Pendidikan Informal

B. Pendidikan Informal

Pendidikan informal ialah yang di peroleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Sejak seseorang lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari.

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama sekali di temui oleh anak dalam kehidupan dan juga merupakan lingkungan utama, oleh karena itu lingkungan keluarga mempunyai peranan penting dalam rangka memberikan dasar-dasar penting dalam pendidikan kepada anak yang nantinya akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa-masa mendatang. Menurut Undang- undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yang tercantum pada pasal 27 ayat 1 dan 2.

1. Kegiatan pendidikan Informal yang di lakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

2. Hasil pendidikan Informal sebagaimana di maksud pada ayat

1 di akui sama dengan pendidikan Formal dan Non Formal,

--Jenis - Jenis Pendidikan--

setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar Nasional.

Pendidikan informal dapat timbul karena adanya pengaruh- pengaruh dari orang dewasa kepada anak sebagai akibat komunikasi yang erat dalam pergaulan sehari-hari, yang sebagian besar dalam kehidupan rumah tangga sebagai kelanjutan dari usaha persiapan pendidikan yang dilakukan para orang tua pada masa sebelumnya.

Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari antara orang tua dan anak merupakan hubungan kodrati yang di ikat pula oleh adanya tanggung jawab yang besar sehingga sangat memungkinkan pendidikan dalam keluarga di laksanakan atas dasar cinta kasih sayang yang kodrati, rasa kasih sayang yang murni, rasa kasih sayang seorang tua terhadap anaknya.

Anak yang mengalami rasa kasih yang kurang dari orang tuanya, akan melahirkan anak-anak yang canggung bergaul, sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan anak tersebut mengalami rasa rendah diri. E.G. White menulis tentang pentingnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, sebagai berikut :

“Salah satu tanggung jawab yang penuh khidmat terletak di pundak orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, agar mereka masuk kedalam dunia. Mereka akan berbuat baik dan bukannya jahat kepada orang- orang yang mereka bergaul”

Untuk itu pelaksanaan pendidikan informal dalam keluarga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir.

2. Hubungan kodrati orang tua dan anak yang sangat erat. 58

3. Keadaan anak yang secara fisik maupun spichis.

4. Ketidak berdayaan anak dan ketergantungan anak.

58 Mahmud Al- khal’awi, Muhamad Said Mursih; Mendidik Anak Dengan Cerdas. Penerjemah Arif Rahmat Hakim, Abu Salma, (Solo: Insan

Kamil, 2007), hlm. 27.

--Jenis - Jenis Pendidikan--

5. Fungsi pendidikan informal dalam kaitannya dengan pendidikan selanjutnya.

6. Kemampuan dan kesempatan orang tua. Surat An-Nissa, [4]: 9

                “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejah teraan mereka) oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”

Q.S. Luqman, [31]: 14                   “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada

kedua orang Ibu Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang tua Ibu Bapak mu, hanya kepada Kulah kembali mu”

Dalam Pendidikan Informal ada beberapa tahap dalam mendidik anak dengan cerdas, diantaranya sebagai berikut

1. Membentuk Anak Cerdas Dengan Hadiah. Hadiah support dan menunjukkan rasa sayang yang di ungkapkan dengan sepenuh hati. Hal ini bisa mendorong anak untuk kreatif,

sukses dan berprestasi. 59 Kita harus memikirkan imbalan apa

59 B. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,. t. th), hlm. 105.

--Jenis - Jenis Pendidikan--

yang akan kita berikan kepada anak ketika ia melakukan sesuatu dengan baik. Imam Al-Ghazali berkata di dalam bukunya Ihya Ulumid- Din “ setiap kali anak berbuat kebaikan dan terpuji, maka berilah ia imbalan yang membuatnya senang dan pujilah ia didepan orang lain”.

