PRIVATISASI AIR KERANGKA TEORI

9

I.5.1 PRIVATISASI AIR

Privatisasi pada dasarnya merupakan produk dari Negara Barat, dimana dikenal melalui teori Neoliberalisme yang dipelopori oleh Adam Smith. Neoliberalisme menyatakan bahwa pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki-dikelola pemerintah. Privatisasi istilah lain: denasionalisasi adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik pribadi. Privatisasi sering diasosiasikan dengan perusahaan berorientasi jasa atau industri, seperti pertambangan, manufaktur atau energi, meski dapat pula diterapkan pada aset apa saja, seperti tanah, jalan, atau bahkan air. Pada dasarnya, privatisasi diharapkan akan menjadi jalan untuk efisiensi perusahaan, menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, mendukung transfer teknologi, mempermudah akses pasar global, mendorong budaya kerja, meningkatkan kualitas barang dan jasa serta meningkatkan iklim kompetisi usaha. Disamping itu hakikat dari privatisasi adalah menciptakan iklim ekonomi persaingan bebas. Dengan kata lain agenda privatisasi sesungguhnya lebih dimaksud sebagai usaha untuk menata ulang struktur ekonomi suatu negara guna melicinkan jalan bagi agenda neoliberal global sebagai jaminan keamanan bagi investasi mereka di Negara-negara tempat tujuan investasi mereka di masa yang akan datang http:www.wikipedia.com, 17 November 2007 . Privatisasi sendiri tidak terlepas dari adanya upaya utuk melakukan peningkatan pelayanan publik oleh pemerintah. Dimana pengertian pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Universitas Sumatera Utara 10 penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Pamudji 1990 : 89 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah bentuk perbuatan yang dilakukan pemerintah kepada masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan tujuan mencapai kesejahteraan warga Negara. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan umum yaitu perbuatan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tuntutan masyarakat. Privatisasi yang memfokuskan pada perusahaan yang berorientasi pada jasa atau industri dan tidak terkecuali pada tanah, jalan, atau bahkan air dan yang sangat berhubungan erat dengan pelayanan publik seirama dengan yang dinyatakan oleh Ilo Kumorotomo : 1992 : 87 bahwa ada 2 elemen kebutuhan pokok masyarakat yang menjadi fokus pelayanan publik oleh pemerintah yaitu : a. Persyaratan minimal keluarga untuk konsumsi sendiri antara lain terdiri dari kebutuhan pangan, pakaian, dan perlindungan. b. Layanan esensial adalah layanan yang mendasar yang sebagian besar disediakan untuk masyarakat seperti air minum, sanitasi, transportasi umum, fasilitas kesehatan dan pendidikan. Disamping itu privatisasi juga tidak terlepas dari upaya untuk menciptakan iklim pelayanan publik berkualitas yang di dalamnya terdapat unsur Good Corporate Governance. World Bank memberikan definisi Good Corporate Governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik Universitas Sumatera Utara 11 secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha di dalam suatu perusahaan. Dengan dalih upaya peningkatan pelayanan publik di perusahan milik Negara dan daerah pemerintah Indonesia pun kemudian mengesahkan Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005. Yang mana di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 dapat dilihat pengertian dari Privatisasi Air di Indonesia secara tersirat. Pengertian tersebut dapat dilihat melalui Pasal 40 ayat 4 yang menyatakan bahwa Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Disamping itu, sebagai peraturan pendukung dari Undang-Undang No. 7 2004 tersebut pemerintah membuat Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 