Karakteristik Peserta Didik

D. Karakteristik Peserta Didik

1. Mengagungkan ilmu. Seorang murid harus menyadari betul bahwa ilmu itu sangat penting, dengan demikian ia harus menghormati ilmu dan ahlinya. Ketika nabi Sulaiman As. diperintahkan untuk memilih antara harta, tahta dan ilmu, maka nabi Sulaiman As. memilih ilmu, karena dengan ilmu, maka harta dan tahta dapat digapai. Juga perkataan imam Ali karramahullahu wajhah menyatakan bahwa “kamu menjaga harta, sementara ilmu menjagamu”.

2. Mengagungkan Guru. Sebagai seorang murid yang baik dan beradab, maka ia harus menghormati gurunya ( ta’dzim). Ini menunjukkan etika orang yang berilmu sekaligus berakhlak mulia. Karena ajaran Islam mengajarkan bahwa kepada siapa saja tetap harus saling hormat menghormati, apalagi jika orang tersebut adalah orangtua dan guru. Sebab yang dibutuhkan oleh murid tidak hanya petunjuk guru atau tauladannya, akan tetapi seorang murid juga membutuhkan keridhaan dan do’a guru.

97 Syahrin Harhap, Penegakan Moral Akademik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 193.

--Peserta Didik--

3. Memuliakan kitab. Seorang murid yang mempunyai tekad menyucikan diri, maka ia harus menghormati kitab (lembaran-lembaran atau buku ilmu), diantaranya dengan cara menyimpannya dengan rapi, teratur, bahkan mempunyai wudhu (senantiasa dalam keadaan suci). Bahkan imam Bukhari setiap kali akan menuliskan hadits beliau berwudhu dan shalat memohon petunjuk kepada Sang Maha Ilmu dan Yang Memilikinya yaitu Allah Swt.

4. Menghormati teman. Teman merupakan partner dalam menuntut ilmu, keberadaan teman mempunyai kedudukan penting dalam bertukar pikiran, berdiskusi, berkonsultasi, motivator dan sebagainya. Oleh karena murid harus menghormati teman-temannya (baik yang sejawat atau junior dan senior).

5. Jangan Memilih ilmu sendiri. Dalam memilih ilmu, selain atas dasar perenungan dan introspeksi diri-sendiri, maka murid harus berkonsultasi dengan gurunya, karena biasanya guru lebih mengetahui tabiat dan kemampuan murid.

6. Menghindari Akhlak Tercela. Murid yang baik bercita-cita untuk menjadi manusia yang baik sesuai dengan apa yang kehendaki oleh Al- Qur’an dan Al-Hadits. Sebab akhlak tercela dapat mencelakakan orang yang berilmu karena sombong dan berbuat jahat dengan ilmunya.

7. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah. Konsekuensi dari sikap ini, peserta didik akan senantiasa mensucikan diri dengan akhlak al-karimah dalam kehidupan sehari-harinya dan berupaya meningglkan watak dan akhlak yang rendah / tercela sebagai refleksi atas firman Allah :

          “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S.Al-an’am : 162)

--Peserta Didik--

       “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” (Q.S Adz Zariyat : 56) Jadi, Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa

sebelum yang lainnya, sama halnya dengan shalat, ia tidak sah bila tidak suci dari hadast dan najis. Menyemarakkan hati dengan ilmu tidak sah kecuali setelah hati itu suci dari kekotoran dengan ilmu akhlak. Intinya disini ialah peserta didik itu jiwanya harus suci indikaturnay terlihat pada akhlaknya

8. Peserta didik atau murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah karena kesibukan itu akan melengahkannya dari menuntut ilmu. Allah Swt menyatakan bahwa ia tidak akan menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongga dadanya. Firman Allah dalam Q.S Al Ahzab : 4

          “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati

dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar)”.

9. Bersikap tawadhu’ (rendah hati)

10. Tidak sombong tehadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang terhadap guru, ia harus patuh kepada guru seperti patuhnya orang sakit terhadap dokter yang merawatnya. Peserta didik harus tawadldlu kepada gurunya

--Peserta Didik--

dan mencari pahala dengan cara berkhidmat pada guru diantara sikap sombong terhadap guru ialah ia tidak mengambil manfaat dan ilmu yang di ajarkan guru atau pendidik.

11. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat atau khilafiah antar mazhab karena hal itu akan membingungkan pikirannya.

12. Penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting untuk dirinya, jika usianya mendukung barulah ia menekuni ilmu lain yang berkaitan dengan ilmu paling penting tersebut.

13. Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling penting, ilmu yang paling utama ialah ilmu yang mengenal Allah.

14. Tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu yang sebelumnya. Ilmu itu sifatnya bertahap/berjenjang dan berurutan dengan mulai pelajaran yang mudah (konkrit) menuju ke pelajaran yang sulit (abstrak).

15. Hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu di ketahui dari hasil belajarnya dan kekuatan dalilnya contoh (dari segi hasil) hasil belajar. Ilmu agama ialah kehidupan yang abadi, sedangkan hasil belajar ilmu kedokteran ialah kehidupan yang fana. Jadi belajar agama itu lebih utama ketimbang belajar ilmu kedokteran.

16. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. 98

98 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, hlm 166 - 168

--Peserta Didik--