Sumber Stres Respons Terhadap Stres

2.2 Sumber Stres

Klinic Community Health Centre 2010, menyebutkan ada empat sumber pada manusia yang dapat menyebabkan stres, yaitu : 2.2.1 Lingkungan Lingkungan dapat menganggu dengan kuat dan menuntut banyak persaingan. Contoh stresor lingkungan: cuaca, kebisingan, kepadatan, polusi, lalu lintas, dan kejahatan Klinic Community Health Centre, 2010. Kondisi lingkungan seperti yang telah disebutkan, sangat menggangu kehidupan seseorang yang berpotensi menimbulkan stres Sarafino, 2006. 2.2.2 Stresor sosial Kita dapat mengalami stres yang timbul dari beberapa tuntutan peran sosial yang berbeda kita tempati, seperti orang tua, pasangan, saudara karyawan. Contoh stres sosial: masalah keuangan, masalah pekerjaan, perselisihan, tuntutan atas waktu dan perhatian, perceraian, kehilangan orang yang dicintai Klinic Community Health Centre, 2010. 2.2.3 Fisiologis Merupakan situasi dan kondisi yang berasal dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi tubuh dan dapat menimbulkan stres Sarafino, 2006. Contoh stres fisiologis pertumbuhan yang cepat dari remaja, menopause, penyakit, penuaan, melahirkan, kecelakaan, kurang olahraga, gizi buruk, dan gangguan tidur Klinic Community Health Centre, 2010. Universitas Sumatera Utara 2.2.4 Pikiran Otak dapat menafsirkan dan merasakan situasi yang kita alami seperti stres, kesulitan, nyeri, bahkan sesuatu yang menyenangkan. Beberapa situasi dalam hidup dapat memicu adanya stres, tetapi pikiran dapat menentukan situasi mana yang dapat menimbulkan masalah atau tidak Klinic Community Health Centre, 2010.

2.3 Respons Terhadap Stres

Ketika otak merasakan bahwa situasi tertentu akan menjadi stres, otak akan mengirimkan “alarm” pesan melalui saraf. Hormon untuk mempersiapkan tubuh untuk melawan atau menghindari. Adaptasi fisiologis tubuh terhadap stres adalah mempertahankan tubuh dalam keadaan seimbang. Mekanisme utama untuk mengontrol stresor adalah medula oblongata, formasi retikular, dan kelenjar hipofisis Potter Perry, 2005. Tanda dan gejala seseorang yang mengalami stres antara lain cemas, khawatir, panik, kesedihan bahkan depresi dan tertekan. Orang-orang yang mengalami stres juga mengalami kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan. Gejala fisik yang mungkin timbul meliputi masalah pada saluran cerna, sakit kepala, nyeri dada, alergi, dan asma. Stres juga mempengaruhi kehidupan seseorang untuk terlalu banyak makan atau terlalu sedikit makan. Merokok, minum, alcohol bahkan memakai narkoba adalah dampak dari stres American Psychological Ascociation, 2009. Universitas Sumatera Utara Menurut Potter dan Perry 2005 ada dua respon stres, yaitu : 2.3.1 Respon Fisiologis Dr. Walter B. Cannon 1987 seorang psikolog yang memperkenalkan respon stres “fight or flight response” sebagai respon tubuh untuk menghadapi ancaman bahaya Klinic Community Health Centre, 2010. Selanjutnya Selye 1946, 1976 dalam Potter Perry 2005 menyatakan ada dua respon fisiologi terhadap stres yaitu : a. Local Adaptation Syndrome LAS. LAS merupakan respon dari jaringan, organ atau bagian tubuh yang mengalami stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, repon terhadap tekanan dan respon terhadap cahaya Potter Perry, 2005. Ada dua jenis respon setempat : pertama yaitu, respon refleks nyeri, merupakan respon sistem saraf pusat terhadap nyeri dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Contoh : menghindarkan tangan dari tusukan jarum, keram otot. Kedua yaitu respon inflamasi, merupakan respon yang di stimulasi oleh infeksi atau trauma. Respon ini menghambat inflamasi dan meningkatkan penyembuhan Potter Perry, 2005. b. General Adaptation Syndrome GAS. Merupakan respon fisiologis seluruh tubuh terhadap stres, melibatkan sistem tubuh terutama sistem saraf dan endokrin Potter Perry, 2005. Selye 1946, dalam Feist Rosenberg, 2010 menyebutkan bahwa Universitas Sumatera Utara GAS adalah jumlah dari semua nonspesifik, reaksi sistemik dari tubuh yang mana terjadi setelah lama terrpapar oleh stres. GAS terdiri atas tiga tahap reaksi yaitu reaksi alarm, tahap resisten, dan tahap kehabisan tenaga Potter Perry, 2005. Pertama yaitu reaksi alarm alarm reaction; terjadi ketika tubuh tanggap terhadap ancaman lingkungan yang mempengarui hipotalamus, hipofisis, sistem saraf simpatis dan medula adrenal. Hal ini mempersiapkan tubuh untuk melakukan respon “fight or flight” Feist Brannon, 2007. Aktivitas saraf simpatis yang meningkat dalam tubuh menimbulkan banyak perubahan fisiologis dalam tubuh seperti frekuensi jantung meningkat, metabolisme meningkat, peningkatan frekuensi pernafasan, dan sebagainya. Reaksi alarm ini dapat terjadi selama beberapa menit sampai jam, namun jika stresor menetap akan berkembang ke tahap yang kedua Potter Perry, 2005. Tahap yang kedua yaitu tahap resisten resistance stage, pada tahap ini tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan drah dan yang lainnya kembali ke keadaan normal Potter Perry, 2005. Selama tahap ini seseorang akan menunjukkan perilaku yang normal, namun fisiologis di dalam tubuh terganggu. Stres yang berkepanjangan dalam tahap ini berpotensi menimbulkan penyakit Feist Brannon, 2007. Universitas Sumatera Utara Ketidakberhasilan mengatasi stres pada tahap kedua, maka tubuh akan memasuki tahap yang ketiga. Tahap ketiga yaitu kehabisan tenaga exhaustion stage, yaitu ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energi yang diperlukan sudah menipis. Tubuh tidak mampu mempertahankan diri terhadap stresor, dan jika berkepanjangan dapat berakibat fatal karena tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stresorPotter Perry,2005; Feist Rosenberg, 2010. 2.3.2 Respon Psikologis Respon psikologis dapat menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan Kline-Leidy, 1990 dalam Potter Perry, 2005. Perilaku ini dapat mempengaruhi seseorang untuk memecahkan masalah, berorientasi pada realitas, serta menghadapi situasi yang berat dalam kehidupan Potter Perry, 2005. Stres fisik dan psikologis, yang terjadi secara terus -menerus dapat mengakibatkan kemarahan terhadap diri sendiri bahkan bagi orang lain serta sangat menggangu kehidupan sehari hari, oleh karena itu, diperlukan pengelolaan nyeri dan pengelolaan stres akibat nyeri secara bersamaan American Psychological Association, 2011.

2.4 Pengukuran Stres