2. Memberi Ciuman. Memberikan ciuman adalah salah satu dari sunah Rasulullah SAW. Ciuman bisa menambah rasa cinta dan kasih sayang. Selain itu, bisa menjadi dukungan yang baik bagi anak dan mendorongnya untuk mau melakukan apa yang kita minta. Ciuman diberikan ketika anak akan pergi sekolah, ketika pulang, ketika bermain bersama kita dan ketika anak melakukan sesuatu yang baik. Tidak terlalu berlebihan didalam menampakkan perasaan adalah suatu hal yang diharuskan dan itu sangat penting. Ciuman yang kita berikan bertujuan untuk membuat anak merasa hangat, nyaman dan di sayangi. Namun jika melebihi batas itu bisa membuatnya merasa dimanja sehingga ciuman bukan lagi menjadi cara untuk membuat anak kreatif melainkan menjadi anak manja. Diantara bentuk memanjakan anak, seperti :

a. Sering mengendongnya dan tidak mau meninggalkannya, baik dikarenakan suatu sebab atau pun tidak.

b. Tidak menegurnya atau pun menghukumnya ketika berbuat salah karena khawatir yang berlebihan terhadap anak. Akibat memanjakan anak adalah dapat menyebabkan efek negative terhadap mentalnya, contohnya seperti ketika anak tumbuh besar ia akan merasa minder terhadap teman-temannya. Anak merasa tidak bisa melakukan apa- apa karena ia tidak punya kepercayaan diri untuk melakukannya. Ia merasa teman-temannya lebih unggul dari pada dirinya yang merasa terus tertinggal. Ia melihat teman-temannya bisa bersabar ketika di timpa kesulitan, sedangkan dirinya hanya menangis. Ia menganggap teman-temannya adalah orang-orang yang super dan pandai bergaul, sedangkan

--Jenis - Jenis Pendidikan--

dirinya adalah orang yang tertutup dan kaku untuk bergaul. 60 Oleh karena itu di dalam mendidik anak jangan terlalu keras, tetapi jangan pula terlalu memanjakan. Biasa-biasa saja dalam memperlakukan anak dan menampakkan perasaan kita kepada mereka.

3. Memanggil Dengan Panggilan Yang Indah. Diantara hak anak yang menjadi kewajiban kita adalah memilihkan dan memberikannya nama yang bagus. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya, diantara hak anak yang menjadi kewajiban orang tuanya adalah memberikan nama yang bagus untuknya dan mendidiknya dengan baik”. Maka dari itu, diantara faktor pembentuk kepercayaan diri anak dan menumbuhkan semangat hidup pada dirinya adalah dengan cara memanggilnya dengan panggilan yang paling disukainya atau dengan sifat baik yang dimilikinya, karena panggilan baik adalah sebagai bukti kasih sayang orang tua pada anaknya.

4. Memberi Imbalan Materi. Anak-anak sangat menyukai hadiah dan menyukai orang yang memberinya, karena anak senang terhadap orang yang memperhatikan dan menghargai dirinya. Rasulullah SAW bersabda “Siapa saja yang membawa sesuatau (sebagai hadiah) untuk keluarganya maka sama saja ia dengan bershadaqah kepada keluarganya sampai ia memberikannya kepada mereka (sampai di tangannya)”.

5. Membacakan Cerita. Cerita dan kisah, baik yang berbentuk kaset film atau pun buku sangat di senangi anak. Anak merasa eksis bersama lakon-lakon dan cerita yang disenanginya dan mengimajinasikan bahwa mereka bisa di

ajak bicara dan bermain. 61 Orang tua bisa menceritakan kepada mereka cerita-cerita yang mendidik, seperti kisah- kisah yang terdapat dalam Al-Quran dan kisah-kisah tentang

60 Tim Redaksi Fokus Media; Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus Media, 2003)

61 Mohammad Ali Minan Sukanan, Cece Rahmat; Bimbingan Belajar, (Bandung : Sinar Baru, 1993), hlm. 73

--Jenis - Jenis Pendidikan--

para Nabi. Adapun waktu yang paling tepat untuk cerita antara lain :

a. Sesuai dengan situasi yang ada. Orang tua harus bisa memanfaatkan situasi anak dan menceritakan kepadanya cerita yang sesuai dengan situasi yang sedang di hadapi anak.

