sabun mandi cair merek lain, meskipun ekspektasi mereka lebih dari itu. Tingkat pengetahuan konsumen mengenai kemasan sabun mandi cair Lux tergolong
tinggi, sedangkan pengetahuan konsumen mengenai harga sabun mandi cair Lux tergolong rendah. Produk sabun mandi cair Lux yang selalu tersedia di Swalayan
Sinuraya membuat konsumen Sinuraya lebih memutuskan melakukan pembelian sabun mandi cair Lux dibandingkan dengan sabun mandi cair merek lainnya.
Persepsi kualitas dan pengetahuan merupakan persepsi pelanggan terhadap pembelian secara keseluruhan. Persepsi pelanggan terhadap persepsi
kualitas dan pengetahuan yang dimiliki oleh sabun mandi cair Lux mungkin akan dapat
memberikan dampak positif bagi pelanggan yang kemudian akan menciptakan minat bagi pelanggan untuk mengambil keputusan melakukan pembelian di Swalayan
Sinuraya Simalingkar Medan.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Persepsi Kualitas dan Pengetahuan terhadap Keputusan Pembelian Sabun Mandi Cair Lux Studi
Kasus Konsumen Swalayan Sinuraya Simalingkar Medan ”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
Apakah persepsi kualitas dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Sabun Mandi Cair Lux pada konsumen Swalayan Sinuraya
Simalingkar Medan ?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris bahwa faktor persepsi kualitas dan pengetahuan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Sabun Mandi Cair Lux sebagai produk ekstensifikasi merek, khususnya pada konsumen yang membeli di Swalayan Sinuraya Simalingkar Medan .
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: a.
Bagi Pihak Swalayan Sinuraya Sebagai informasi dan masukan kepada pihak Swalayan untuk semakin
meningkatkan kinerjanya agar dapat melayani pelanggan dengan baik. b.
Bagi Penulis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai strategi pemasaran khususnya dalam hal ekstensifikasi merek. c.
Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat dijadikan perbandingan
dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di waktu yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Perilaku Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk Sumarwan,2002 :25 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut .
“ The term consumer behavior refers to the behaviour that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products
and services that they expect will satisfy theri needs ” “ Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka . ” Sumarwan 2002: 26 menyatakan Perilaku konsumen pada hakikatnya
untuk memahami “ why do consumers do what they do ” . Secara sederhana , studi perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut. Apa yang dibeli
konsumen What they buy?, mengapa konsumen membelinya what they buy it? , kapan mereka membelinya when they buy it?, di mana mereka membelinya
where they buy it?, berapa sering mereka membelinya how often they buy it?, berapa sering mereka menggunakannya how often they use it?
Menurut Sumarwan 2002:26 mengemukakan para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar
mereka mampu memasarkan produknya dengan baik. Para pemasar harus
Universitas Sumatera Utara
memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik.
Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana memperkirakan kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap
informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang
memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik. Para pemasar yang memahami perilaku konsumen juga akan mampu
mempegaruhi perilaku tersebut sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan pemasar. Mempengaruhi perilaku konsumen adalah mempengaruhi pilihan
konsumen agar mereka mau memilih produk tertentu dan merk tertentu yang ditawarkan pemasar tersebut. Proses mempengaruhi konsumen biasanya
dilakukan melalui strategi pemasaran yang tepat Sumarwan,2002 : 27. Menurut Kotler dan
Amstrong 2004:200 faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah budaya, faktor sosial, pribadi,
psikologis. Faktor-faktor tersebut harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
1 Faktor Budaya Faktor Budaya mempunyai pengaruh yang terluas dan terdalam dalam
perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya sub budaya kelas sosial pembeli.
