Geostrategis Benteng Samudera di Laut Cina Selatan

adalah berdaulat dan menganggap kekuasaan tertinggi ada di tangan mereka. Karena itu Cina merasa berhak untuk berbuat apa saja untuk mengejar dan mempertahankan kepentingan nasionalnya, dalam rangka survive di tengah-tengah panggung politik global yang anarki tersebut. Dikarenakan ketiadaan pemerintahan global yang hirarkis maka negara-negara pada dasarnya berjuang maing-masing untuk mengejar atau mempertahankan kepentingan nasionalnya. Kepentingan Nasional National Interest adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan negara bangsa atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara semua negarabangsa adalah keamanan, yang mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan Security dan kesejahteraan Prosperity merupakan kepentingan nasional yang utama. Kepentingan nasional diidentikkan dengan “tujuan nasional 72 ”. Berdasarkan ukuran kepentingan nasional berupa keamanan dan kesejahteraan itulah, dapat dijelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab agresifnya sikap politik luar negeri Cina dalam sengketa perbatasan di kawasan Asia Pasifik dari segi rasionalitas dalam perspektif realis . Beberapa hal itu antara lain ialah: adanya kandungan sumber daya alam dan manfaat ekonomi di kawasan sengketa; kebijakan geostrategi membuat benteng samudera dalam membendung pengaruh barat, serta membentuk sentimen nasionalisme dalam negeri Cina dalam mewujudkan kohesi sosial yang kuat dan memastikan keberlangsungan kekuasaan rezim komunis faksi reformis yang saat ini masih memegang status quo dalam kepemimpinan di tubuh Partai Komunis Cina.