b. Sebelum tidur. Para psikolog mengajukan kepada para orang tua untuk membacakan dongeng sebelum tidur untuk anaknya, karena hal itu banyak mengandung manfaat untuk pendidikan anak.

c. Ketika anak memintanya. Pada saat inilah anak sedang dalam kondisi 100% siap untuk menangkap apa yang akan ia dapatkan dari cerita yang di dengarnya. Bergembiralah para orang tua jika anaknya meminta mereka bercerita untuknya, karena hal itu berarti menunjukkan kedekatan anak dengan orang tuanya.

6. Memaafkannya ketika berbuat salah. Menggugurkan hukuman untuknya ketika berbuat salah, karena ia telah melakukan kebaikan sebelumnya yang lebih besar. Sehingga ia tahu bahwa kebaikan yang telah dilakukannya itu adalah sesuatau yang bagus yang di senangi kedua orang tuanya.

7. Pujilah anak di depan orang-orang. Memuji anak di depan teman-temannya atau pun saudaranya yang lain merupakan wasulah yang paling penting dalam memberikan support yang baik bagi anak, karena pujian tersebut membuat anak berbuat baik secara suka rela tanpa paksaan dan karena demi mewujudkan pujian terhadapnya itu. Hal tersebut pendorong bagi anak untuk lebih semangat melakukan kebaikan.

8. Biarkanlah anak bermain. Bermain mempunyai peran penting dalam kehidupan anak-anak. Imam Al- Ghazali berkata, “ Sudah seharusnya mengizinkan anak setelah ia selesai belajar atau menghafal

Al-Quran untuk bermain guna

--Jenis - Jenis Pendidikan--

menghilangkan kelelahannya ketika belajar. 62 Manfaat bermain untuk anak antara lain :

 Memunculkan bakat dan potensi anak.  Mengisi waktu kosong anak.  Mengetahui sifat anak yang baik maupun jeleknya.  Menambah kecerdasan anak dan kemampuan anaknya.

Rasulullah SAW bersabda. “Keringat anak (karena bermain) di waktu kecilnya akan menambah kecerdasan di waktu besarnya”.

9. Menyayangi anak dengan sepenuh hati. Allah Swt telah menumbuhkan didalam hati setiap orang tua rasa cinta terhadap anak-anaknya. Mereka adalah belahan jiwa, sumber kegembiraan dan buah hati. Oleh karena itu, setiap orang tua pasti sangat menyayangi anak-anaknya, tanpa mengharap balasan apa pun. Justru tidak normal jika ada orang tua yang tidak mempunyai rasa sayang terhadap anak-anaknya. Hati yang seperti itu adalah hati yang keras yang sudah mati. Rasulullah Saw bersabda “Bukan termasuk umat Ku orang yang tidak menyayangi anak- anaknya.”

10. Menyambut anak dengan sebutan yang baik. Ketika anak kembali dari luar atau ketika anda baru pulang dari luar, anak memerlukan orang yang mengerti perasaan dirinya melalui sambutan yang baik. Beberapa senyuman yang manis, pandangan yang sejuk, sentuhan yang hangat dan ucapan yang menenteramkan hati. Semua itu membuat anak merasa nyaman, gembira, aman dan hangat.

11. Pandangan, senyuman dan belaian. Diantara kebutuhan anak yang paling mendasar ialah ia ingin merasa di cintai oleh orang lain dan di senangi, terutama oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menampakkan rasa cinta dan sayangnya terhadap anak dengan cara memberikan dukungan

62 Tirtarahaja, Umar dan S. L. La, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 75.

--Jenis - Jenis Pendidikan--

baik, berbuat lembut kepadanya sampai ketika ia berbuat salah sekali pun. 63 Pandangan yang teduh dan belaian yang lembut semuanya menambah kecintaan anak terhadap kedua orang tuanya, juga mempererat hubungan di antara mereka.

