Sifat Guru Sebagai Pendidik

E. Sifat Guru Sebagai Pendidik

Seorang guru yang baik, maka ia harus mempunyai sifat yang baik, atau lebih umumnya ia harus memiliki jiwa keguruan yang berakhlakul karimah. Rasulullah Saw adalah seorang guru yang baik, sehingga para sahabatnya begitu taat dan patuh kepada bimbingannya. Bahkan orang kafirpun berbondong-bondong mendengar nasihat dan pengajarannya. Secara global keberhasilan Rasulullah Saw tergambar dalam Q.S Ali Imran, [3]:159 berikut:

--Pendidik --

                                   “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya”.

Dengan sebab lemah lembut pula kaum kuffar Quraisy mendekat dan mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Sebab jika ia berkata kasar lagi keras maka mereka akan lari dan tidak akan mau mendengarkan apa yang akan diserukan kepada mereka. Bahkan sebagai bentuk penghormatan dan memang sudah menjadi keharusan Rasulullah mengajak mereka memutuskan perkara dengan musyawarah.

Karena secara langsung atau tidak langsung guru mempunyai peran sebagai juru dakwah, agar dakwahnya sukses maka Al- Qur’an memberikan pelajaran berikut:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ” (Q.S. An-Nahl:125)

Ayat diatas memerintahkan agar guru memiliki sifat-sifat terpuji dan cara-cara mulia dalam mendidik peserta didik. Al- Abrasyi (1974:131) sebagaimana dikutif oleh Ahmad Tafsir 87 ,

87 Ibid. , hlm. 82.

--Pendidik --

menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah Swt; artinya bahwa seorang guru harus memiliki jiwa ikhlas, tentunya ikhlas ini bukan barang kosong. Guru bukan malaikat maka ia harus memperoleh haknya setelah melaksanakan tugasnya. Bahkan di dalam al-hadits disebutkan seorang tuan harus memberikan upah kepada pegawainya sebelum keringatnya bercucuran.

1. Zuhud: tidak

mengutamakan

penampilan lahiriahnya menyenangkan;

2. Bersih tubuhnya:

jadi,

penampilan yang menarik

artinya

bahwa

mempengaruhi terhadap perhatian peserta didik dalam menerima materi yang akan diajarkan oleh guru.

tersebut

akan

3. Bersih jiwanya; jiwa yang bersih akan melahirkan gagasan/ide/buah pikiran yang bersih pula, sehingga apa yang diterima oleh peserta didik juga adalah buah pikiran yang bersih.

4. Tidak ria: ria akan menghilangkan keikhlasan. Dengan demikian peserta didik akan mengikuti sifat gurunya, sehingga hatinya akan bersih.

5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati, sebab sangat ironis jika seorang guru mempunyai sifat pendendam, maka yang akan terjadi adalah saling mempropokari. Dan seorang guru harus memiliki sifat pemaaf, dan menghapuskan sifat dendam.

6. Tidak menyenangi permusuhan, sifat ini dapat meredam bahkan menghapuskan perkelahian antar pelajar. Yang lahir justru berlomba-lomba dalam kualitas/mutu pendidikan.

--Pendidik --

7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas.

8. Sesuai perbuatan dengan perkataan. Sebab jika ucapan dan perbuatannya tidak sesuai, akan menyebabkan pelecehan dan penghinaan dari peserta didik, yang akhirnya guru tidak berwibawa. Demikian juga dalam agama Islam hal demikian itu merupakan salah satu dari ciri-ciri munafik.

9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan; Secara kontektual prinsip ini sesuai dengan firman Allah Swt berikut:

                  “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggun gan jawabnya”. (Q.S Al Isra’:36)

Seorang guru harus bertanggung jawab dan berani mengatakan ketidaktahuannya. Karena apa yang ia sampaikan akan masuk ke dalam pikiran dan jiwa peserta didik dan terus mewariskan kepada generasinya berikutnya. Jika yang disampaikan guru adalah salah, maka guru tersebut telah mewariskan kesalahan.

10. Bijaksana, seorang guru harus bijaksana, ia harus mengertian keadaan peserta didiknya, karena guru adalah orang tua kedua setelah orang tua. Sehingga sifat kebapakan seorang guru harus nampak, yang akhirnya peserta didikpun tidak sungkan- sungkan.

11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar. Guru adalah pendidik, maka ia harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya. Jika guru kasar maka akan melahirkan peserta didik yang berjiwa kasar, oleh karena itu

--Pendidik --

yang harus dimiliki seorang guru bukan kekasaran, akan tetapi ketegasan, yang nantinya akan menjadikan guru berwibawa.

12. Rendah hati (tidak sombong). Prinsip ini sesuai dengan firman Allah Swt berikut:

               “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,

karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Q.S Al Israa’ : 36-37)

13. Lemah lembut;

14. Pemaaf;

15. Sabar, tidak marah karena hal-hal yang kecil;

16. Berkepribadian;

17. Tidak merasa rendah diri;

18. Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anaknya sendiri); dan

19. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan dan pemikiran.

Seluruh sifat-sifat guru tersebut haruslah ada pada seorang guru, walaupun tidak ada manusia yang sempurna dalam memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Namun dengan kerja keras dan kesadaran yang tinggi, sifat-sifat mulia tersebut niscaya akan dimiliki oleh setiap guru yang memiliki kepribadian muslim, yang senantiasa mengamalkan apa yang telah ia ketahui dengan keikhlasan dan pengharapan ridha dari Allah Swt. Karena ia mengerti bahwa mendidik adalah berdakwah di jalan Allah Swt, juga termasuk amar makriuf nahyi munkar.

--Pendidik --

Guru yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendidik pantas memperoleh kedudukan mulia, karena ternyata tugasnya tidak hanya mengajar tetapi hubungannya dengan konteks pendidikan maka ia sebagai konservator, transmitor,

organisator. Sedangkan hubungannya dengan konteks pengajaran ia berfungsi sebagai perencana, pelaksana dan penilai. Untuk melaksanakan tugas mulia tersebut maka guru muslim haruslah profesional, mempunyai kepribadian muslim sejati. Dengan demikian ia juga harus mempunyai akhlak mulia sebagai seseorang yang digugu dan ditiru.

transformator,

dan