1 Budaya 2 Sub Budaya
Universitas Sumatera Utara
3 Kelas Sosial 2 Faktor Sosial
Kelas Sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai,
minat , dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan , pendapatan ,
pendidikan , kekayaan dan variabel lain. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yaitu :
1 Kelompok acuan 2 Keluarga
3 Peran dan status 3 Faktor Pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten
dan bertahan lama terhadap lingkungan. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,yaitu:
1 Umur dan tahap daur hidup
2 Pekerjaan
3 Situasi ekonomi
4 Gaya hidup
5 Kepribadian dan Konsep diri
Universitas Sumatera Utara
4 Faktor Psikologis Faktor Psikologis adalah faktor paling mendasar dalam diri individu yang
akan mempengaruhi pilihan-pilihan seseorang dalam membeli. Faktor Psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu
sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan
pembelian meliputi 1
motivasi 2
persepsi, 3
Pengetahuan 4
keyakinan dan sikap.
2.1.2. Merek
Saat ini merek telah menjadi elemen yang sangat penting terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran. Saat ini merek tidak hanya dikaitkan
oleh produk, tetapi juga dengan berbagai strategi yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 Pasal 1 ayat 1 Tjiptono,
2005: 2, merek adalah ”tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan untuk kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Sedangkan American Marketing Association menekankan peranan merek
adalah sebagai identifier dan differentiator. Identifikasi tersebut juga berfungsi
Universitas Sumatera Utara
untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing Durianto, 2001: 1.
Bill Gates Ambadar dkk, 2007: 2 mengatakan bahwa merek adalah entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai tertentu. Penjelasan setiap
bagian kata dari defenisi tersebut adalah: 1.
Dapat dikenali: dapat dengan mudah memisahkan suatu barang yang serupa dengan yang lainnya melalui beberapa cara biasanya berupa sepatah kata,
warna, atau simbollogo yang dilihat. 2.
Entitas: sesuatu yang memiliki eksistensi yang khas dan berbeda. 3.
Janji-janji tertentu: sebuah produk atau jasa memberikan klaim mengenai apa yang diberikannya kepada.
4. Nilai: sesuatu yang diperoleh melalui produk dan mengandung harapan pada
batas tertentu.
2.1.3. Manfaat dan Fungsi Merek
Merek mempunyai peranan yang penting dan merupakan ’aset prestisius’. Membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek yang prestisius
dapat disebut sebagai merek dengan brand equity ekuitas merek yang kuat Durianto, 2001: 3. Menurut Keller Tjiptono, 2005: 20 merek bermanfaat bagi
produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berperan penting sebagai: 1.
Sarana identifikasi untuk memudahkan proses atau pelacakan produk bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek yang unik. Merek bisa
mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa diproteksikan melalui merek dagang terdaftar, proses pemanukfakturan bisa
dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta dan desain.
3. Sinyal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa
dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. 4.
Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing.
5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum dan
loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk dari konsumen. 6.
Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. Bagi konsumen, merek bisa memberikan bermacam-macam nilai melalui
sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Menurut Tjiptono 2005: 21, fungsi merek bagi konsumen diantaranya yaitu:
a. Identifikasi
Dapat dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi produk, dan memudahkan identifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.
b. Praktikalitas
Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.
Universitas Sumatera Utara
c. Jaminan
Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka dapat memperoleh kualitas yang sama, sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan tempat
berbeda. d.
Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik
dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik. e.
Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang
ditampilkannya kepada orang lain. f.
Kontinuitas Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah
digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun. g.
Hedunistik Kepuasan terikat dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasi.
h. Etis
Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat.
2.1.4 Ekstensifikasi Merek Brand Extension
Menurut Rangkuti 2002: 11, ekstensifikasi merek adalah penggunaan sebuah merek yang telah mapan pada suatu kelas produk untuk memasuki kelas
produk lain. Ekstensifikasi merek merupakan strategi alamiah bagi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
yang sedang tumbuh dan mengeksploitasi asetnya. Brand extension didefinisikan oleh Kotler 2003 sebagai penggunaan merek yang sudah ada pada produk baru
dimana produk tersebut memiliki kategori yang berbeda dengan merek yang digunakannya.
