1.5.6 Dimensi Perilaku Behavioral
Seseorang yang mengalami nyeri akan memperlihatkan perilaku tertentu Fordyce, 1976; 1978 dalam Harahap, 2007. Dimensi perilaku dari nyeri
meliputi serangkaian perilaku yang dapat diobservasi yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan dan bertindak sebagai cara mengkomunikasikan ke
lingkungan bahwa seseorang tersebut mengalami atau merasakan nyeri Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2007.
Orang yang mengalami nyeri akan memperlihatkan perilaku seperti merintih, grimacing, rubbing, mengeluh, berjalan pincang, tidak dapat melakukan
pekerjaan, tirah baring, atau perilaku lain yang menunjukkan bahwa orang tersebut sedang mengalami nyeri Fordyce, 1974 dalam Brannon Feist, 2007.
Lebih jauh lagi, Fordyce 1976 dalam Harahap 2007 mengajukan bahwa perilaku nyeri dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau dapat juga direinforce oleh
perhatian, suport sosial, atau menghindari kegiatan yang dapat merangsang nyeri seperti: bekerja di kantor, pekerjaan rumah tangga.
1.6 Penanganan Nyeri
Menurut Brunnerth Suddarth 2002 ada dua cara untuk penanganan nyeri yaitu intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis. Penanganan
nyeri membutuhkan pendekatan yang individual untuk memutuskan itervensi mana yang dibutuhkan oleh pasien.
Universitas Sumatera Utara
1.6.1 Intervensi Farmakologis
The American Geriatrics Society 2009 menyebutkan ada empat jenis agen farmakologis yang digunakan untuk menangani nyeri yaitu : analgesik
nonopioid dan obat antiinflamasi nonsteroid NSAID, analgesik opioid, analgesik adjuvant obat tambahan dan jenis obat lainnya.
NSAID digunakan dalam mengobati nyeri artritis, nyeri pascaoperasi, dan nyeri berat lainnya. Obat nonopioid terdapat dua obat yang
efektif dalam penanganan nyeri osteoartritis yaitu NSAID dan Acetaminophen, namun NSAID lebih efektif dalam menghilangkan nyeri osteoatritis dalam jangka
pendek dari pada Acetaminophen The American Geriatrics Society, 2009. NSAID menurunkan nyeri dengan menghambat produksi prostadglandin dari
jaringan-jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi Brunner Suddarth, 2002.
Di sisi lain analgesik opioid merupakan pilihan yang tepat untuk beberapa pasien dengan nyeri sedang dan berat. Analgesik opioid sering
digunakan pada pasien kanker dan digunakan pada waktu yang relatif lama, oleh karena itu pemakaian analgesik ini perlu mempertimbangkan efek samping yang
merugikan The American Geriatrics Society, 2009. Adjuvan meliputi antidepresan, antikonvulsi, dan agen-agen lainnya
yang meghilangkan gejala lain terkait nyeri, seperti depresi dan mual Brunner Suddarth, 2002. Obat-obat lain yang dipelajari belakangan ini dapat mengurangi
nyeri antara lain kortikosteroid, relaksan otot, Benzodiazepin, Kalsitonin dan
Universitas Sumatera Utara
Bispophospat, Analgesik topikal dan Cannabin The American Geriatrics Society, 2009
1.6.2 Intervensi Nonfarmakologis
Intervensi nonfarmakologis sering dilakukan oleh perawat yang merupakan pendekatan kesehatan holistik dalam mengatasi nyeri Potter Perry,
2005. Beberapa cara nonfarmakologis dalam penanganan nyeri yaitu : a.
Sentuhan teraupetik Mackey 1995 dalam Potter Perry, 2005 menyatakan bahwa
sentuhan teraupetik merupakan pengembangan dari praktek kuno “meletakkan tangan” oleh Kunz dan Krieger. Pendekatan ini
menyatakan bahwa pada individu yang sehat, terdapat keseimbangan antara aliran energi di dalam tubuh dan di luar
tubuh. Sentuhan teraupetik menggunakan tangan untuk pertukaran energi. Brunner dan Suddarth 2002 menjelaskan
bahwa cara ini berhubungan dengan teori gate control yang menyatakan bahwa dengan adanya sentuhan di kulit akan
membantu penutupan gerbang terhadap impuls nyeri. Masase merupakan tehnik sentuhan yang umum yang dapat membuat
pasien lebih nyaman. b.
Terapi Dingin dan Panas Merupakan metode yang menghasilkan panas dan dingin untuk
penanganan akut atau kronik nyeri muskuloskletal Dureja, 2006. Terapi es dapat menurunkan prostadglandin dan
Universitas Sumatera Utara
menghambat proses inflamasi dengan cara es diletakkan pada tempat cedera. Sedangkan terapi panas bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah ke tempat yang cedera sehingga mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan Brunner
Suddarth, 2002. Terapi panas untuk nyeri muskuloskletal dapat meningkatkan suhu pada kulit, meningkatkan aliran darah,
mengurangi kaku sendi dan otot kejang Dureja, 2006. c.
Distraksi Pemfokusan perhatian pasien pada sesuatu yang lain selain nyeri
yang dialaminya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri, akan lebih
toleransi terhadap nyeri yang dirasakannya Brunner Suddarth, 2002. Sistem aktivasi retikular menghambat stimulasi nyeri jika
seseorang menerima masukan sensori dan akan merangsang tubuh meghasilkan endorphin yang membuat seseorang kurang
menyadari nyeri yang dialaminya Potter Perry, 2005. Tehnik ini efektif untuk nyeri ringan sampai sedang dan
berpengaruh dalam waktu yang relatif singkat. Aktivitas dalam tehnik distraksi ini yaitu : bernyanyi, berdoa, mendengarkan
musik, menonton, bermain dan lain-lain Potter Perry, 2005. d.
Tehnik relaksasi Relaksasi otot skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Penelitian
Universitas Sumatera Utara
membuktikan relaksasi efektif pada penurunan nyeri pada nyeri punggung dan pascaoperasi. Tehnik relaksasi yang sederhana
meliputi pernafasan perut dengan frekuensi lambat sambil menghitung dalam hati. Pasien juga dapat memejamkan mata dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman. Metode relaksasi efektif pada nyeri kronis dengan periode yang teratur Brunner
Suddarth, 2002. e.
Imajinasi terbimbing Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang khusus untuk mencapai efek positif tertentu Brunner Suddarth, 2002. Pasien menciptakan
sesuatu dalam pikiran dan berkonsentrasi pada hal tersebut sehingga secara bertahap nyeri berkurang. Perawat membimbing
pasien untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang menyenangkan seperti pemandangan yang indah, pengalaman yang menarik
sehingga dapat menurunkan nyeri. Apabila pasien merasa terganggu dan tidak nyaman, maka perawat harus menghentikan
tindakan tersebut Potter Perry, 2005.
1.7 Pengukuran Intensitas Nyeri