yang juga menyiratkan akan privatisasi air. Pada pasal 64 ayat 4 PP No. 16 2005 yang menyebutkan bahwa 1 Badan Usaha Swasta dan Koperasi dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM pada daerah, wilayah atau kawasan yang belum terjangkau pelayanan BUMDBUMN. Selanjutnya pada ayat 3 pasal yang sama disebutkan pelibatan Koperasi dan Badan Usaha Swasta dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui proses pelelangan. Kemudian ayat 4 menyebutkan pelelangan mencakup seluruh atau sebagian tahapan penyelenggaraan pengembangan. Dari kedua dasar hukum tersebut dapat dilihat secara jelas bahwa pemerintah Indonesia membuka peluang bagi pihak swasta untuk turut serta mengelola sektor air di Indonesia bersama perusahaan Negara maupun Daerah Indonesia. Dan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Universitas Sumatera Utara 12 294PRTM2005 tentang Badan Pendukung SPAM menambah penekanan atas disahkannya Privatisasi Air di Indonesia karena pada Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tersebut Privatisasi Air juga bermakna adanya pengusahaan sumber daya air. Pengusahaan sumber daya air merupakan salah satu lingkup dari pendayagunaan sumber daya air, dengan maksud sebagai suatu upaya pemanfaatan sumber daya air untuk tujuan usaha dan atau menunjang kegiatan usaha. Istilah usaha dimaksudkan untuk menggolongkan pemanfaatan sumber daya air sebagai salah satu unsur utama, media utama, atau sebagai bahan baku dalam suatu kegiatan usaha, sedang pengertian “menunjang kegiatan usaha” adalah pemanfaatan sumber daya air sebagai media atau bahan pembantu dalam suatu kegiatan usaha atau proses produksi. Dalam hal ini istilah “komersial” tidak dikenal dalam RUU SDA. Hal ini disebabkan oleh peran pengusahaan ini hanya sebatas pada penggunaan air di suatu lokasi tertentu, pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu, dan atau pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perizinan. Pada dasarnya ada dua model dari privatisasi air, model itu dikenal dengan sebutan “Model Belanda” serta “Model Perancis” Http:www.jubileesouth.org, 21 Juli 2007. Dikatakan Model Belanda adalah karena melalui privatisasi air, perusahaan menjual semua asset yang ada termasuk di dalamnya air, jaringan Universitas Sumatera Utara 13 sanitasi, perawatan tanaman hijau dan lain sebagainya dan tak terkecuali asset untuk kegiatan operasional. Sedangkan Model Perancis, asset sepenuhnya tetap dimiliki oleh Negara disamping peran swasta dalam bidang pembiayaan. Dan untuk menjaga asset publik dalam pelaksanaan operasional, ada tiga tipe utama yang dapat diterapkan yaitu http:www1.worldbank.org, 21 Juli 2007 : 1. Kontrak Manajemen Management Contract Di bawah operator milik swasta sangat memungkinkan untuk melaksanakan tipe ini, tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan dana biasanya dalam hubungannya dengan hasil kerja. Investasi pada tipe ini biasanya untuk dipergunakan pendanaan dan dikelola oleh sektor publik, tapi dalam pengimplementasiannya dapat didelegasikan seluruhnya kepada pihak swasta. 2. Kontrak Sewa Lease Contract Tipe ini, asset yang ada pada Perusahaan operator publik disewakan kepada Perusahaan swasta, yang mana pembayaran untuk sewa dilakukan sejak pengguna pertama. Investasi pada tipe ini biasanya untuk dipergunakan pendanaan dan dikelola oleh sektor publik, tapi dalam pengimplementasiannya dapat didelegasikan seluruhnya kepada pihak swasta. 