Perusahaan memiliki empat pilihan alternatif dalam mengembangkan
merek. Empat pilihan alternatif tersebut tertera pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Brand Strategy
Product Category Existing
New
Sumber: Kotler 2003:75
Berikut penjelasan tentang Tabel 2.1:
a. Perluasan Lini Line Extension
Perluasan lini terjadi jika perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasanya dengan
tampilan baru seperti rasa, bentuk, warna baru atau tambahan ukuran kemasan. Contohnya notebook Fujitsu meluncurkan koleksi Lifebook Series terbaru
dengan varian lini produk antara lain S2110, C1320, dan P1510. b.
Ekstensifikasi Merek Brand Extension Perluasan merek terjadi jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan
merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. Brand Line Extension
Multibrands Brand Extensions
New Brands Existing
New Brand Name
Universitas Sumatera Utara
extension memberikan keuntungan karena merek baru tersebut umumnya lebih cepat diterima karena sudah dikenal sebelumnya. Hal ini memudahkan
perusahaan memasuki pasar dengan kategori produk baru. Perluasan merek dapat menghemat banyak biaya iklan yang biasanya diperlukan untuk
membiasakan konsumen dengan satu merek. Contohnya merek Sabun Mandi Padat Lux yang memperluas mereknya pada kategori produk Sabun Mandi
cair Lux. c.
Multi Merek Multi Brand Multi brand dapat terjadi apabila perusahaan memperkenalkan berbagai merek
tambahan dalam kategori produk yang sama. Tujuannya adalah untuk membuat kesan, fitur serta daya tarik yang lebih lain kepada konsumen
sehingga lebih banyak pilihan. Contohnya PT. Unilever Indonesia Tbk memiliki tiga jenis merek untuk kategori produk sabun mandi yaitu Lux,
Lifebuoy, dan Dove. d.
Merek Baru New Brand Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satu pun
merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau citra dari merek tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut. Contohnya PT. Coca-
Cola Indonesia Tbk yang meluncurkan merek Freshtea untuk produk minuman berupa teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rangkuti 2002: 114, perluasan merek secara umum dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
1. Perluasan lini line extension
Perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target pasar produk yang baru tersebut
berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani oleh merek induk. 2.
Perluasan kategori category extension Perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk memasuki
kategori produk yang sama sekali berbeda dari yang sedang dilayani oleh merek induk.
2.1.5 Persepsi Kualitas
Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang
diharapkan oleh pelanggan Durianto, 2001: 96. Cleland Bruno Simamora, 2002 mengemukakan tiga prinsip tentang persepsi kualitas yaitu:
1. Kualitas yang dipersepsi oleh konsumen terhadap suatu produk mencakup tiga aspek utama yaitu produk, harga dan nonproduk.
Dari segi produk tentunya konsumen menetapkan standar tentang bagaimana produk tersebut seharusnya, dari segi harga apakah mahal atau murah
disesuaikan dengan aspek produk dan nonproduknya, lalu dari aspek nonproduk, konsumen mungkin dapat melihat reputasi produk dan pelayanan after sales.
2. Kualitas ada apabila bisa dipersepsikan oleh konsumen
Universitas Sumatera Utara
Apabila konsumen mempersepsikan suatu produk adalah baik walaupun realitasnya tidak, maka produk tersebut akan dianggap baik. Konsumen
membuat keputusan berdasarkan persepsi yang dimilikinya, tidak bergantung pada realitasnya. Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi adalah realitas.
3. Persepsi kualitas diukur secara relatif terhadap pesaing Suatu produk dikatakan memiliki kualitas yang baik bila produk tersebut
dibandingkan dengan produk pesaing yang sejenis dan dapat dibuktikan bahwa kualitas produk pesaing lebih rendah.
Merek yang memiliki persepsi kualitas yang kuat dapat dieksploitasi ke arah ekstensifikasi merek. Produk dengan persepsi kualitas yang kuat akan
mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar dibanding produk dengan persepsi kualitas yang lemah. Ekstensifikasi merek dengan persepsi kualitas yang
kuat memungkinkan perolehan pangsa pasar yang lebih besar lagi Durianto, 2001: 103.