2.2.1. Geostrategis Benteng Samudera di Laut Cina Selatan

Konflik di Laut Cina Selatan pada dasarnya juga terkait dengan perebutan ruang. Sebagaimana diketahui bahwa dalam pemikiran geopolitik, terhadap interaksi antara ruang dengan manusia. Interaksi tersebut melahirkan kesadaran ruang yang langsung atau tidak langsung terkait dengan kepentingan keamanan dan kesejahteraan bagi manusia. 72 Log Cit. 2002. hal 116 Universitas Sumatera Utara Konsep kesadaran ruang ini yang awalnya berada pada tataran individu dan keluarga, pada akhirnya meluas pada tataran yang lebih luas. Dalam konteks negara modern, konsep kesadaran ruang diwujudkan dengan adanya klaim kedaulatan, yang dibatasi oleh batas negara dengan seperangkat hukum dan aparat untuk menjamin keamanan dan kedaulatan. Menyangkut hubungan atau interaksi antara ruang dengan manusia, beberapa ahli geopolitik pernah merumuskan pemikirannya. Dua di antaranya yang pernah mewarnai jalannya sejarah dunia adalah pemikiran Friederich Ratzel dan Karl Haushofer. Menurut Ratzel, kehidupan adalah perjuangan untuk merebut ruang dan semua bangsa harus mempunyai konsepsi ruang yang berisi gagasan tentang batas-batas suatu wilayah. Selanjutnya Ratzel memandang bahwa negara sebagai suatu kesatuan antara rakyat dengan tanahnya, adalah organisasi yang tumbuh sebagaimana organisasi lainnya, perbatasan sifatnya dinamis dan berubah-ubah, sebagai cermin sifat-sifat ekspansionis negara-negara yang agresif. Oleh karena itu, menurut Ratzel, apabila terjadi kemunduran dalam konsepsi ruang, maka dapat mengakibatkan runtuhnya suatu bangsa dan negara. 73 Ruang dalam sengketa Laut Cina Selatan meliputi laut, bawah laut, karang, gosong, pulau dan ruang udara di atasnya. Perebutan ruang itu akan memberikan implikasi luas terhadap politik, ekonomi dan keamanan kawasan. Sebab pengendalian ruang di Laut Cina Selatan akan terkait langsung dengan keamanan energi dan keamanan maritim, dua isu yang kini dan ke depan senantiasa menjadi perhatian dunia internasional. Pada teori Cohen, konsep geostrategi dibedakan dalam dua pengelompokan, yaitu Eurasian continental realm dan maritime realm. Negara-negara yang menjadi bagian dari maritime realm menurut Cohen memiliki keuntungan dengan luasnya akses-akses jalur perdagangan yang dapat dicapai dari jalut laut. 74 Meskipun Cina termasuk kedalam Eurasian continental realm dalam teori Cohen, sebagai 73 Teori Ratzel ini dikenal sebagai teori lebensraum ruang hidup.Teori lebensraum selanjutnya dikembangkan oleh Karl Haushofer. Menurut Haushofer, ruang raum merupakan wadah dinamika politik dan militer. Dengan demikian, menurut Haushofer, penguasaan ruang atau ruang pengaruh sphere of influence merupakan satu fenomena spasial itu sendiri, di mana jika ruang pengaruh diperluas, maka akan ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Sunardi, R.M. Pembinaan Ketahanan Bangsa: Teori Ketahanan Nasional, Geostrategi Indonesia dan Ketahanan Regional. Jakarta: PT Kuaternita Adidarma, 2004 74 Cohen, Saul Bernard, Geopolitics of the World System, Rowman Littlefield Publishers, 2002. Universitas Sumatera Utara superpower baru setidaknya dalam hal ekonomi, Cina ingin mengembangkan jalur- jalur perdagangan maritim untuk memperbesar perokonomiannya. Langkah yang diambil oleh Cina untuk merealisasikan agenda tersebut adalah dengan mengembangkan The string of pearl strategy. Dibangun Jalur perdagangan mulai dari Cina menuju ke Selatan lewat perairan Laut Cina Selatan, melewati Malaka dan seterusnya menyusuri pantai Selatan hingga sampai di Afrika. Dalam jalur-jalur ini, Cina membangun hubungan bilateral dengan negara-negara yang dilewati jalur tersebut khususnya dalam bidang perdagangan, dan apabila memungkinkan Cina akan membangun bandar-bandar pelabuhan disepanjang jalur untuk menopang perdagangannya. Hasrat RRC menguasai Laut Cina Selatan juga bisa dibaca sebagai respon terhadap kebijakan geostrategi Amerika Serikat yang memfokuskan kawasan Asia Pasifik sebagai wilayah dengan kehadiran personil militer terbesar di luar negerinya. Amerika menempatkan tentaranya di berbagai negara di kawasan tersebut seperti di Australia, Singapura, dan Filipina di selatan serta Korea, Jepang, Taiwan, dan Guam di wilayah timur. Dengan kehadiran banyaknay personil militer AS di kawasan ini menyebabkan Beijing merasa ‘terkepung,’ sehingga penguasaan Laut Cina Selatan dianggap sebagai upaya membangun benteng samudera untuk melindungi daratan utama Cina sekaligus upaya persiapan RRC dalam membangun unifikasi nasional terhadap Taiwan yang mungkin bisa berujung pada peperangan di masa depan. Selama sekian lama, pembangunan militer Cina memang berorientasi pada doktrin untuk melindungi daratan. Akibatnya, PLA memiliki struktur yang timpang dalam proporsi jumlah personil. Dalam hal tenaga personil, pasukan darat PLA mendominasi. Jelas mereka menyumbang lebih dari dua-pertiga dari keseluruhan prajurit PLA 70. Sedangkan PLAN Angkatan Laut dan PLAAF Angkatan Udara; masing-masing berjumlah 11 persen dan 15 persen dari PLA. Adapun Korps Artileri Kedua dengan 100.000 personil membentuk 4 persen dari keseluruhan prajurit PLA. Menyadari bahwa untuk bisa survive dalam tatanan dunia yang terus berubah, pembangunan kekuatan pertahanan harus beralih ke matra laut dan udara, maka RRC pun mulai mengganti orientasi kebijakan pertahanannya yang dari semula cenderung Universitas Sumatera Utara hanya untuk mempertahankan tanah air saja, ke arah dominasi dan superioritas global dengan membangun angkatan laut dan angkatan udaranya. Hal ini terbukti dengan semakin gencarnya Cina dalam mendanai sejumlah riset untuk memproduksi jet tempur generasi keempat berkemampuan siluman J-X, yang kelak diharapkan bisa setara dengan jet tempur F-22 Raptor milik Amerika Serikat yang sudah lebih dahulu beroperasi. Cina juga mulai membangun kekuatan laut, dengan mengoperasikan sebuah kapal induk bekas Rusia yang kelak diharapkan akan mendukung operasi militer Cina di seluruh dunia. Cina menyadari bahwa supermasi kekuatan militer Amerika Serikat dalam percaturan global selama ini sangat tergantung pada kekuatan udara dan lautnya, karena itulah sebagai sebuah negara yang kelak akan menggeser kedigdayaan AS, Cina mulai mengarahkan kebijakan pembangunan pertahanannya dengan orientasi ke luar daratan. Adapun klaim Cina terhadap kawasan laut di sekitarnya adalah bagian yang sejalan dengan kebijakan geostrategi yang hendak diwujudkan. Besarnya ruang teritorial Cina di kawasan Laut Cina Selatan misalnya, akan membendung kekuatan internasional lainnya seperti Australia untuk menjangkau daratan Cina dari selatan. Sedangkan klaim atas wilayah kepulauan di timur adalah upaya untuk mengatasi Jepang dan Korea Selatan, dua negara sekutu terdekat Amerika Serikat, serta tentu saja Taiwan yang suatu saat diharapkan akan benar-benar bersatu dalam wilayah kedaulatan RRC.

2.2.2. Adanya Sumber Daya Alam dan Manfaat Ekonomi