3. Konsesi Consession. Suatu sistem dimana adanya suatu perjanjian kerja antara pemerintah dengan pihak swasta dalam bidang perencanaan dan investasi finansial. Perjanjian kerja ini ditentukan dalam periode waktu tertentu Universitas Sumatera Utara 14 yang biasanya berkisar antara 20 dua puluh sampai 30 tiga puluh tahun kedepannya. Konsesi adalah bentuk yang paling lazim diterapkan dalam Privatisasi Air terutama bentuk Konsesi BOT Build-Operate-Transfer. Bentuk kontrak BOT sering dipergunakan karena bentuk ini mengoptimalkan kerja dari Perusahaan Publik yang menjadi operator air. Karena dalam BOT peran swasta disamping sebagai investor, juga dapat berperan mengoperasikan serta ikut serta dalam kegiatan operasional dan manajerial operator publik. Sehingga Perusahaan Operator Publik dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas pada masyarakat. Sedangkan untuk pelaksanaan privatisasi air ada 5 lima alasan yang dapat dikemukakan www.wikipedia.com, 17 November 2007, antara lain : 1. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air di suatu daerah wilayah; 2. Kebutuhan investasi untuk membiayai kegiatan operasional; 3. Memenuhi kebutuhan yang bersifat teknis; 4. Berkonsentrasi kepada keefisiensian; 5. Keuntungan. Di Indonesia sendiri, walaupun sektor swasta telah menjadi bagian dari penyediaan air di Indonesia sejak Tahun 1993, tetapi tidak berarti bahwa penyediaan air di Indonesia menjadi membaik. Dengan melihat keadaan Perusahaan Daerah Air Minum yang membina kerjasama dengan pihak swasta, tidak menunjukkan kenyataan bahwa privatisasi atau bahkan partisipasi sektor swasta Public Sector Participation dapat meningkatkan kinerja Perusahaan Derah Air Minumnya. Oleh karena itu, mencari jalan alternatif dalam privatisasi Universitas Sumatera Utara 15 air di Indonesia adalah langkah yang harus diperhatikan. Beberapa bentuk alternatif yang dapat dilaksanakan untuk Privatisasi Air yaitu Http:www.tni.org, 21 Juli 2007 : 1. Manajemen Publik dengan Kontrol Keras dari Masyarakat Banyak kelemahan dalam penyediaan air yang dilakukan oleh pemerintah, ini merupakan suatu sinyal bahwa hal ini disebabkan oleh lemahnya kontrol dari masyarakat terhadap pemerintah. Oleh karena itu, di beberapa wilayah sudah mulai dikembangkan model penyediaan air perkotaan untuk publik dengan berdasarkan pada kontrol yang besar dari masyarakat. Sebagai contoh, model ini sudah diterapkan di Cape Town, Afrika Selatan dan juga Perkumpulan Kemitraan Publik di Cochabamba Bolivia. Di Indonesia, model ini sangat mungkin diterapkan. Dalam grafik kelembagaan pada Perusahaan Daerah Air Minum biasanya disertakan Badan pengawas yang mana salah satu pesertanya adalah masyarakat sendiri. Sayangnya, mekanisme ini tidak ada atau malah tidak digunakan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat. 2. Kepemilikan dan Manajemen Model ini juga dikenal sebagai fragmentasi fungsional. Di fragmentasi fungsional ini, Pemerintah Daerah hanya membatasi tanggung jawab, dimana fungsi dasar dari pelayanan ini dilaksanakan oleh agen lokal yang mandiri. Satu karakteristik dari fragmentasi fungsional ini yang sepenuhnya sudah diterapkan adalah pemberian pelayanan yang sudah terpisah jauh dari pengaruh politik. Pemberi pelayanan ini harus punya tanggung jawab total untuk persoalan pembiayaan dan penyaluran Universitas Sumatera Utara 16 pelayanan. Melalui model ini, dana yang dikumpulkan oleh Perusahaan Daerah Air Mimum itu sendiri akan menjadi dana intern perusahaan, dan pandapatan ini dipergunakan untuk kepentingan Perusahaan Daerah air Minum itu sendiri. Di Indonesia, walaupun Perusahaan Daerah Air Minum sudah memiliki Perusahaan cabang, dalam pelaksanaannya dana yang didapatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum menjadi dana umum yang dapat dipergunakan untuk berbagai tuntutan yang menjadi permintaan dari Pemerintah Daerah sebagai pemilik dari Perusahaan Daerah Air Minum. 