Simamora 2002 mengatakan bahwa yang terpenting dari kualitas produk adalah kualitas objektif dan kualitas menurut persepsi konsumen persepsi
kualitas. Menurut William J. Stanton Setiadi, 2003: 160, persepsi dapat dihubungkan berdasarkan pengalaman masa lalu dan stimuli rangsangan yang
diterima melalui panca indera. Melalui kemampuan mempersepsikan objek, maka
seseorang memperoleh input berupa pengetahuan kualitas suatu produk. Apabila seseorang merasa yakin dan tertarik terhadap kualitas produk tersebut, maka hal
ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian.
Universitas Sumatera Utara
Setiadi 2003 menyatakan dimensi persepsi kualitas terdiri dari konteks produk , dan konteks service pelayanan. Dimensi persepsi kualitas , konteks
produk terdiri dari : kinerja, fitur, kesesuaian dengan spesifikasi, reliabilitas, daya tahan, serviceability, fit dan selesai. Dimensi persepsi kualitas, konteks service
terdiri dari : tangibles, reliabilitas, kompetensi, responsiveness, empati.
2.1.6 Membangun Persepsi Kualitas yang Kuat
Membangun persepsi kualitas yang kuat perlu mendapat perhatian serius agar perusahaan dapat merebut dan menaklukkan pasar pada setiap kategori
produk. Membangun persepsi kualitas harus diikuti dengan peningkatan kualitas nyata dari produknya. Menurut Durianto 2001 menyatakan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membangun persepsi kualitas, yaitu: a.
Komitmen terhadap kualitas Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas dan memelihara
kualitas secara terus-menerus. b.
Budaya kualitas Komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya perusahaan, norma
perilalunya, dan nilai-nilainya. Jika perusahaan dihadapkan antara pilihan kualitas dan budaya, maka kualitas yang harus diutamakan.
c. Informasi masukan dari pelanggan
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan perlu secara berkesinambungan melakukan riset terhadap pelanggannya, sehingga diperoleh informasi yang akurat, relevan, dan up to
date. d.
Sasaranstandar yang jelas Sasaran harus jelas dan tidak terlalu umum serta kualitas juga harus memiliki
standar yang jelas, dapat dipahami, dan diprioritaskan. e.
Kembangkan karyawan yang berinisiatif Karyawan harus dimotivasi dan diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan
dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan pemikiran kreatif dan inovatif.
2.1.7 Pengetahuan
Memahami pengetahuan konsumen sangat penting bagi pemasar. Informasi tentang apa yang akan dibeli, dimana membeli, dan kapan akan membeli akan
tergantung pada pengetahuan konsumen. Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen memiliki pengetahuan
yang lebih banyak, maka ia akan lebih baik dalam mengambil keputusan, lebih efisien, lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu mengingat kembali
informasi dengan lebih baik Sumarwan, 2003: 119. Menurut Sumarwan 2003: 120, pengetahuan konsumen adalah semua
informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk serta informasi lainnya yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
2.1.8 Pengetahuan Produk
Universitas Sumatera Utara
Engel et al. Sumarwan, 2003: 120 membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis yaitu:
1. Pengetahuan produk
Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau
fitur produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk. Peter Olson menyatakan bahwa konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang
berbeda-beda. Peter Olson Sumarwan, 2003: 122 juga membagi tiga jenis pengetahuan produk antara lain:
a. Pengetahuan tentang karakterisktik atau atribut produk Atribut suatu produk dibagi menjadi atribut fisik dan atribut abstrak.
Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk, misalnya ukuran dari telepon genggam. Sedangkan atribut abstrak menggambarkan
karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. b. Pengetahuan tentang manfaat produk
Konsumen akan merasakan dua jenis manfaat setelah mengkonsumsi suatu produk yaitu manfaat fungsional manfaat yang dirasakan konsumen
secara psikologis dan manfaat psikososial yang menyangkut aspek psikologis seperti perasaan, emosi, dan suasana hati.
c. Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan produk bagi konsumen Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan oleh suatu produk juga
tentu akan mempengaruhi keputusan pembelian. 2.
Pengetahuan pembelian
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan pembelian terdiri dari tiga jenis yaitu: a.
Pengetahuan tentang toko. b.
