Penutup: Memelihara Alasan untuk Berharap

5. Penutup: Memelihara Alasan untuk Berharap

Perlu ditegaskan kembali bahwa wacana pertanian, pembangunan pertanian, penyuluh dan penyuluhan pertanian terkait dengan soal identitas dan representasi diri dari sebuah entitas. Pertanian dan pembangunan pertanian, penyuluh dan penyuluhan pertanian; sudah pernah mempresentasikan diri dalam puncak eksistensinya; mengantarkan Indonesia mencapai swasembada beras; dan membebaskan Indonesia dari “ancaman Malthusian” tentang kekalahan deret ukur ketersediaan pangan oleh deret hitung ledakan populasi.

Bila representasi diri itu tidak lagi bermakna, bila kekalahan pertanian, pembangunan pertanian, penyuluh dan penyuluhan pertanian tidak lagi membawa kesadaran sebuah bangsa agraris untuk suatu tangisan yang paling pilu - setidaknya ketika menyaksikan buah-buahan impor dari berbagai benua merambah ke pasar tradisional desa-desa di KTI, sementara produk pertanian bangsa agraris ini semakin mundur dan gagal bersaing menembus pasar global- maka kini saatnya wacana pertanian, Bila representasi diri itu tidak lagi bermakna, bila kekalahan pertanian, pembangunan pertanian, penyuluh dan penyuluhan pertanian tidak lagi membawa kesadaran sebuah bangsa agraris untuk suatu tangisan yang paling pilu - setidaknya ketika menyaksikan buah-buahan impor dari berbagai benua merambah ke pasar tradisional desa-desa di KTI, sementara produk pertanian bangsa agraris ini semakin mundur dan gagal bersaing menembus pasar global- maka kini saatnya wacana pertanian,

Ada perubahan fundamental dalam pemerintahan Indonesia saat ini yang signifikan mempengaruhi pembangunan pertanian. Desentralisasi dan otonomi daerah menempatkan pertanian “hanya” sebagai urusan pilihan. Ini berimplikasi pada kurang diprioritaskannya alokasi APBD bagi pembangunan pertanian. Karena itu, selama era otonomi daerah, kurang signifikan ditemukan sebuah kerangka programatik yang dikreasi oleh SKPD pertanian guna memajukan pertanian daerah, yang di dalamnya peranan penyuluh menjadi keniscayaan. SKPD pertanian lebih beroperasi secara administratif dan memberi bantuan sosial kepada petani, ketimbang mengimplementasikan sebuah logical-framework program yang secara terkendali memproses input untuk lahirnya output, outcomes, benefit dan impact yang signifikan bagi kapasitas pertanian secara holistik-integratif.

Di sisi lain, kementerian pertanian sebagai aparatus pusat, yang mengelola cukup besar alokasi APBN untuk pembangunan pertanian, juga belum menemukan format ideal dalam mengoperasionalkan pembangunan pertanian di daerah otonom. Kementerian pertanian mengoperasionalkan program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Pedesaan(PUAP), Sekolah lapang Pertanian Terpadu (SLPTT) dan System of Rice Intensification (SRI) dengan lebih bertumpu kepada pemberian bantuan bibit, pupuk dan dana secara langsung kepada kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan) secara parsial masing-masing pengelola proyek. Kesemua ini lebih memberi keuntungan kepada pabrik dan pedagang pupuk serta perusahaan dan penyalur benih, tanpa efek signifikan atas penguatan kelembagaan petani, penyuluh pertanian dan SKPD pertanian daerah dalam mengelola kemajuan pertanian secara lebih berkelanjutan. Kesemuanya lebih merupakan bagian dari kekalahan petani dan pertanian.

Pemikiran paradigmatis yang ditawarkan tulisan ini adalah bagian dari kesadaran tentang pentingnya “perjuangan untuk keluar dari pilu sebuah kekalahan” di tengah transisi itu. Bahwa bangsa agraris kita saat ini akan bisa menjadi tuan agraria di negerinya sendiri bila para konstituen pertaniannya berpikir radikal tentang kompleksitas masalah yang dihadapi, tentang non- linearitas dan dis-order dari gerak perubahan transisional yang tengah

Tantangan Pembangunan Pertanian di KTI

berjalan. Dengan itulah kita bisa memelihara alasan untuk tetap berharap bagi kebangkitan kembali sebuah entitas dan representasi diri petani, pertanian, penyuluh dan penyuluhan pertanian, di Indonesia dan terutama di KTI.

Daftar Pustaka

Eshuis, J. And M. Stuiver, 2005. “Learning in context through conflict and

alignment: Farmers and scientists in search of sustainable agriculture”, Agriculture and Human Values, Vol.22, Springer.

Evers, H.D. dan S. Gerke, 2003. “Local and Global Knowledge: Social Science Research on Southeast Asia”. Paper read at an International Conference “Social Science in a Globalising World: Contemporary Issues in Asian Social Transformation”, UNIMAS Kuching 22-23 Septemebr 2003, http://www.unibonn.de/~hevers/papers/Evers-Gerke2003- Local Global Knowledge.pdf

Guba, E.G., 1994. “Competing Paradigm in Qualitative Research”, dalam N.K. Denzin dan Y.S. Lincoln (Eds.), Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publication.

Hayashi, K., 2011. “A New Conceptual Framework for Assessing Rural

Development Performance: Sustainability of Scale, Scope and Integration”, dalam M. Behnassi, S. Draggan dan S. Yaya (Eds.), Global Food Insecurity: Rethinking Agricultural and Rural Development Paradigm and Policy. Springer: New York.

Long, N., Y., Jingzhong dan W. Yihuan (Eds.), 2010. Rural Transformations

and Development-China in Context: The Everyday Lives of Policies and People. Edward Elgar Publishing Limited: USA dan

UK. Salman, D., 2014. “Indonesia Scenario's to 2045: Berselancar dalam

Kompleksitas Geopolitik Pangan dan Energi”. Diskusi Lemhanas untuk Kajian Indonesia Scenarios to 2045. Unhas, Makassar, 9

Januari 2014. Salman, D. 2012. Sosiologi Desa: Revolusi Senyap dan Tarian Kompleksitas.

Makassar: Ininnawa. Salman, D., 2012. “Tarian Paradigma dalam Pendidikan Sosiologi dan

Penyuluhan Pertanian Masa Depan”, dalam T.J. Sugarda, G. Kurnia, Y. Sukayat, I. Setiawan dan D. Supyandi (Eds.), Pendidikan Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian yang Adaptif dan Inovatif (Prosiding Pertemuan Nasional Pendidikan Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian Indonesia). Bandung: Laboratorium Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian Unpad.

Salman, D., 2012. “Transformasi Penyuluhan Pertanian dari Orientasi

Rekayasa Sosial ke Pembelajaran Sosial”, disampaikan dalam Seminar Nasional “Membangun Penyuluhan Masa Depan Menghadapi Tantangan Globalisasi Sektor Pertanian”, Universitas Islam Makassar, Makassar, 2 Juni 2012.

Santoso, D.A., 2014. “Ancaman Bencana Pangan”, Kompas, 26 Maret. Tan Malaka, 2010. Madilog: Materialisme, Dialektika dan Logika.

Yogyakarta: Narasi

Tantangan Pembangunan Pertanian di KTI