kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dapat membawa kesuksesan menghadapi Privatisasi Air dengan dari data yang dilihat selama ini di Divisi Kerjasama Manajerial KSM mengarah positif. Selain itu, kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi juga membawa progress di bidang keuangan, Sumber Daya Manusia serta pelayanan publik. Dalam hubungannya dengan Kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Kota Tingkat II, pelaksanaan Privatisasi Air ada 5 lima alasan yang dapat dikemukakan www.wikipedia.com, 17 November 2007, yang terdapat kesesuaian dengan keadaan realita pada PDAM Tirtanadi antara lain : Universitas Sumatera Utara 106

1. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air di suatu daerah wilayah;

Berdasarkan pernyataan Bapak Ir. Hamdani Siregar bahwa alasan melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Tingkat II adalah : “…,karena pada saat itu kualitas pelayanan PDAM Pemkab dan Pemko tersebut tidak baik sehingga sebagai PDAM yang sehat, Tirtanadi didaulat untuk mengambil alih operasional PDAM tersebut untuk meningkatkan kualitasnya karena pada saat itu PDAM tersebut kesulitan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya”. sedangkan alasan dilakukannya kerjasama manajerial antara pihak PDAM Tirtanadi dengan pihak swasta asing adalah : “…,pada masa itu PDAM Tirtanadi kekurangan debit air di beberapa wilayah yang disebabkan oleh pertambahan penduduk yang signifikan sehingga dicarilah investor yang dapat berinvestasi untuk pembangunan instalasi air untuk meningkatkan debit air”. Dengan demikian diketahui bahwa dasar pelaksanaan privatisasi Air yang dilakukan oleh PDAM Tirtandi adalah untuk meningkatkan kualitas air di wilayah yang pada saat itu kondisinya memprihatinkan karena tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. Dan setelah dilakukannya Privatisasi Air melalui kerjasama tersebut, peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas air untuk pelayanan publik dapat tercapai yang terbukti dengan meningkatnya debit air pada PT. Tirta Sumut dari 80 liter per detik menjadi 120 liter per detik disamping adanya peningkatan keuangan pada PDAM milik Pemerintah kabupaten dan Pemerintah Kota Tingkat II yang bekerjasama dengan PDAM Tirtanadi. Universitas Sumatera Utara 107

2. Kebutuhan investasi untuk membiayai kegiatan operasional;

Dengan terbukanya kesempatan pihak swasta untuk melakukan investasi, maka dengan demikian PDAM Tirtanadi sekaligus memenuhi kebutuhan pembiayaan operasional melalui investasi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Bapak Parlindungan Siregar, Se bahwa : “…dengan adanya pihak lain yang melakukan investasi pada PDAM Tirtanadi dalam hal pembangunan instalasi air maka PDAM Tirtanadi yang awalnya tidak dapat menjangkau beberapa daerah pinggiran atau adanya pembatasan-pembatasan wilayah pelayanan maka dengan itu peluang untuk menjangkau daerah pinggiran tersebut dan menghilangkan batas wilayah pelayanan akan terealisasi dengan tidak membutuhkan biaya yang besar sehingga dana yang awalnya untuk pembangunan instalasi dapat dialokasikan untuk program lainnya misalnya untuk membayar hutang”. Dengan demikian diketahui bahwa benar adanya PDAM Tirtanadi membuka peluang investasi tersebut bagi pihak swasta asing yaitu pihak Belanda maupun Prancis dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan kegiatan operasional PDAM Tirtanadi yang cukup besar, dimana PDAM Tirtanadi sendiri mengalami kesulitan untuk melakukan pembiayaan publiknya. Namun dengan adanya pelaksanaan Privatisasi Air tersebut melalui terbukanya peluang investasi tersebut PDAM Tirtandi dapat memenuhi kebutuhan operasional.

3. Memenuhi kebutuhan yang bersifat teknis;

Dengan adanya penanaman modal yang dilakukan oleh pihak swasta asing melalui Kerjasama Manajerial KSM maka pengalokasian dana yang semestinya untuk membangun instalasi air dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat teknis, sehingga melalui kerjasama tersebut baik pembangunan instalasi air maupun kegiatan teknis lainnya dapat Universitas Sumatera Utara 108 dilaksanakan secara seimbang sehingga pelayanan publik dapat tercapai dengan optimal.

4. Berkonsentrasi kepada keefisiensian;

Efisien bermakna tepat sasaran, sehingga kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi pada dasarnya berkonsentrasi pada pelayanan yang tepat sasaran. Hal ini dapat dilihat melalui investasi pihak swasta asing tersebut, maka PDAM Tirtanadi dapat melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih di daerah yang dulunya tidak dapat di jangkau oleh PDAM Tirtanadi karena keterbatasan dana untuk pembangunan instalasi. Dengan adanya investasi dari pihak asing tersebut, maka daerah yang dulunya tidak terjangkau dapat dilayani dengan tanpa mengeluarkan biaya yang besar karena segala kegiatan operasional ditangani melalui sistem investasi oleh pihak asing dalam Kerjasama Manajerial. Sedangkan melalui Kerjasama Operasional, PDAM Tirtanadi dapat menghilangkan batas-batas yang dulunya sulit untuk ditembus yang disebabkan oleh wilayah pelayanan yang terbatas oleh batas daerah kini tidak menjadi hambatan karena dengan adanya kerjasama dengan pihak Pemerintah Kabupaten Kota Tingkat II tersebut, maka PDAM Tirtanadi sebagai pengelola operasional sekaligus manajerial akan melayani daerah tersebut. Sehingga jelaslah bahwa kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh pihak PDAM Tirtanadi dengan Pmerintah Kabupaten Kota Tingkat II berorientasi pada keefisienan.

5. Keuntungan.

Melalui kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi baik berupa kerjasama operasional maupun kerjasama manajerial, keduanya dapat Universitas Sumatera Utara 109 memberikan keuntungan bagi PDAM Tirtanadi, pihak kerjasama maupun masyarakat baik dari sisi keuangan, SDM, maupun dari sisi pelayanan publiknya.

V.3 Kesiapan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menghadapi Privatisasi Air