Capaian RPJMN I dan RPJMN II

2. Capaian RPJMN I dan RPJMN II

Hal-hal yang dicapai dalam RPJMN I dan RPJMN II diuraikan ke dalam 2 bagian: bidang Energi, dan bidang Minera/Pertambangan.

§ Energi

? Hal-hal utama yang disorot dalam bidang energi adalah perkembangan bauran energi dan sumber-sumber energi, secara lebih spesifik adalah

minyak bumi, gas bumi, batubara dan energi terbarukan.

Pembangunan Pertambangan KTI

Untuk minyak bumi, dalam era RPJMN I dan RPJMN II ditemukan beberapa hal/kemajuan sebagai berikut:

? Produksi minyak pada RPJMN II menurun dibandingkan RPJMN I ? Produksi gas dan batubara sejak RPJMN I sampai RPJMN II meningkat ? Secara total produksi sumber daya energi minyak, gas, dan batubara

sejak RPJMN I meningkat. Secara lebih jelas gambaran perkembangan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 1. Gambar 5.1: Produksi minyak bumi, gas bumi, dan batubara

(2004-2012, BOE)

? Berdasarkan perkembangan produksi pada ketiga sumber energi utama,

maka telah terjadi pula perubahan dalam bauran energi primer nasional. Perubahan bauran energi nasional selama RPJMN I – RPJMN II, khususnya pangsa untuk ketiga sumber energi tersebut, dapat diringkaskan sebagai berikut:

? Pangsa minyak bumi pada awal RPJMN I sebesar 42,3 persen

menurun menjadi 38,2 persen pada awal RPJMN II. ? Pangsa gas bumi pada awal RPJMN I sebesar 16,4 persen meningkat

menjadi 18,9 persen pada awal RPJMN II. ? Pangsa batubara pada awal RPJMN I sebesar 14,9 persen meningkat menjadi 18,9 persen pada awal RPJMN II. ? Pangsa batubara pada awal RPJMN I sebesar 14,9 persen meningkat

persen di awal RPJMN I menjadi 34 persen di awal RPJMN II Sementara itu, capaian produksi BBM, LPG (liquefied petroleum gas), dan

BBN (bahan bakar nabati) selama RPJMN I dan RPJMN II, khususnya untuk periode (2004-2012), dapat diringkaskan sebagai berikut:

? Produksi BBM sejak RPJMN I cenderung menurun ? Produksi LPG sejak program konversi mitan ke LPG 3 Kg meningkat.

Untuk mengurangi ketergantungan pada BBM, selain melakukan substitusi BBM dengan bahan bakar gas (BBG), pemerintah juga mendorong penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN). Produksi BBN pada akhir periode RPJMN I baru mencapai 189,6 ribu kiloliter. Pada tahun 2012 produksi BBN sudah mencapai 2,2 juta kiloliter. Sementara itu, mandatory penggunaan BBN telah dinaikkan dari 5 persen menjadi 10 persen melalui Permen ESDM No. 25/3013.

Capaian Produksi BBM, LPG, dan BBN selama RPJMN I dan RPJMN II, khususnya untuk periode (2004-2012), ditunjukkan oleh gambar berikut.

Gambar 5.2: Perkembangan Produksi BBM dan LPG

Di bidang kelistrikan, rasio elektrifikasi nasional meningkat dari 62 persen di awal RPJMN I menjadi 67.15 di awal RPJMN II. Sampai triwulan III 2013, rasio elektrifikasi telah mencapai 80.16 persen. Kapasitas pembangkit meningkat

Pembangunan Pertambangan KTI

dari 27 GW di awal RPJMN I menjadi 46 GW di tahun 2013 dengan pangsa konsumsi BBM dalam pembangkitan tenaga listrik menurun dari 39 persen (2004) menjadi 12,7 persen (triwulan 2013). Tabel 3 memperlihatkan perkembangan yang terjadi pada sektor ketenagalistrikan.

Sektor transportasi masih merupakan pengguna BBM yang terbesar. Sebagai bahan bakar, BBM masih merupakan sumber yang sangat dominan di sektor transportasi, dengan pangsa sekitar 99 persen. Pertumbuhan pemakaian BBM di sektor transportasi juga termasuk yang tertinggi, dengan pertumbuhan sekitar 8 persen per tahun. Dominannya penggunaan BBM di sektor transportasi tersebut telah mendorong upaya-upaya untuk mengembangkan pemakaian gas untuk transportasi, walaupun sejauh ini perkembangannya belum menggembirakan.

Perkembangan yang terjadi di bidang konservasi/efisiensi energi dapat diringkaskan sebagai berikut:

? Intensitas konsumsi sektor rumah tangga mengalami penurunan

dari 5,69 SBM per rumah tangga di awal RPJMN I menjadi 5,31 SBM per rumah tangga di tahun 2011.

? Intensitas konsumsi energi sektor industri dan komersial

mengalami penurunan sampai tahun 2008/2009 yang kemudian meningkat sampai tahun 2011.

Di bidang konservasi energi pula, dalam tahun 2009 telah diterbitkan PP No. 70/2009 Tentang Konservasi Energi dan Pendirian Pusat Konservasi Energi. Selain itu, dalam era RPJMN I dan RPJMN II telah dilakukan beberapa upaya

berupa peningkatan kesadaran publik untuk melakukan penghematan energi; audit energi pada industri dan bangunan; serta penghargaan efisiensi energi, lomba hemat energi, dan labelisasi tanda hemat energi.

§ Sumber Daya Mineral & Pertambangan

Di bidang Sumber Daya Mineral Pertambangan, tercatat beberapa hal mengenai produksi pertambangan sebagai berikut:

? Produksi mineral berupa bijih nikel, bauksit, bijih besi, dan Fe Ni

meningkat. Peningkatan produksi dalam RPJMN II lebih besar meningkat. Peningkatan produksi dalam RPJMN II lebih besar

produksi timah menurun sejak 2007 sampai 2011 dan meningkat kembali pada tahun 2012.

? Produksi logam tembaga dan emas menurun sejak tahun 2004: produksi logam tembaga pada tahun 2004 sebesar 840,3 ribu ton

menurun menjadi 447,5 ribu ton pada tahun 2012; sementara itu produksi logam emas pada tahun 2004 sebesar 92,9 ton menurun menjadi 75,0 ton pada tahun 2012.

Pekerjaan besar yang dilakukan dalam RPJMN II adalah pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Beberapa hal yang dilakukan adalah:

? Renegosiasi pasal-pasal dalam Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) antara

pemerintah dan pelaku usaha pertambangan. ? Rekonsiliasi nasional Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang

digunakan sebagai basis data dalam implementasi kebijakan pertambangan

? Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) pulau Sulawesi melalui Keputusan Menteri ESDM No. 2737/2013, sedangkan WP 6 pulau

lainnya belum ditetapkan.