3. Kemitraan Negara – Umum PuPs Model ini secara luas dikampanyekan oleh kelompok-kelompok Non Government Organization NGO sebagai pilihan untuk Privatisasi Air. Banyak laporan menyatakan bahwa model PuPs ini sudah dipegang oleh Indonesia sejak lama. Contoh konkritnya adalah dimana PDAM Tirtanadi Medan telah melakukan kerjasama dengan beberapa PDAM lain di beberapa tempat yang berada di provinsi Sumatera Utara lewat Kerjasama Operasional dan Kemitraan Pimpinan. Pada 17 Juli 1999, PDAM Tirtanadi telah menandatangani perjanjian kemitraan antara PDAM Tirtanadi dengan beberapa PDAM di wilayah Deli Serdang, Simalungun, Toba Samosir, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Nias dan Tapanuli Selatan. Kerjasama Operasional ini akan dikelola selama 25 tahun kedepannya. Bentuk lain dari kemitraan diantara PDAM Tirtanadi dan PDAM lain di berbagai tempat di Provinsi Sumatera Utara adalah Kemitraan Pimpinan seperti yang dilaksanakan dengan PDAM di Labuhan Universitas Sumatera Utara 17 Batu dan Dairi. Selain itu ada pula bentuk Kerjasama yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Medan dengan pihak swasta asing. 4. Himpunan Kerjasama Umum Pada dasarnya, model ini juga merupakan bagian dari model PuPs. Model jenis ini dilaksanakan oleeh PDAM di Solo Jawa Tengah, dimana PDAM Solo membuat prasarana untuk persediaan air bersih mereka kepada masyarakat dalam bentuk hidran air, lalu masyarakat mengelola hidran itu secara besar-besaran. Model ini cukup bermanfaat untuk menolong masyarakat dalam upaya mendapatkan akses untuk air bersih. Maka dapat dibedakan bentuk-bentuk alternatif privatisasi air tersebut melalui ciri-ciri utama pelaksanaan privatisasi air tersebut yaitu : Universitas Sumatera Utara 18 Universitas Sumatera Utara 19 Baratha Wiriantomo Http:www.bpkp.go.id, 2 Juli 2007, menyatakan bahwa Perusahaan Milik Pemerintah yang berkutat di dalam wilayah pelayanan publik esensial harus siap untuk privatisasi mengingat semakin besarnya persaingan di era globalisasi. Setidaknya ada 3 tiga sisi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Milik Pemerintah untuk privatisasi antara lain adalah : 1. Pelayanan Publik Berkualitas : Paradigma baru pelayanan publik saat ini telah berorientasi kepada pengguna layanan warganegara masyarakat, dimana standar pelayanan disusun dan ditetapkan dengan mengakomodir kebutuhan dan harapan pengguna layanan sehingga ukuran keberhasilan pelayanan ditentukan juga oleh kepuasan pengguna layanan. Standar pelayanan yang lazim disebut sebagai citizen’s charter ini merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan pengguna layanan sehingga harus dipublikasikan secara luas agar pengguna layanan mengetahui informasi yang terkait dengan pelayanan yang diperlukan dengan kata lain Perusahaan Milik Negara harus menerapkan standar yang tinggi dalam hal responsibilitas terhadap pengguna layanan dan menerapkan prinsip ekonomis untuk pengenaan biaya pelayanan umum. 2. Penerapan Good Corporate Governance : penerapan Good Corporate Governance dalam Perusahaan Milik pemerintah merupakan harga mati. Penerapan Good Corporate Governance berpengaruh besar terhadap kestabilan kesinambungan kehidupan perusahaan dan kaitannya dengan pelayanan publik. Agenda penerapan Good Corporate Governance adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan, oleh karena itu untuk Universitas Sumatera Utara 20 menjalankan pekerjaan pemerintahan perusahaan yang baik dan bersih berdasarkan atas ketentuan hukum yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan alam pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maka Perusahaan Milik Pemerintah harus menerapkan paling tidak 4 empat prinsip Good Corporate Governance yaitu akuntabilitas, transparansi, efektif dan efisien. 