Gambaran Umum Komoditas Kakao di Pulau Sulawesi

2. Gambaran Umum Komoditas Kakao di Pulau Sulawesi

Tingkat produktivitas kakao di Pulau Sulawesi pada tahun 2012 hanya sekitar 0,71 Ton/Ha, atau kurang dari setengah dari tingkat produktivitas potensialnya sebesar 1,5 Ton/Ha (dokumen MP3EI). Namun, tingkat produktivitas kakao Pulau Sulawesi berada di atas tingkat produktivitas rata- rata Nasional (0,54 Ton/Ha). Pada tahun 2012, total produksi kakao di Pulau Sulawesi mencapai 680.194 ton dengan total luas areal panen sebesar 964.134 Ha. Sulawesi Tengah mencatat tingkat produktivitas tertinggi, yaitu 0,85 Ton/Ha. Seluruh sentra produksi kakao di Sulawesi Tengah, Kab. Poso merupakan daerah penghasil biji kakao dengan tingkat produktivitas tertinggi, yaitu 1,03 Ton/Ha. Peningkatan produktivitas menjadi tidak mudah dilakukan karena lebih dari 97 persen lahan perkebunan kakao merupakan perkebunan rakyat yang sulit dikontrol dalam proses produksi buah kakao dan kualitas biji kakao. Perkebunan rakyat tersebut diusahakan oleh petani lokal dalam skala kecil (berkisar 1-2 Ha) dengan pengelolaan yang masih bersifat tradisional.

Perkebunan skala besar swasta hanya ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dengan luas areal dan produksi yang relatif kecil. Pada tahun 2012, perkebunan skala besar swasta hanya menyumbang kurang dari

3 persen terhadap total produksi kakao Pulau Sulawesi. Gambar 4.5: Secara Umum, Luas Areal dan Produksi Kakao di Pulau Sulawesi

Cenderung Meningkat dalam Tiga Tahun Terakhir

Sumber: BPS, Provinsi Dalam Angka Gambar 4.6: Perkembangan Tingkat Produktivitas Kakao di Pulau Sulawesi

Menurut Provinsi, 2012.

Sumber: BPS, Provinsi Dalam Angka, data diolah

Tanaman kakao relatif menyebar di seluruh kabupaten pada empat provinsi di Pulau Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Meski demikian, di masing-masing provinsi tersebut terdapat beberapa kabupaten sebagai sentra produksi kakao. Di Sulawesi Selatan misalnya, sentra produksi kakao adalah Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Luwu Timur, dan Bone, yang menyumbang lebih dari 60 persen terhadap total produksi kakao Sulawesi Selatan dan 18,36 persen terhadap Pulau Sulawesi. Di Sulawesi Utara dan Gorontalo, meskipun juga terdapat tanaman kakao, namun luas areal dan produksinya masih relatif kecil.

Volume dan nilai ekspor biji kakao Sulawesi Selatan pada tahun 2012 mencapai 51.488,64 ton dengan nilai USD 119.315.843,58. Sebagian besar penerimaan ekspor dari kakao masih berasal dari biji kakao (sekitar 76,46%), dan hanya sekitar 23,54 persen dalam bentuk produk olahan kakao, seperti kakao butter, kakao powder, kakao mass, dll. Negara tujuan utama ekspor biji kakao adalah Malaysia dan China, sedangkan untuk produk olahan kakao adalah Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan China. Nilai ekspor kakao, baik dalam bentuk biji maupun hasil olahan cenderung meningkat pada periode 2008-2010, namun kemudian menurun pada periode 2010-2012. Penting dicatat bahwa ekspor biji kakao dan produk olahannya hanya melalui pelabuhan Sulawesi Selatan. Dengan kata lain, tidak ada kegiatan ekspor melalui pelabuhan di provinsi lain di Pulau Sulawesi. Meski demikian, ekspor Sulawesi Selatan tidak sepenuhnya mencerminkan angka ekspor Pulau Sulawesi, mengingat kakao yang berasal dari provinsi lainnya (terutama Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo) sebagian diantar-pulaukan ke Surabaya dan Jakarta untuk diselanjutnya di ekspor melalui kedua wilayah tersebut atau memasok kebutuhan industri pengolahan kakao di Pulau Jawa.

Tabel 4.6: Sentra Produksi Kakao di Pulau Sulawesi, 2012

No Provinsi/Kabupaten

Luas Areal

Tingkat Produktivitas (Ton/Ha)

3 Luwu Utara

63.006

40.602

4 Luwu Timur

Sulawesi Selatan

275.723

196.695

6 Polewali Mandar

8 Mamuju Utara

Sulawesi Barat

11 Kolaka Utara

Sulawesi Tenggara

260.447

180.053

14 Parigi Maotong *)

Sulawesi Tengah *)

Sumber: BPS, Provinsi Dalam Angka, berbagai seri. Catatan: *) Data tahun 2011

Tantangan Pembangunan Pertanian di KTI

Gambar 4.7: Perkembangan nilai ekspor kakao di Sulawesi Selatan,

Tahun 2008-2012 (dalam USD)

Sumber: BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka; Statistik Perkebunan Sulawesi Selatan, 2012 Tabel 4.7: Volume dan Nilai Ekspor Kakao dan Produk Olahannya di Sulawesi Selatan, 2012

No. Jenis Ekspor

Volume (Kg)

Nilai (US$)

Negara Tujuan Utama

1. Biji Kakao

119,315,843.58 Malaysia, China 2. Kakao Butter

13,261,474.70 Amerika 3. Kakao Cake

1,392,162.00 Belanda 4. Kakao Liquer

1,135,020.00 Jerman 5. Kakao Mass

6,685,063.00 Jerman, Amerika 6. Kakao Powder

14,128,504.23 Amerika, China 7. Kakao Press Cake

103,425.00 China 8. Kakao Shell

37,922.60 Jerman Sumber: Statistik Perkebunan Sulawesi Selatan, 2012

Dalam tata niaga kakao, permintaan biji kakao, baik di pasar domestik maupun pasar internasional, cenderung dalam bentuk biji kakao bermutu tinggi berupa biji kakao fermentasi. Namun faktanya, sebagian besar petani belum menghasilkan biji kakao fermentasi. Data yang dirilis oleh Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan menyebutkan bahwa sekitar 80 persen biji kakao yang dihasilkan oleh petani adalah non-fermentasi. Ini disebabkan, salah satunya, oleh sinyal pasar dari rantai tata-niaga kakao yang tampaknya belum memberi insentif harga bagi biji kakao fermentasi. Meskipun terdapat perbedaan harga ekspor antara biji kakao fermentasi dan non-fermentasi, tetapi perbedaan harga ini tidak ditransmisikan ke tingkat petani.

Tantangan Pembangunan Pertanian di KTI