12. Menghadiahkan sesuatu untuk anak. Hadiah mempunyai daya sihir yang ampuh terhadap hati, maka siapa yang ingin mendapatkan kecintaan orang lain, berilah mereka hadiah. Hadiah tersebut bisa berbentuk bunga mawar, pena dan lain sebagainya. Setiap Ayah dan Ibu pasti mengetahui apa yang harus mereka hadiahkan untuk sang buah hati yang sesuai dengan kesenangan mereka. Oleh sebab itu, dianjurkan agar para orang tua memberi hadiah kepada anak-anaknya dan mengambil faedah dari pemberian hadiah tersebut. Seperti memberinya hadiah ketika ia berbuat baik dan tidak memberinya ketika ia berbuat salah dengan sengaja. Nabi Saw bersabda :

“Saling memberi hadiahlah kalian agar kalian saling mencinta” 64 H.R. Baihaqi

Dan Nabi juga bersabda,

“Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan baik” 65 H.R. Ibnu Majah

63 Sopan, Djamaah, Pengaruh Model Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta; Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan No 022 Tahun Ke-5 Maret 2000). 64 Abu Bakar Ahmad Husain bin Ali Al-Baihaqi, Sunan Kubra,

(Haidar Abad: Majelis Dairatul Ma’arif An-Nidzamiyah, 1344 H), Juz. II, hlm. 339.

65 Ibnu Majah, Op. Cit. , Juz. II, hlm. 1211.

--Jenis - Jenis Pendidikan--

13. Menerima pendapatnya. Ini bisa digunakan kepada anak yang sudah menginjak remaja atau yang sudah matang fikirannya. Ketika anak sudah berumur 10 tahun, maka anak itu sangat senang ketika orang-orang menghargai omongannya dan menerima pendapat atau usulannya, sedangkan meremehkan atau memperolok-oloknya bisa membuat anak kehilangan percaya dirinya. Janganlah mencoba membunuh potensi yang ada

tidak menghiraukan pembicaraannya, itu pun bisa memadamkan ide-ide cemerlang yang ada pada anak. Oleh karena itu para ahli berkata “Diantara permasalahan anak yang serius adalah ketika ia merasa tidak di pedulikan oleh orang tuanya saat ia sedang menunjukkan kepintarannya”.

pada dirinya

dengan

14. Menemaninya ketika keluar rumah. Seorang ayah mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan anaknya. Oleh sebab itu dengan kebiasaan seorang ayah yang sering berada di luar rumah (bekerja) sehingga pergaulan seorang ayah

terhadap anak relative sedikit. 66 Oleh karena itu, seorang ayah haruslah menggantinya dengan melipat gandakan perhatiannya kepada anak dan berinteraksi dengannya sehingga anak merasa tergantikan haknya. Kegiatan yang paling tepat untuk menemani anak keluar rumah adalah menziarahi kerabat dekat dan saudara agar anak mengenal kerabat-kerabatnya. Kegiatan menemani anak ini bisa memperluas gerak, wawasannya,

pengalaman dan menjadikannya pandai bersosalisasi.

15. Tidak membeda-bedakan anak. Rasulullah SAW bersabda “Samakanlah ketika kamu memberi anak-anak mu hadiah”. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk berbuat adil kepada seluruh anak-anaknya, karena semua anak merasakan kasih sayang yang sama dari orang tuanya. Ada beberapa penyebab orang tua membeda-bedakan anak di antaranya sebagai berikut :

66 Sutyabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Sirafindo Persada, 2000), hlm. 79.

--Jenis - Jenis Pendidikan--

a. Karena ada salah seorang anak yang meraih peringkat pertama di sekolahnya.

b. Karena ada cacat tubuh atau penyakit yang di derita anak.

c. Karena jenis kelamin anak yang tidak diharapkan. Seperti mengharapkan anak laki-laki, tetapi ternyata yang lahir perempuan.

Hati-hatilah dalam membeda-bedakan anak, karena suatu sebab itu akan berakibat buruk pada anak. Seperti, anak menjadi senang bermusuhan dengan orang lain, gemar berkelahi, suka menentang dan sifat-sifat jelek lainnya.