3. Kesiapan Intern Perusahaan : Perusahaan Milik Pemerintah yang akan diprivatisasi harus siap dari sisi intern perusahaan itu sendiri. Kesiapan dari sisi intern perusahaan berguna untuk membangun pilar-pilar kokoh perusahaan agar mampu bersaing dengan pihak ekstern. Kesiapan dari sisi intern ini setidaknya ada 2 dua sisi yang harus dipenuhi antara lain adalah kemampuan untuk pembiayaan kesinambungan perusahaan dan pelayanan publik secara mandiri, disamping pembekalan sumber daya manusia untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas untuk membangun perusahaan baik sisi teknis maupun administratif. Oleh karena itu ada suatu ketertarikan untuk mengupas masalah privatisasi air ini, dimana walaupun pengusahaan sumber daya air tersebut tampaknya sangat pro masyarakat dan badan usaha milik Negara dan daerah sebagai pengelola sektor air tunggal tampaknya hal tersebut tidak berjalan se-ideal dalam teoritis. Di dalam pasal 37 ayat 3 PP No. 16 Tahun 2005 disebutkan bahwa diperbolehkan keterlibatan badan usaha swasta dan atau koperasi atas BUMNBUMD yang tidak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan didaerah layanannya. Berdasarkan atas Peraturan Pemerintah tersebut maka perusahaan asing dapat Universitas Sumatera Utara 21 memasuki intern Perusahaan Air Milik Negara atau daerah yang tidak dapat memenuhi syarat kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Dan hal tersebut sama saja berarti akan ada pelimpahan pengelolaan sektor air milik Negara dan Daerah kepada pihak swasta demi meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik. Dan untuk menjaga agar tidak terjadi penguasaan sektor air oleh pihak swasta maka Perusahaan Air Milik Daerah khususnya haruslah merupakan perusahaan yang kompetitif dan siap bersaing dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance maupun pelayanan publik. Karena pihak swasta yang nantinya akan menjadi pengusaha sektor air merupakan perusahaan multinasional yang artinya perusahaan asing seperti IMF, Bank Dunia atau seperti Bank Pembangunan Asia ADB lah yang akan menjadi pemegang kekuasaan karena privatisasi air sendiri di Indonesia bisa dikatakan merupakan produk dari Negara Barat, dan untuk bersaing dengan perusahaan raksasa seperti mereka, perusahaan air milik Negara harus siap secara matang dalam bidang sumber daya manusia, finansial, manajerial dan dalam hubungan kerjasama dengan pihak ketiga. Di Indonesia seperti halnya yang terjadi pada PDAM Tirtanadi, yang mana kepemilikan sepenuhnya ada Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah telah membuka peluang untuk sektor swasta dalam mengelola sektor air walaupun bahan baku air tetap dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah dimana Pemerintah Daerah memiliki hak untuk menentukan Perusahaan Swasta tersebut layak atau tidak untuk mengelola air di daerah. Disamping itu juga telah jelas adanya bahwa selama ini PDAM Tirtanadi sendiri juga telah melaksanakan salah satu bentuk dari Privatisasi Air itu sendiri yaitu melalui bentuk Kerjasama Universitas Sumatera Utara 22 Manajerial dan bentuk kemitraan lainnya dengan bentuk Kemitraan Umum dan publik PuPs. Namun, PDAM Tirtanadi sendiri tidak menyadari bahwa selama ini kerjasama yang selama ini mereka lakukan adalah bentuk lain dari Privatisasi Air sehingga mereka juga tidak menyadari bahwa pengesahan Privatisasi Air sudah diambang mata wawancara pra penelitian, Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan, 18 September 2007. Untuk itu, sangatlah layak apabila PDAM Tirtanadi sebagai sebuah Perusahaan Air Milik Negara memulai langkah persiapan menuju privatisasi air.

I.6 DEFINISI KONSEP