Pengetahuan lokasi produk pada toko tersebut. c.
Penempatan produk yang sebenarnya pada toko tersebut.
3. Pengetahuan pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan. Agar produk tersebut memberikan manfaat maksimal,
maka konsumen harus mampu menggunakan produk tersebut dengan benar. Kesalahan dalam penggunaan akan menyebabkan produk tidak berfungsi dengan
baik. Oleh karena itu, produsen berkewajiban memberikan informasi yang cukup karena pengetahuan pemakaian sangat penting bagi konsumen.
2.1.9 Pengukuran Pengetahuan
Menurut Sumarwan 2003 cara yang paling nyata dalam mengukur pengetahuan adalah menilai secara langsung isi ingatan. Pengukuran pengetahuan
objektif objective knowledge adalah pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan. Pilihan akhir untuk
menilai pengetahuan adalah dengan menggunakan ukuran pengetahuan subjektif subjective knowledge. Pengukuran ini meyadap persepsi konsumen mengenai
banyaknya pengetahuan mereka sendiri. Pada dasarnya, konsumen diminta untuk menilai diri mereka sendiri berkenaan dengan pengetahuan atau keakrabban.
2.1.10 Keputusan Pembelian
Universitas Sumatera Utara
Setiap konsumen memilih berbagai jenis keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu.
Konsumen melakukan keputusan setiap hari tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan. Schiiffman Kanuk Sumarwan, 2003: 289
mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Sedangkan pengertian keputusan pembelian menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 adalah sikap terakhir yang berkaitan dengan proses atau cara dalam melakukan kegiatan membeli setelah
mempertimbangkan beberapa faktor. Proses keputusan pembelian menurut Kotler Sumarwan, 2003: 294
terdiri dari lima tahap antara lain:
Gambar 2.1 : Proses Pengambilan Keputusan Sumber : Kotler dan Amstrong 2004:218
1. Pengenalan kebutuhan
Muncul ketika seseorang menghadapi suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, dan pengaruh
pemasaran.
2. Pencarian informasi
Pencarian Informasi
Pengevalua sian
alternatif Keputusan
Pembelian Perilaku
Pasca Pembelian
Pengenalan Kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dilakukan ketika seseorang memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
3. Evaluasi alternatif
Merupakan proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan akhirnya menentukan sesuai dengan keinginan.
4. Keputusan pembelian
Tindakan yang dilakukan setelah mempertimbangkan berbagai pilihan alternatif yang ada.
5. Perilaku Pasca pembelian.
Setelah pembelian konsumen akan melakukan proses evaluasi, apakah konsumen merasa puas atau tidak puas. Kepuasan akan mendorong konsumen
untuk mengkonsumsi ulang produk tersebut.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian Imelda 2010 dengan judul “ Pengaruh Persepsi Kualitas dan Pengetahuan Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo Lifebuoy Pada
Konsumen Indomaret Kawasan Jalam Tempuling Medan. Perumusan masalah penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Shampoo Lifebuoy pada konsumen Indomaret
kawasan Jalan Tempuling Medan?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap
keputusan pembelian Shampoo Lifebuoy pada konsumen Indomaret kawasan Jalan Tempuling Medan?
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris bahwa faktor persepsi kualitas dan pengetahuan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Shampoo Lifebuoy sebagai produk ekstensifikasi merek, khususnya pada konsumen yang membeli di Indomaret kawasan Jalan Tempuling Medan.
Alat analisis dalam penelitian ini adalah a. Metode Analisis Deskriptif
Metode ini dilakukan dengan cara menyusun mengelompokkan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi.
b. Metode Analisis Statistik Metode analisis statistik yang digunakan adalah analisis linear berganda.
Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel – variabel perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian. Model persamaan yang digunakan
adalah: e
X b
X b
Y +
+ +
=
2 2
1 1
α Keterangan.
Y = Keputusan Pembelian
α = Konstanta
b
1
– b
2
= Koefisien Regresi Berganda X
1
= Persepsi Kualitas X
2
= Pengetahuan e
= Standard Error
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual