Latar Belakang Hubungan Intensitas Nyeri dengan Stres pada Pasien Osteoartritis di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia dengan gangguan pada sendi, yang bersifat kronik, progresif lambat, tidak meradang dan ditandai dengan deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian Price Wilson, 2002. Osteoartritis merupakan kelainan sendi yang sering ditemukan dan sering menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Osteoartritis biasanya dikaitkan dengan pertambahan usia dan umumnya mengenai lutut, sendi-sendi di tangan, pinggul dan tulang belakang Nevitt et al.,2011. WHO memperkirakan bahwa 10 penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih mempunyai masalah osteoartritis WHO Scientific Group, 2003. Soeroso et al.,2006 menyatakan bahwa prevalensi osteoartritis radiologis di Indionesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5 pada pria, dan 12.7 pada wanita dan diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoartritis. Angka ini juga akan semakin bertambah karena senakin banyaknya populasi yang berumur tua. Berdasarkan survey awal oleh peneliti, didapatkan data dari RSUP. H Adam Malik Medan, selama tahun 2011 terdapat 147 pasien osteoartritis yang didata dari bulan Januari hingga Desember 2011. Data tersebut menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara pasien osteoartritis lebih banyak mencari pengobatan di poliklinik penyakit dalam, divisi reumatologi dengan melakukan rawat jalan daripada rawat inap. Pada umumnya laki-laki dan wanita sama-sama dapat terkena penyakit ini, namun prevalensinya lebih banyak pada wanita yang telah mengalami menopause dengan perbandingan 4:1 Ardhiani, 2008. Selain jenis kelamin wanita, faktor resiko yang dapat menimbulkan osteoartritis adalah usia tua, obesitas, riwayat penyakit inflamasi pada sendi, trauma pada sendi, dan pekerjaan Mansjoer et al.,2001. Sebagaimana halnya dengan penyakit reumatik pada umumnya, maka keluhan pasien osteoartritis meliputi nyeri, nyeri tekan, pembengkakan sendi, dan pembengkakan tulang Maharani, 2007. Gejala klinis yang lain yaitu terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku sendi dan krepitasi tulang Mansjoer et al.,2001 Sendi yang paling sering terserang osteoartritis adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal, serta dapat juga terjadi pada sendi-sendi pada jari Price Wilson, 2002. Asmadi 2008 menyatakan bahwa nyeri adalah sensasi yang rumit, unik, universal, individual, yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun secara emosional yang berhubungan dengan adanya kerusakan suatu jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya menggangu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Gejala utama penyakit osteoartritis ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, dan meningkat pada waktu bergerak. Nyeri umumnya timbul secara perlahan-lahan; mula-mula sendi akan terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri dan berkurang pada waktu istirahat Mansjoer et al.,2001. Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan keluhan rasa kaku dan keterbatasan gerak. Nyeri yang dirasakan bisa terjadi pada waktu tertentu saja, namun pada osteoartritis lanjut nyeri akan dirasakan pada waktu yang berkepanjangan Felson Schaible, 2009. Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif, maka penyakit ini tidak bisa disembuhkan dan proses degeneratif akan berlangsung terus sesuai dengan pertambahan usia. Keluhan nyeri biasanya diatasi dengan memberikan pasien obat-obatan seperti OAINS Obat Anti Inflamasi Non Steroid. Rasa nyeri dapat mengganggu fungsi motorik, sehingga menurunkan aktivitas otot, atografi otot, osteopeni. Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan lingkup gerak sendi, gangguan tidur dan stres psikologis Yulianto, 2009. Nyeri yang terjadi pada pasien osteoartritis merupakan nyeri muskuloskletal yang termasuk ke dalam nyeri kronis. Orang-orang dengan nyeri kronik mempunyai cemas yang tinggi cenderung mengalami keputusasaan dan ketidakberdayaan karena bermacam-macam pengobatan tidak membantu pengurangan nyerinya. Sedikitnya kontrol diri ini akan membuat pasien merasa stres akibat dari nyeri kronik yang mereka rasakan Sarafino, 2006. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan Selye, 1976 dalam Potter Perry, 2005. Sarafino 2006 mendefenisikan stres sebagai faktor-faktor Universitas Sumatera Utara fisik, kimia dan emosional yang menyebabkan ketegangan tubuh atau mental dan mungkin adalah salah satu faktor yang disebabkan oleh penyakit. Nyeri kronis dan stres psikologik akan terjadi berdampingan dimana nyeri kronis akan mempengaruhi pekerjaan, keamanan, keuangan, aktivitas, keluarga, kehidupan sosial, hobi dan aktivitas rekreasional yang akan menyebabkan seseorang mengalami stres. Nyeri kronis dan kecacatan juga dapat menimbulkan perubahan afek terhadap penghargaan diri sendiri dan perasaan terhadap harga diri Kasjmir, 2003. Sering sekali orang mempersepsikan bahwa nyeri adalah fenomena yang murni tanpa mempertimbangkan bahwa nyeri juga mempengaruhi homeostatis tubuh yang akan menimbulkan stres untuk memulihkan homeostasis tersebut Melzack, 2009. Beel dan Grantham 2001 menyebutkan bahwa nyeri adalah pengalaman yang multidimensional dengan lima komponen yaitu : afektif, behavior, kognitif, sensorik, dan fisiologi. McGuire 1987 dalam Harahap, 2007 menambahkan dimensi sosio-kultural sebagai tambahan kelima dimensi tersebut. Dimensi afektif adalah dimensi yang berhubungan dengan respon emosi akibat nyeri seperti cemas, takut, depresi dan pegharapan Beel Grantham, 2001. Pasien-pasien yang mudah sekali mengalami kondisi depresi atau gangguan psikologis lainnya akan lebih mudah mengalami nyeri yang sangat jika dibandingkan dengan pasien lainnya Buckelew, Parker, dan Keefe beserta kolega, 1994 dalam Harahap, 2007. Price 1980 dalam Aydede Guzeldere, 2002 menyatakan bahwa nyeri akan membuat ketidaknyamanan pada penderita Universitas Sumatera Utara sehingga mempengaruhi psikologisnya seperti stres dan ketakutan khususnya pada penderita nyeri yang berkepanjangan. Penelitian oleh Zaza dan Baine 2002, menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor psikologis yang berhubungan dengan nyeri yang dialami oleh pasien yang mengalami nyeri kanker, yaitu distres psikologis, dukungan sosial dan koping dari pasien tersebut. Martin KR et al.,2008 dalam Arthritis Foundation, 2008 yang meneliti nyeri kronis artritis dengan kesehatan psikososial dan hasilnya 53 responden yang memilki nyeri artritis yang kronik memiliki kesehatan psikososial yang buruk seperti merasa tidak puas dengan kehidupan, mempunyai gejala depresi dan sikap hidup yang negatif. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Iliffe et al.,2009 di London, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan depresi pada orangtua yang mengalami nyeri kronik. Ketika seseorang mengalami stres, banyak sistem organ di dalam tubuh yang dipengaruhi, baik sistem organ dalam tubuh maupun eksternal yang dapat dilihat. Sistem yang paling umum dipengaruhi adalah sistem saraf, sistem pernafasan, endokrin, kekebalan tubuh, kekebalan tubuh dan saluran pencernaan. Yoder Nobbe, 1996. Oleh karena itu Safarino 2006 menyatakan banyak penyakit-penyakit lain yang dihubungkan dengan stres antara lain ; penyakit saluran cerna, asma, hipertensi, penyakit jantung, kanker penyakit lain termasuk osteoartritis. Stres juga dapat terjadi ketika seseorang mengalami sebuah penyakit, yang merupakan dampak psikologis dari penyakit tersebut. Universitas Sumatera Utara Seperti yang dijelaskan di atas, stres dan penyakit atau nyeri sangat berkaitan erat. Timbul pertanyaan apakah nyeri kronik yang menimbulkan stres atau stres yang menyebabkan berlangsung terusnya rasa nyeri itu? Bukti terbaru menyatakan adanya kaitan antara keduanya, apakah nyeri sebagai penyebab maupun sebagai akibat dari stres Ksajmr, 2003. Pada pasien osteoartritis dengan nyeri kronik akan menimbulkan perasaan tidak berpengharapan dan depresi. Perasaan ini dikaitkan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien osteoartritis yang mengekspresikan emosi negatif mereka dengan berlebihan dan mempunyai persepsi negatif tentang nyeri yang mereka alami, penyakit yang dialami pun akan semakin memburuk Sarafino, 2006. Berdasarkan paparan diatas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan stres pasien osteoartritis di RSUP. H Adam Malik Medan. Mengingat RSUP. H Adam Malik Medan adalah rumah sakit rujukan sehingga banyak pasien osteoartritis datang dengan keluhan nyeri untuk mencari pengobatan. Pasien osteoatritis ini akan dikaji apakah pasien yang mengalami nyeri akibat osteoartritis dapat menimbulkan stress atau sebaliknya sehingga penelitian ini akan menjadi suatu informasi yang berharga bagi perawat terutama dalam melakukan manajemen nyeri dan manajemen stres pada pasien osteoartritis maupun pada pasien – pasien yang mengalami nyeri kronik. Universitas Sumatera Utara

2. Pertanyaan Penelitian